Percaya atau tidak, manusia adalah makhluk yang sangat mengherankan,
terlalu banyak keanehan yang terdapat dalam hidup mereka. Pada satu
kesempatan, mereka jalan-jalan ke hutan membawa sesuatu di dalam tas
besar. Awalnya mereka hanya jalan santai saja sambil melihat-lihat
interaksi alamiah yang terjalin antara hutan dan penghuninya, sekilas
tak nampak niat apapun. Tapi pada detik berikutnya tiba-tiba mata mereka
melotot tajam, urat-urat lehernya muncul, tangan dan lututnya
gemeletar, sendi-sendi tubuhnya seakan mau bingkas, giginya gemeletuk,
gusinya mendidih, detak jantungnya memacu, hidungnya kembang kempis,
nafasnya tertahan, dan tiba-tiba lagi mereka berbalik pada sebuah pohon
besar di sampingnya. Dengan cekatan mereka mengambil sebuah mesin aneh
dari dalam tas besar tadi, lalu dalam sekejap pohon dihadapan mereka
tumbang. Detik berikutnya, mereka kembali berjalan santai dengan nafas
teratur, kali ini dengan kedua tangan dimasukkan di kantong celana,
seperti tak terjadi apa-apa. Lalu tiba-tiba mereka diam di tempat,
melirik kiri-kanan, lalu berlari menuju pohon yang tadi. Selanjutnya
mereka diam-diam mengangkut pohon itu ke rumahnya. Lalu beberapa hari
kemudian pohon tersebut telah berubah menjadi helai-helai kertas.
Keanehannya bukan hanya sampai di situ, di suatu pagi ketika anaknya mau
berangkat sekolah, mereka merampas pensil anaknya, lalu menulis sesuatu
di lembaran-lembaran kertas yang tadi, hurufnya sangat besar: LESTARIKAN HUTAN KITA, JANGAN MENEBANG POHON..!!!
Maka
dalam definisi sederhanaku, manusia adalah sesosok makhluk yang
menebang pohon untuk diolah menjadi kertas, lalu di kertas yang sama
mereka menulis: LESTARIKAN HUTAN KITA, JANGAN MENEBANG POHON..!!!
Masih
banyak lagi keanehan-keanehan dari makhluk yang satu ini, aku memang
cukup kenal dengan mereka, aku bahkan punya tiga buah di tempat
tinggalku. Misalnya, seorang manusia sejak umur 6 tahun sudah mulai
pulang pergi sekolah, setiap hari. Ketika hari minggu, mereka pergi
memancing, atau main kelereng, ada juga yang sibuk membuat cincin dari
uang logam dengan cara dilubangi tengahnya. Besoknya lagi, mereka terus
dan terus sekolah hingga sampai di perguruan tinggi (tarulah misalnya di
UNM), ketika mereka telah hampir selesai (tarulah misalnya semester 6),
setelah begitu banyak yang mereka korbankan untuk mencapai tahap itu,
tiba-tiba mereka memegang sebuah gelas pelastik warna hijau dan berkata
“aku sudah bosan kuliah, aku mau berhenti saja”. Keesokan harinya, kita
tak pernah lagi menjumpainya di kampus, tak pernah walau sekali. Usut
punya usut, ternyata dia telah menjadi seorang direktur dari
perusahaannya sendiri.
Ada lagi yang lebih aneh, mereka paling
suka melanggar aturan, meski sudah jelas-jelas salah. Makanya tidak
berlebihan kalau dikatakan bahwa mereka itu, semakin jelas mereka salah,
semakin ngotot mereka melakukan pembelaan, makanya pengacara adalah
pekerjaan yang paling cocok buat mereka, atau paling tidak wakil Bupati
lah. Dalam kasus rokok misalnya, di pembungkus rokok jelas-jelas ditulis
“MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, DAN GANGGUAN
KEHAMILAN DAN JANIN”. Tapi mereka tetap saja merokok siang dan malam,
saya curiga jangan-jangan mereka tidak tahu membaca. Jangan
bilang-bilang, ini hanya perkiraanku saja. Di tempat lain, misalnya
diwarung kopi, di sana banyak manusia-manusia pembual yang katanya
pernah bertarung dengan 7 ekor singa sekaligus selama 7 hari 7 malam, 7
hektar hutan gundul gara-gara pertarungan itu, dia menghabiskan 7 ember
madu yang diambilnya langsung dari sarang lebah ganas, dan 7 butir telur
burung garuda, hingga 7 singa itu lari terpontang panting, itupun
setelah semua gigi-giginya ditanggalkan. Atau misalnya lagi, ada seorang
pria yang celananya ceking, tidak melewati mata kaki, lalu janggotnya
lebat, tidak mau jabat tangan dengan wanita bukan mahram, pakai baju
kokoh, maunya ke masjid terus. Dan masih banyak lagi yang lebih aneh
dari itu.
Tapi, terlepas dari keanehan-keanehan itu, ada hal besar
yang harus kita ungkap dalam kasus keanehan ini. Begini teman, sadar
atau tidak, seringkali kita menganggap orang lain di sekitar kita
melakukan hal aneh, padahal menurut mereka itu biasa-biasa saja, atau
mungkin sebaliknya, kitalah yang aneh karena telah menganggap mereka
aneh, aneh kan...??? memang aneh. Namun cobalah sedikit berdamai dengan
egomu yang besar itu, tundukkanlah ia sejenak, dan lihatlah sebuah fakta
yang nyata mengenai keanehan-keanehan itu. Bahwa apa yang selama ini
manusia-manusia itu lakukan, yang kita menganggapnya aneh, ternyata
itulah salah satu prinsip dasar dalam menjalani kehidupan ini. Apa yang
kita anggap aneh itu, itulah yang sebenarnya akan membentuk jalan hidup
kita, pola hidup kita, dan masa depan kita. Karena dalam istilah yang
paling sederhana, keanehan-keanehan itu biasa kita sebut PILIHAN, yah...
yang mereka lakukan itu, yang kita menganggapnya aneh, ternyata itulah
pilihan-pilihan mereka dalam menjalani hidup. Setiap pilihan-pilihan
itu, sekecil apapun itu, pilihan itulah yang akan mengantarkan kita pada
tujuan-tujuan hidup. Seperti apa kita sekarang dan akan seperti apa
kita di masa depan adalah bagaimana kita menetapkan pilihan-pilihan
hidup kita.
***
Itu
yang ingin saya bagi dengan teman-teman pada tulisan ini. Beberapa
waktu yang lalu, saya menemukan diriku dalam keadaan sangat
memprihatinkan, terutama dalam keadaan finansial. Mau minta uang sama
orang tua, merasa malu. Bukannya gengsi teman, kembali lagi, ini tentang
pilihan hidup. Pasalnya, sejak jaman mahasiswa baru dulu aku telah
berikrar bahwa uang kiriman dari orang tua akan terhenti secara mutlak
pada semester 4. Aku telah memilih jalan itu, dan aku ini seorang
lelaki, maka aku harus menetapinya meski pahit, bahkan hambar sekalipun.
Seringkali orang tuaku bertanya ”masih ada uangmu nak..?”, aku bilang
saja “yah, masih ada, tidak usah khawatir”. Meskipun saat itu di
kantongku tidak tersisa sepeserpun uang lagi, tapi di dinding kamarku
selalu ada koin Rp.200 yang terselip, makanya aku tidak pernah merasa
kehabisan uang.
Nah, kembali ke cerita tadi. Bulan lalu aku merasa
kondisi keuanganku kembali mendekati titik nadir, sekarat. Makanya,
tepat tanggal 16 April 2012, aku berinisiatif untuk mencari pekerjaan
baru yang lebih menjanjikan, apalagi beberapa bulan ke depan aku akan
membutuhkan cukup banyak uang untuk keperluan KKN dan PPL. Berdasarkan
info dari seorang teman (atau apalah namanya, karena dia terkadang
memusuhiku), jadilah saya mengantar aplikasi dan CV ke sebuah
perusahaan, lebih tepatnya lembaga kursus Bahasa Inggris, katanya sih
lembaga inilah yang paling berkualitas di Makassar. Tidak usah kusebut
namanya kawan, tidak etis, kau tahu sendirilah maksudku.
Hari
pertama, perjuanganku cukup sulit, karena aku sama sekali tidak melihat
alamat kantor lembaga itu. Aku tanya sama salah satu pegawainya via sms,
katanya, cari saja di Jalan Perintis, aku tanya lagi “dekat dengan apa?” dia bilang “tidak dekat dengan apa-apa”.
Dia bilang aku harus sudah siap di sana pada pukul 3 sore. Aku sangat
serius untuk hal yang satu ini, makanya pukul 1.30 aku telah
bersiap-siap, mandi, makan, menyetrika pakaian, dan terakhir berdandan
serapi mungkin, aku merasa bahwa itulah saat-saat paling rapi dalam
hidupku. Tak pernah aku merasa seserius itu menghadapi tes kerja, memang
aku telah beberapa kali mengahdapi tes kerja sebelumnya, tapi tak
pernah seserius ini, kau tahu kenapa..?? karena pilihan kawan, sejak
semester 1 dulu, aku diam-diam telah bermimpi untuk bekerja di lembaga
kursus paling berkualitas ini. Rambutku kusisir rapi, pakai dasi, pakai
ikat pinggang, warna baju serasi dengan celana, kuku terpotong rapi, dan
sebelum berangkat, aku berdiri di depan cermin di tempat wudhu Masjid
Babul Muttaqien mengamati penampilanku, yang tiba-tiba seperti eksekutif
muda, tak lupa aku melatih senyum termanis (meskipun agak susah) yang
aku punya untuk aku persembahkan pada bapak-bapak penguji di sana
nantinya.
Aku berangkat lebih cepat, kupikir tidak apa-apa jika
aku tiba lebih awal di sana. Tapi di luar dugaan, dari tadi aku
menelusuri jalan perintis kemerdekaan, tak kunjung jua kutemukan kantor
itu, aku bertanya pada hampir setiap tukang becak di pinggir jalan, tak
satupun yang tahu. Waktupun berlalu., detik demi detik kian bergegas
pergi, hingga tak terasa sudah pukul 3 sore, aku masih terus mencari,
hingga ujung jalan perintis, tapi tak kunjung jua kutemui rimbanya.
Untunglah seseorang di ujung jalan sana menunjukiku kantor tersebut,
katanya dekat dengan UNHAS. Aku harus memutar arah sekitar 10 km, ingin
rasanya aku mengeluh saat itu, tapi aku katakan pada diriku “masih bisa
lagi”. Sekitar pukul 3.27 akupun tiba di sana. Sisiran rambutku yang
tadinya rapi, kini berantakan sudah. Aroma tubuhku yang tadinya agak
wangi, kini kurang wangi. Aku menghadap resepnionist, seorang gadis
sedang duduk di sana menyambutku, “selamat sore, ada yang bisa dibantu..?” aku menyampaikan maksudku, lalu dia berkata “loh...kok gondrong sih, potong rambut dulu dong baru ke sini”,
aku tersenyum saja, senyum termanis yang kulatih tadi. Dia menjelaskan,
tes pertama yang akan kuhadapi adalah tes tertulis (written test), yang
rupanya telah dimulai sejak 1 jam yang lalu. Makanya, ketika aku sibuk
mengisi biodata, peserta yang lain telah bergegas meninggalkan ruangan
tes, sudah selesai. Tinggallah aku sendiri di ruangan tes itu. Tapi
bukannya sombong kawan, tesnya sama sekali tak berarti buatku, terlalu
mudah, tidak menantang, 30 menit cukup buatku. 10 menit kemudian,
setelah seorang pria ganteng memeriksa hasil tesku, ia berkata bahwa aku
lulus di tes yang pertama ini, Alhamdulillah. Lalu katanya, aku harus
mempersiapkan diri untuk tes berikutnya, 2 hari lagi, tes microteaching
dan wawancara.
Dua hari kemudian, akupun kembali ke kantor itu,
tentunya setelah mempersiapkan materi dan penampilan terbaikku. Singkat
cerita akupun lulus microteaching dan wawancara. Tapi katanya, masih ada
tes terakhir, yaitu tes microteaching kedua dan panel intewiew.
Wah...ternyata tidak semudah itu melewati tes di tempat kursus ini.
Namun itu bukan masalah buatku, karena pada dasarnya aku memang tumbuh
sebagai pria yang suka tantangan, maka bagiku ini sangat menarik, dan
nampaknya akan menjadi hal yang cukup membanggakan nantinya. Jika
teman-teman sekelasku merasa bangga menjadi siswa di tempat kursus ini,
aku akan lebih bangga lagi karena menjadi tenaga pengajarnya. Dan tanpa
pernah kuduga, mimpi itu, ambisi yang terpendam selama 2 tahun 5 bulan
itu, sebentar lagi akan tertunaikan, tinggal selangkah lagi. Lagian aku
merasa cukup optimis, karena penguji itu bilang bahwa dia secara khusus
menyukai gaya mengajarku, dia bilang “you have such a living class, I like your passion, but could you please have your hair cut..???”
Pada
hari yang telah ditentukan, Jumat tanggal 20 April, dengan penampilan
yang jauh lebih keren dari hari pertama (paling tidak menurutku
sendiri), bahkan aku rela menyerahkan rambutku dipotong oleh tukang
cukur menyebalkan itu. Lalu aku menuju tempat yang telah ditentukan.
Tapi kali ini tempatnya lain lagi, maka seperti hari pertama dulu, aku
kembali tersesat. Apalagi, jalanan macet, biasa kawan, pak komandan mau
lewat. Orang itu terobsesi jadi komandan, sayangnya aku butuh semangat
baru. Lantas, aku coba bertanya pada tukang becak, tak satupun dari
mereka yang tahu, sama sekali gelap. Pelajaran penting kawan: jangan
pernah bertanya alamat tempat kursus Bahasa Inggris pada tukang becak,
mereka bahkan tidak tahu apa itu yang dibilang kursus, merk kipas angin
mungkin.
Siang itu begitu gerah, panas menggelora, dan tak
terlihat tanda-tanda keberadaan tempat kursus itu. Aku berputar-putar
saja sekehendak hati, sesekali bertanya pada tukang bentor, namun mereka
ternyata tidak lebih tahu dari tukang becak. Keringatku mulai mengucur,
wajah terasa mengeras penuh debu, bibir mengering, pandangan
berkunang-kunang, dan aku benci polisi tidur. Sudah lebih sejam aku
berputar-putar di sini, tapi tak kunjung kutemukan apa yang kucari.
Harapan kian menipis, ditambah aku mulai kelaparan, haus, dan pusing.
Kalau begini aku menyerah sajalah, sepertinya aku memang tidak
ditakdirkan bekerja di lembaga kursus itu. Buktinya, sejak hari pertama
aku sudah menemui hambatan-hambatan, kalau mau menyerah mungkin inilah
waktunya. Tapi aku teringat kata seorang ustadz: “kalau kau merasa
lelah, putus asa, terasa tak ada lagi harapan, katakan pada dirimu,
masih bisa lagi”. Setelah kupikir-pikir, betul juga kata ustadz, aku
telah melangkah sejauh ini, mana mungkin aku mundur. Untuk yang terakhir
kalinya aku putuskan bertanya lagi pada seseorang, dan syukurlah dia
menunjukiku jalan. Selanjutnya aku mengikuti instruksinya, walhasil aku
menemukan tempat yang aku cari-cari itu.
***
Singkat
cerita, akupun memasuki ruangan tes. Di sana telah menunggu 4 penguji, 2
pria dan 2 wanita. Wajah meraka sama sekali asing bagiku, kecuali
lelaki ganteng yang satu itu, yah...dialah orang yang sama yang
mengujiku 2 hari lalu. Tanpa banyak basa basi, aku dipersilakan memulai
microteachingku. Akupun melakukannya dengan sebaik mungkin, beberapa
metode yang disarankan teman-temanku aku praktekkan, kurang lebih 15
menit,salah satu dari mereka kemudian mengatakan “okay, that’s enough”.
Oya, sekedar info, di perusahaan itu, sejak melangkahkan kaki masuk
kantor, tak ada lagi bahasa selain Bahasa Inggris, semua yang tertulis,
terdengar, dan terucap adalah Bahasa Inggris, full English, dan inilah
yang membuatku begitu semangat. Kemudian satu persatu mereka mulai
mengomentari metode pengajaranku, berikut beberapa pertanyaan-pertanyaan
ala interview, dari yang paling umum, sampai yang paling pribadi. Aku
babat habis pertanyaannya dengan santai. Satu pertanyaan yang paling
kuingat, “what is your dream?” (apa mimpimu?), aku langsung saja jawab
“as
I said just now, I do like being challenged, so my dream is that I want
to travel around the world, and if I find the best country to live, I
will never come back to Indonesia” (seperti yang saya
katakan sebelumnya, saya sangat suka tantangan, jadi mimpi saya adalah
saya ingin keliling dunia, dan bila saya telah menemukan negara yang
cocok untuk ditinggali, aku tidak akan pernah kembali ke Indonesia
lagi). Lalu mereka kembali menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan
cerdas lainnya. Terkadang terasa agak intimidatif, persuasif, dan
menggoda. Dua diantara pewawancara ini masih sangat muda, dan 2 yang
lainnya mungkin sudah berkeluarga. Lalu pertanyaan terakhir dari seorang
perempuan setengah baya yang duduk terpisah di sudut ruangan sana “if you are accepted, will you obey all the rules here?” (jika misalnya kau diterima, apakah kau siap mengikuti semua peraturan di sini).
aku katakan “yes, it is not a problem to obey the rules” (ya, itu bukan masalah jika aku harus mematuhi peraturan-peraturan di sini).
Dan
tibalah kita pada bagian yang paling mengenaskan, dia memintaku untuk
berdiri di depan papan tulis. Lalu mereka menatapku dari atas sampai ke
bawah. Perempuan yang tadi kemudian menjelaskan bahwa di perusahaan ini,
yang terpenting adalah penampilan,
“the outlook is the number one” (penampilan adalah hal paling utama di sini) begitu katanya. “so, will you be ready to have your hair cut...? it looks untidy” (jadi, apakah kau siap memotong rambutmu? Rambutmu itu kelihatan tidak rapi)
Aku bilang “it’s OK”.
Dia kemudian bertanya lagi “How about if we need you to change your performance...?” (bagaimana kalau kami ingin kau merubah penampilanmu?)
saya perjelas “which part...?” (bagian yang mana?)
“all” katanya “We
need you to dress just like the normal ones, not wearing such a hanging
trouser, is it OK to have your trouser longer...? hmmmm....and cut your
beird, it doesn’t look proffesional” (kami ingin kau
berpakaian biasa-biasa saja, tidak usah pakai celana tergantunng seperti
itu, kalau bisa perpanjang celanamu dan potong jenggotmu, kau kelihatan
tidak profesional dengan itu)
Demi
mendengar kalimat di atas, demi mendengar 27 kata di atas, demi
mendengar 111 huruf di atas, aku bergetar hebat. Kepalaku sepertinya mau
pecah. Belum sempat aku menjawab, perempuan itu kemudian melanjutkan
kata-katanya “you will be accepted in case of obeying those rules” (kau akan diterima jika mematuhi aturan-aturan itu)
Aku
semakin berguncang, rasa-rasanya dadaku mau runtuh, jantungku berhenti
berdetak, paru-paruku pecah, dan hidungku seperti tersumbat 7 buah
pesawat Helly Copter, nafasku tercekat. Aku mencoba menenangkan
pikiranku, karena ini akan menjadi keputusan besar dalam hidupku.
Mungkin bagi mereka mudah saja memotong jenggot, atau memperpanjang
celana di bawah mata kaki, tapi tidak bagiku. Kini aku berdiri di antara
dua jalan yang saling membelakangi, dan aku harus memilih secepatnya,
mereka sedang menunggu jawabanku. Tiba-tiba terbayang diriku di masa
lalu, saat aku belum mengenal tarbiyah dan dunia dakwah kampus,
tiba-tiba muncul wajah saudara-saudara seperjuanganku di dunia dakwah
kampus, PUSDAMM, lalu muncul wajah adik-adik juniorku yang sedang
semangat-semangatnya mengusung pergerakan dakwah di kampus. Apa yang
akan aku katakan pada mereka jika aku menerima tawaran ini.??? Tapi
tiba-tiba bayangan KKN, PPL, dan uang menari-nari di pelupuk mataku,
sangat menggoda. Namun sekali lagi kukatakan padamu teman, hidup harus
memilih. Dan inilah saaatnya, saat yang paling manis, aku menarik napas
dalam-dalam, menatap mereka satu persatu, lalu memulai jawabanku.
“sirs,
madams, if you ask me how serious I am to work for your company, the
answer is that I am so serious. It is proven by my struggles to be here.
Frankly, I do put a great expectation to work for your company, for
this is one of my dreams. And if I have to obey the rules, it’s OK, I am
ready to cut my hair” (pak, bu, jika anda bertanya
tentang seberapa serius saya mau bekerja untuk perusahaan anda,
jawabannya adalah sangat serius. Buktinya, saya sudah berusaha sejauh
ini. Jujur, saya sangat menaruh harap untuk bekerja di sisni, karena ini
adalah salah satu mimpiku. Dan jika saya harus mematuhi
aturan-aturannya, tidak masalah, saya siap memotong rambutku) aku
menatap mata mereka satu persatu “but to cut my beird and to
have my trouser longer,hmmm...it is important for you to know that to
be like this, I have sacrificed many small even big things in my life,
and if today, I am to sacrifice again, it’s not any problem, I use to
doing this. So if to be accepted I have to cut my beird and have my
trouser longer, it is so sorry to say that I CAN NOT, I QUIT”
(tapi, jika harus memotong jenggot dan memperpanjang
celanaku,hmmm...penting buat anda sekalian ketahui bahwa untuk menjadi
seperti ini saya telah mengorbankan banyak hal kecil bahkan hal besar
dalam hidupku. Dan jika hari ini saya harus kembali berkorban, bukan
masalah, saya sudah terbiasa. Jadi jika aku harus memotong jenggot dan
memperpanjang celana agar bisa diterima bekerja di sini, sangat
disesalkan,aku harus katakan bahwa saya tidak bisa, saya berhenti”
Mereka
hanya diam menatapku, tak ucapkan apa-apa, dan aku bisa tebak apa yang
ada dalam pikiran tiqbilang apa
tentangku, mau bilang teroris..??silahkan, mau bilang temannya
teroris..??? silahkan, mau bilang ekstrim..??? terserah. Apapun itu
namanya, yang jelas aku hanya mengikuti SUNNAH Rasulku yang tercinta,
Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasalallam, terserah kau menyebutnya apa,
aku menyebut keanehan ini HIDAYAH. Sekadar nasihat kepada
saudara-saudariku yang telah memperoleh nikmat hidayah ini, jangan
pernah melepasnya untuk alasan apapun, apalagi untuk dunia yang hina
ini, yang bahkan segala macam kemewahan-kemewahannya tidak lebih
berharga dari sayap seekor nyamuk.
Salah satu dari mereka kemudian
mencoba menggodaku dengan dalil-dalil yang dia tafsirkan sekendak
hatinya, tapi aku bergeming. Sebelum aku beranjak pergi, aku lontarkan
kata-kata terakhirku “sir, madams, I am so sorry, this is my principle. to me, life is choice, and this is my choice. Assalamu ‘alaikum” (pak, bu, maaf, ini prinsip hidup saya. Bagiku, hidup adalah pilihan,dan inilah pilihanku. Assalamu alaikum)
Siang
yang panasnya semakin menggelora itu tiba-tiba terasa sejuk.
Yah...Ambisi 2 tahun 5 bulanku memang telah sirna. Aku akhirnya
betul-betul gagal setelah berjuang mati-matian. Tapi mungkin kau pikir
bahwa aku gagal hanya karena perkara kecil, hanya persoalan jenggot dan
celana saja. Tapi tidak bagiku, terserah kau mau bilang aku ini aneh
atau apalah.....tapi sekali lagi, kukatakan padamu, inilah pilihan,
pilihan hidup kawan. Dan seorang laki-laki tidak akan pernah menyesali
pilihannya.
Aku teringat dengan nasihat seorang saudara, sangat bijak, menenangkan hati. Katanya “barangsiapa yang meninggalkan sesuatu dari jalan haramnya, maka ia akan mendapatkannya dari jalan halalnya”. Senada dengan hadits Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam ”barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu”.
Makanya, sampai sekarang, sampai detik ini, aku masih menunggu, aku
penasaran, seperti apa Allah akan memenuhi janjiNya itu, sampai sekarang
aku masih belum berputus asa, mungkin sampai nanti, 41 tahun lagi atau
lebih. Biarlah sekarang aku mengusung mimpi lain, bermimpilah kawan,
kelak Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.
Aku ingin seperti pohon kelapa di pinggir pantai itu
Tiap hari, meski lelah dihantam angin pantai
Ia tetap bergeming
Aku ingin seperti angin pantai itu
Tiap hari, meski lelah menghantam pohon kelapa itu
Ia tak pernah menyerah
Dalam perseteruan mereka
Mereka nampak begitu indah
Sekarang
aku sedang bersiap-siap berangkat “berperang”, aku penasaran, seperti
apa medan KKN itu....kata ikhwa sih...”mengerikan”, entahlah....
“tak
peduli apapun yang dikatakan orang lain, ketika jalan kebenaran telah
menjadi pilihan hidup kita, susurilah, karena setahuku, laki-laki adalah
mereka yang tidak pernah menyesal atas pilihannya, mereka menetapinya
hingga 101 tahun kemudian, atau mungkin lebih” (Handrea Bakti Hirata)
Abu
Nashim Mukhtar berkata “boleh hukumnya menceritakan tentang perjalanan
kita mendapat hidayah. Boleh menceritakan dan itu bukan aib agar diambil
pelajaran dan bersyukur pada Allah azza Wa jalla agar kita membenci
kesesatan dan kebodohan. Adalah kebiasaan para sahabat setelah sholat
subuh, duduk di serambi masjid An Nabawi , bercerita tentang masa
jahiliyah saat mereka belum mengenal Islam dan hidayah”
Seperti
halnya sahabat salman Al farisi Radhiallahu Anhu yang bercerita kepada
Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu anhu tentang kisah perjalan hidupnya
menjemputt hidayah.
Thursday, May 17, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About us
0 komentar:
Post a Comment