Labels

Thursday, May 17, 2012

sebuah pilihan

Percaya atau tidak, manusia adalah makhluk yang sangat mengherankan, terlalu banyak keanehan yang terdapat dalam hidup mereka. Pada satu kesempatan, mereka jalan-jalan ke hutan membawa sesuatu di dalam tas besar. Awalnya mereka hanya jalan santai saja sambil melihat-lihat interaksi alamiah yang terjalin antara hutan dan penghuninya, sekilas tak nampak niat apapun. Tapi pada detik berikutnya tiba-tiba mata mereka melotot tajam, urat-urat lehernya muncul, tangan dan lututnya gemeletar, sendi-sendi tubuhnya seakan mau bingkas, giginya gemeletuk, gusinya mendidih, detak jantungnya memacu, hidungnya kembang kempis, nafasnya tertahan, dan tiba-tiba lagi mereka berbalik pada sebuah pohon besar di sampingnya. Dengan cekatan mereka mengambil sebuah mesin aneh dari dalam tas besar tadi, lalu dalam sekejap pohon dihadapan mereka tumbang. Detik berikutnya, mereka kembali berjalan santai dengan nafas teratur, kali ini dengan kedua tangan dimasukkan di kantong celana, seperti tak terjadi apa-apa. Lalu tiba-tiba mereka diam di tempat, melirik kiri-kanan, lalu berlari menuju pohon yang tadi. Selanjutnya mereka diam-diam mengangkut pohon itu ke rumahnya. Lalu beberapa hari kemudian pohon tersebut telah berubah menjadi helai-helai kertas. Keanehannya bukan hanya sampai di situ, di suatu pagi ketika anaknya mau berangkat sekolah, mereka merampas pensil anaknya, lalu menulis sesuatu di lembaran-lembaran kertas yang tadi, hurufnya sangat besar: LESTARIKAN HUTAN KITA, JANGAN MENEBANG POHON..!!!
Maka dalam definisi sederhanaku, manusia adalah sesosok makhluk yang menebang pohon untuk diolah menjadi kertas, lalu di kertas yang sama mereka menulis: LESTARIKAN HUTAN KITA, JANGAN MENEBANG POHON..!!!
Masih banyak lagi keanehan-keanehan dari makhluk yang satu ini, aku memang cukup kenal dengan mereka, aku bahkan punya tiga buah di tempat tinggalku. Misalnya, seorang manusia sejak umur 6 tahun sudah mulai pulang pergi sekolah, setiap hari. Ketika hari minggu, mereka pergi memancing, atau main kelereng, ada juga yang sibuk membuat cincin dari uang logam dengan cara dilubangi tengahnya. Besoknya lagi, mereka terus dan terus sekolah hingga sampai di perguruan tinggi (tarulah misalnya di UNM), ketika mereka telah hampir selesai (tarulah misalnya semester 6), setelah begitu banyak yang mereka korbankan untuk mencapai tahap itu, tiba-tiba mereka memegang sebuah gelas pelastik warna hijau dan berkata “aku sudah bosan kuliah, aku mau berhenti saja”. Keesokan harinya, kita tak pernah lagi menjumpainya di kampus, tak pernah walau sekali. Usut punya usut, ternyata dia telah menjadi seorang direktur dari perusahaannya sendiri.

Ada lagi yang lebih aneh, mereka paling suka melanggar aturan, meski sudah jelas-jelas salah. Makanya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa mereka itu, semakin jelas mereka salah, semakin ngotot mereka melakukan pembelaan, makanya pengacara adalah pekerjaan yang paling cocok buat mereka, atau paling tidak wakil Bupati lah. Dalam kasus rokok misalnya, di pembungkus rokok jelas-jelas ditulis “MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN”. Tapi mereka tetap saja merokok siang dan malam, saya curiga jangan-jangan mereka tidak tahu membaca. Jangan bilang-bilang, ini hanya perkiraanku saja. Di tempat lain, misalnya diwarung kopi, di sana banyak manusia-manusia pembual yang katanya pernah bertarung dengan 7 ekor singa sekaligus selama 7 hari 7 malam, 7 hektar hutan gundul gara-gara pertarungan itu, dia menghabiskan 7 ember madu yang diambilnya langsung dari sarang lebah ganas, dan 7 butir telur burung garuda, hingga 7 singa itu lari terpontang panting, itupun setelah semua gigi-giginya ditanggalkan. Atau misalnya lagi, ada seorang pria yang celananya ceking, tidak melewati mata kaki, lalu janggotnya lebat, tidak mau jabat tangan dengan wanita bukan mahram, pakai baju kokoh, maunya ke masjid terus. Dan masih banyak lagi yang lebih aneh dari itu.
Tapi, terlepas dari keanehan-keanehan itu, ada hal besar yang harus kita ungkap dalam kasus keanehan ini. Begini teman, sadar atau tidak, seringkali kita menganggap orang lain di sekitar kita melakukan hal aneh, padahal menurut mereka itu biasa-biasa saja, atau mungkin sebaliknya, kitalah yang aneh karena telah menganggap mereka aneh, aneh kan...??? memang aneh. Namun cobalah sedikit berdamai dengan egomu yang besar itu, tundukkanlah ia sejenak, dan lihatlah sebuah fakta yang nyata mengenai keanehan-keanehan itu. Bahwa apa yang selama ini manusia-manusia itu lakukan, yang kita menganggapnya aneh, ternyata itulah salah satu prinsip dasar dalam menjalani kehidupan ini. Apa yang kita anggap aneh itu, itulah yang sebenarnya akan membentuk jalan hidup kita, pola hidup kita, dan masa depan kita. Karena dalam istilah yang paling sederhana, keanehan-keanehan itu biasa kita sebut PILIHAN, yah... yang mereka lakukan itu, yang kita menganggapnya aneh, ternyata itulah pilihan-pilihan mereka dalam menjalani hidup. Setiap pilihan-pilihan itu, sekecil apapun itu, pilihan itulah yang akan mengantarkan kita pada tujuan-tujuan hidup. Seperti apa kita sekarang dan akan seperti apa kita di masa depan adalah bagaimana kita menetapkan pilihan-pilihan hidup kita.
                                                                                            ***
Itu yang ingin saya bagi dengan teman-teman pada tulisan ini. Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan diriku dalam keadaan sangat memprihatinkan, terutama dalam keadaan finansial. Mau minta uang sama orang tua, merasa malu. Bukannya gengsi teman, kembali lagi, ini tentang pilihan hidup. Pasalnya, sejak jaman mahasiswa baru dulu aku telah berikrar bahwa uang kiriman dari orang tua akan terhenti secara mutlak pada semester 4. Aku telah memilih jalan itu, dan aku ini seorang lelaki, maka aku harus menetapinya meski pahit, bahkan hambar sekalipun. Seringkali orang tuaku bertanya ”masih ada uangmu nak..?”, aku bilang saja “yah, masih ada, tidak usah khawatir”. Meskipun saat itu di kantongku tidak tersisa sepeserpun uang lagi, tapi di dinding kamarku selalu ada koin Rp.200 yang terselip, makanya aku tidak pernah merasa kehabisan uang.
Nah, kembali ke cerita tadi. Bulan lalu aku merasa kondisi keuanganku kembali mendekati titik nadir, sekarat. Makanya, tepat tanggal 16 April 2012, aku berinisiatif untuk mencari pekerjaan baru yang lebih menjanjikan, apalagi beberapa bulan ke depan aku akan membutuhkan cukup banyak uang untuk keperluan KKN dan PPL. Berdasarkan info dari seorang teman (atau apalah namanya, karena dia terkadang memusuhiku), jadilah saya mengantar aplikasi dan CV ke sebuah perusahaan, lebih tepatnya lembaga kursus Bahasa Inggris, katanya sih lembaga inilah yang paling berkualitas di Makassar. Tidak usah kusebut namanya kawan, tidak etis, kau tahu sendirilah maksudku.
Hari pertama, perjuanganku cukup sulit, karena aku sama sekali tidak melihat alamat kantor lembaga itu. Aku tanya sama salah satu pegawainya via sms, katanya, cari saja di Jalan Perintis, aku tanya lagi “dekat dengan apa?” dia bilang “tidak dekat dengan apa-apa”. Dia bilang aku harus sudah siap di sana pada pukul 3 sore. Aku sangat serius untuk hal yang satu ini, makanya pukul 1.30 aku telah bersiap-siap, mandi, makan, menyetrika pakaian, dan terakhir berdandan serapi mungkin, aku merasa bahwa itulah saat-saat paling rapi dalam hidupku. Tak pernah aku merasa seserius itu menghadapi tes kerja, memang aku telah beberapa kali mengahdapi tes kerja sebelumnya, tapi tak pernah seserius ini, kau tahu kenapa..?? karena pilihan kawan, sejak semester 1 dulu, aku diam-diam telah bermimpi untuk bekerja di lembaga kursus paling berkualitas ini. Rambutku kusisir rapi, pakai dasi, pakai ikat pinggang, warna baju serasi dengan celana, kuku terpotong rapi, dan sebelum berangkat, aku berdiri di depan cermin di tempat wudhu Masjid Babul Muttaqien mengamati penampilanku, yang tiba-tiba seperti eksekutif muda, tak lupa aku melatih senyum termanis (meskipun agak susah) yang aku punya untuk aku persembahkan pada bapak-bapak penguji di sana nantinya.
Aku berangkat lebih cepat, kupikir tidak apa-apa jika aku tiba lebih awal di sana. Tapi di luar dugaan, dari tadi aku menelusuri jalan perintis kemerdekaan, tak kunjung jua kutemukan kantor itu, aku bertanya pada hampir setiap tukang becak di pinggir jalan, tak satupun yang tahu. Waktupun berlalu., detik demi detik kian bergegas pergi, hingga tak terasa sudah pukul 3 sore, aku masih terus mencari, hingga ujung jalan perintis, tapi tak kunjung jua kutemui rimbanya. Untunglah seseorang di ujung jalan sana menunjukiku kantor tersebut, katanya dekat dengan UNHAS. Aku harus memutar arah sekitar 10 km, ingin rasanya aku mengeluh saat itu, tapi aku katakan pada diriku “masih bisa lagi”. Sekitar pukul 3.27 akupun tiba di sana. Sisiran rambutku yang tadinya rapi, kini berantakan sudah. Aroma tubuhku yang tadinya agak wangi, kini kurang wangi. Aku menghadap resepnionist, seorang gadis sedang duduk di sana menyambutku, “selamat sore, ada yang bisa dibantu..?” aku menyampaikan maksudku, lalu dia berkata “loh...kok gondrong sih, potong rambut dulu dong baru ke sini”, aku tersenyum saja, senyum termanis yang kulatih tadi. Dia menjelaskan, tes pertama yang akan kuhadapi adalah tes tertulis (written test), yang rupanya telah dimulai sejak 1 jam yang lalu. Makanya, ketika aku sibuk mengisi biodata, peserta yang lain telah bergegas meninggalkan ruangan tes, sudah selesai. Tinggallah aku sendiri di ruangan tes itu. Tapi bukannya sombong kawan, tesnya sama sekali tak berarti buatku, terlalu mudah, tidak menantang, 30 menit cukup buatku. 10 menit kemudian, setelah seorang pria ganteng memeriksa hasil tesku, ia berkata bahwa aku lulus di tes yang pertama ini, Alhamdulillah. Lalu katanya, aku harus mempersiapkan diri untuk tes berikutnya, 2 hari lagi, tes microteaching dan wawancara.
Dua hari kemudian, akupun kembali ke kantor itu, tentunya setelah mempersiapkan materi dan penampilan terbaikku. Singkat cerita akupun lulus microteaching dan wawancara. Tapi katanya, masih ada tes terakhir, yaitu tes microteaching kedua dan panel intewiew. Wah...ternyata tidak semudah itu  melewati tes di tempat kursus ini. Namun itu bukan masalah buatku, karena pada dasarnya aku memang tumbuh sebagai pria yang suka tantangan, maka bagiku ini sangat menarik, dan nampaknya akan menjadi hal yang cukup membanggakan nantinya. Jika teman-teman sekelasku merasa bangga menjadi siswa di tempat kursus ini, aku akan lebih bangga lagi karena menjadi tenaga pengajarnya. Dan tanpa pernah kuduga, mimpi itu, ambisi yang terpendam selama 2 tahun 5 bulan itu, sebentar lagi akan tertunaikan, tinggal selangkah lagi. Lagian aku merasa cukup optimis, karena penguji itu bilang bahwa dia secara khusus menyukai gaya mengajarku, dia bilang “you have such a living class, I like your passion, but could you please have your hair cut..???”
Pada hari yang telah ditentukan, Jumat tanggal 20 April, dengan penampilan yang jauh lebih keren dari hari pertama (paling tidak menurutku sendiri), bahkan aku rela menyerahkan rambutku dipotong oleh tukang cukur menyebalkan itu. Lalu aku menuju tempat yang telah ditentukan. Tapi kali ini tempatnya lain lagi, maka seperti hari pertama dulu, aku kembali tersesat. Apalagi, jalanan macet, biasa kawan, pak komandan mau lewat. Orang itu terobsesi jadi komandan, sayangnya aku butuh semangat baru. Lantas, aku coba bertanya pada tukang becak, tak satupun dari mereka yang tahu, sama sekali gelap. Pelajaran penting kawan: jangan pernah bertanya alamat tempat kursus Bahasa Inggris pada tukang becak, mereka bahkan tidak tahu apa itu yang dibilang kursus, merk kipas angin mungkin.
Siang itu begitu gerah, panas menggelora, dan tak terlihat tanda-tanda keberadaan tempat kursus itu. Aku berputar-putar saja sekehendak hati, sesekali bertanya pada tukang bentor, namun mereka ternyata tidak lebih tahu dari tukang becak. Keringatku mulai mengucur, wajah terasa mengeras penuh debu, bibir mengering, pandangan berkunang-kunang, dan aku benci  polisi tidur. Sudah lebih sejam aku berputar-putar di sini, tapi tak kunjung kutemukan apa yang kucari. Harapan kian menipis, ditambah aku mulai kelaparan, haus, dan pusing. Kalau begini aku menyerah sajalah, sepertinya aku memang tidak ditakdirkan bekerja di lembaga kursus itu. Buktinya, sejak hari pertama aku sudah menemui hambatan-hambatan, kalau mau menyerah mungkin inilah waktunya. Tapi aku teringat kata seorang ustadz: “kalau kau merasa lelah, putus asa, terasa tak ada lagi harapan, katakan pada dirimu, masih bisa lagi”. Setelah kupikir-pikir, betul juga kata ustadz, aku telah melangkah sejauh ini, mana mungkin aku mundur. Untuk yang terakhir kalinya aku putuskan bertanya lagi pada seseorang, dan syukurlah dia menunjukiku jalan. Selanjutnya aku mengikuti instruksinya, walhasil aku menemukan tempat yang aku cari-cari itu.
                                                                                            ***
Singkat cerita, akupun memasuki ruangan tes. Di sana telah menunggu 4 penguji, 2 pria dan 2 wanita. Wajah meraka sama sekali asing bagiku, kecuali lelaki ganteng yang satu itu, yah...dialah orang yang sama yang mengujiku 2 hari lalu. Tanpa banyak basa basi, aku dipersilakan memulai microteachingku. Akupun melakukannya dengan sebaik mungkin, beberapa metode yang disarankan teman-temanku aku praktekkan, kurang lebih 15 menit,salah satu dari mereka kemudian mengatakan “okay, that’s enough”. Oya, sekedar info, di perusahaan itu, sejak melangkahkan kaki masuk kantor, tak ada lagi bahasa selain Bahasa Inggris, semua yang tertulis, terdengar, dan terucap adalah Bahasa Inggris, full English, dan inilah yang membuatku begitu semangat. Kemudian satu persatu mereka mulai mengomentari metode pengajaranku, berikut beberapa pertanyaan-pertanyaan ala interview, dari yang paling umum, sampai yang paling pribadi. Aku babat habis pertanyaannya dengan santai. Satu pertanyaan yang paling kuingat, “what is your dream?” (apa mimpimu?), aku langsung saja jawab
“as I said just now, I do like being challenged, so my dream is that I want to travel around the world, and if I find the best country to live, I will never come back to Indonesia” (seperti yang saya katakan sebelumnya, saya sangat suka tantangan, jadi mimpi saya adalah saya ingin keliling dunia, dan bila saya telah menemukan negara yang cocok untuk ditinggali, aku tidak akan pernah kembali ke Indonesia lagi). Lalu mereka kembali menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan cerdas lainnya. Terkadang terasa agak intimidatif, persuasif, dan menggoda. Dua diantara pewawancara ini masih sangat muda, dan 2 yang lainnya mungkin sudah berkeluarga. Lalu pertanyaan terakhir dari seorang perempuan setengah baya yang duduk terpisah di sudut ruangan sana “if you are accepted, will you obey all the rules here?” (jika misalnya kau diterima, apakah kau siap mengikuti semua peraturan di sini).
aku katakan “yes, it is not a problem to obey the rules” (ya, itu bukan masalah jika aku harus mematuhi peraturan-peraturan di sini).
Dan tibalah kita pada bagian yang paling mengenaskan, dia memintaku untuk berdiri di depan papan tulis. Lalu mereka menatapku dari atas sampai ke bawah. Perempuan yang tadi kemudian menjelaskan bahwa di perusahaan ini, yang terpenting adalah penampilan,
“the outlook is the number one” (penampilan adalah hal paling utama di sini) begitu katanya. “so, will you be ready to have your hair cut...? it looks untidy” (jadi, apakah kau siap memotong rambutmu? Rambutmu itu kelihatan tidak rapi)
Aku bilang “it’s OK”.
Dia kemudian bertanya lagi “How about if we need you to change your performance...?” (bagaimana kalau kami ingin kau merubah penampilanmu?)
 saya perjelas “which part...?” (bagian yang mana?)
“all” katanya “We need you to dress just like the normal ones, not wearing such a hanging trouser, is it OK to have your trouser longer...? hmmmm....and cut your beird, it doesn’t look proffesional” (kami ingin kau berpakaian biasa-biasa saja, tidak usah pakai celana tergantunng seperti itu, kalau bisa perpanjang celanamu dan potong jenggotmu, kau kelihatan tidak profesional dengan itu)
Demi mendengar kalimat di atas, demi mendengar 27 kata di atas, demi mendengar 111 huruf di atas, aku bergetar hebat. Kepalaku sepertinya mau pecah. Belum sempat aku menjawab, perempuan itu kemudian melanjutkan kata-katanya “you will be accepted in case of obeying those rules” (kau akan diterima jika mematuhi aturan-aturan itu)
Aku semakin berguncang, rasa-rasanya dadaku mau runtuh, jantungku berhenti berdetak, paru-paruku pecah, dan hidungku seperti tersumbat 7 buah pesawat Helly Copter, nafasku tercekat. Aku mencoba menenangkan pikiranku, karena ini akan menjadi keputusan besar dalam hidupku. Mungkin bagi mereka mudah saja memotong jenggot, atau memperpanjang celana di bawah mata kaki, tapi tidak bagiku. Kini aku berdiri di antara dua jalan yang saling membelakangi, dan aku harus memilih secepatnya, mereka sedang menunggu jawabanku. Tiba-tiba terbayang diriku di masa lalu, saat aku belum mengenal tarbiyah dan dunia dakwah kampus, tiba-tiba muncul wajah saudara-saudara seperjuanganku di dunia dakwah kampus, PUSDAMM, lalu muncul wajah adik-adik juniorku yang sedang semangat-semangatnya mengusung pergerakan dakwah di kampus. Apa yang akan aku katakan pada mereka jika aku menerima tawaran ini.??? Tapi tiba-tiba bayangan KKN, PPL, dan uang menari-nari di pelupuk mataku, sangat menggoda. Namun sekali lagi kukatakan padamu teman, hidup harus memilih. Dan inilah saaatnya, saat yang paling manis, aku menarik napas dalam-dalam, menatap mereka satu persatu, lalu memulai jawabanku.
“sirs, madams, if you ask me how serious I am to work for your company, the answer is that I am so serious. It is proven by my struggles to be here. Frankly, I do put a great expectation to work for your company, for this is one of my dreams. And if I have to obey the rules, it’s OK, I am ready to cut my hair” (pak, bu, jika anda bertanya tentang seberapa serius saya mau bekerja untuk perusahaan anda, jawabannya adalah sangat serius. Buktinya, saya sudah berusaha sejauh ini. Jujur, saya sangat menaruh harap untuk bekerja di sisni, karena ini adalah salah satu mimpiku. Dan jika saya harus mematuhi aturan-aturannya, tidak masalah, saya siap memotong rambutku) aku menatap mata mereka satu persatu “but to cut my beird and to have my trouser longer,hmmm...it is important for you to know that to be like this, I have sacrificed many small even big things in my life, and if today, I am to sacrifice again, it’s not any problem, I use to doing this. So if to be accepted I have to cut my beird and have my trouser longer, it is so sorry to say that I CAN NOT, I QUIT” (tapi, jika harus memotong jenggot dan memperpanjang celanaku,hmmm...penting buat anda sekalian ketahui bahwa untuk menjadi seperti ini saya telah mengorbankan banyak hal kecil bahkan hal besar dalam hidupku. Dan jika hari ini saya harus kembali berkorban, bukan masalah, saya sudah terbiasa. Jadi jika aku harus memotong jenggot dan memperpanjang celana agar bisa diterima bekerja di sini, sangat disesalkan,aku harus katakan bahwa saya tidak bisa, saya berhenti”
Mereka hanya diam menatapku, tak ucapkan apa-apa, dan aku bisa tebak apa yang ada dalam pikiran tiqbilang apa tentangku, mau bilang teroris..??silahkan, mau bilang temannya teroris..??? silahkan, mau bilang ekstrim..??? terserah. Apapun itu namanya, yang jelas aku hanya mengikuti SUNNAH Rasulku yang tercinta, Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasalallam, terserah kau menyebutnya apa, aku menyebut keanehan ini HIDAYAH. Sekadar nasihat kepada saudara-saudariku yang telah memperoleh nikmat hidayah ini, jangan pernah melepasnya untuk alasan apapun,  apalagi untuk dunia yang hina ini, yang bahkan segala macam kemewahan-kemewahannya tidak lebih berharga dari sayap seekor nyamuk.
Salah satu dari mereka kemudian mencoba menggodaku dengan dalil-dalil yang dia tafsirkan sekendak hatinya, tapi aku bergeming. Sebelum aku beranjak pergi, aku lontarkan kata-kata terakhirku “sir, madams, I am so sorry, this is my principle. to me, life is choice, and this is my choice. Assalamu ‘alaikum” (pak, bu, maaf, ini prinsip hidup saya. Bagiku, hidup adalah pilihan,dan inilah pilihanku. Assalamu alaikum)
Siang yang panasnya semakin menggelora itu tiba-tiba terasa sejuk. Yah...Ambisi 2 tahun 5 bulanku memang telah sirna. Aku akhirnya betul-betul gagal setelah berjuang mati-matian. Tapi mungkin kau pikir bahwa aku gagal hanya karena perkara kecil, hanya persoalan jenggot dan celana saja. Tapi tidak bagiku, terserah kau mau bilang aku ini aneh atau apalah.....tapi sekali lagi, kukatakan padamu, inilah pilihan, pilihan hidup kawan. Dan seorang laki-laki tidak akan pernah menyesali pilihannya.
Aku teringat dengan nasihat seorang saudara, sangat bijak, menenangkan hati. Katanya “barangsiapa yang meninggalkan sesuatu dari jalan haramnya, maka ia akan mendapatkannya dari jalan halalnya”. Senada dengan hadits Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam ”barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu”. Makanya, sampai sekarang, sampai detik ini, aku masih menunggu, aku penasaran, seperti apa Allah akan memenuhi janjiNya itu, sampai sekarang aku masih belum berputus asa, mungkin sampai nanti, 41 tahun lagi atau lebih. Biarlah sekarang aku mengusung mimpi lain, bermimpilah kawan, kelak Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.
                          Aku ingin seperti pohon kelapa di pinggir pantai itu
                         Tiap hari, meski lelah dihantam angin pantai
                         Ia tetap bergeming
                         Aku ingin seperti angin pantai itu
                        Tiap hari, meski lelah menghantam pohon kelapa itu
                        Ia tak pernah menyerah
                       Dalam perseteruan mereka
                       Mereka nampak begitu indah
Sekarang aku sedang bersiap-siap berangkat “berperang”, aku penasaran, seperti apa medan KKN itu....kata ikhwa sih...”mengerikan”, entahlah....
“tak peduli apapun yang dikatakan orang lain, ketika jalan kebenaran telah menjadi pilihan hidup kita, susurilah, karena setahuku, laki-laki adalah mereka yang tidak pernah menyesal atas pilihannya, mereka menetapinya hingga 101 tahun kemudian, atau mungkin lebih” (Handrea Bakti Hirata)

Abu Nashim Mukhtar berkata “boleh hukumnya menceritakan tentang perjalanan kita mendapat hidayah. Boleh menceritakan dan itu bukan aib agar diambil pelajaran dan bersyukur pada Allah azza Wa jalla agar kita membenci kesesatan dan kebodohan. Adalah kebiasaan para sahabat setelah sholat subuh, duduk di serambi masjid An Nabawi , bercerita tentang masa jahiliyah saat mereka belum mengenal Islam dan hidayah”
Seperti halnya sahabat salman Al farisi Radhiallahu Anhu yang bercerita kepada Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu anhu tentang kisah perjalan hidupnya menjemputt hidayah.

0 komentar:

Post a Comment

About us