Labels

Visi

Wednesday, December 23, 2015

Menjadi Muslim Sejati (Be the Real Moslem) Bag. II



Barangsiapa meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk golongannya (kaum tersebut).” {H.R. Bukhari}

Setiap akhir tahun pasti ada perayaan hari raya agama lain. Apa itu? Tentu kita semua sudah mengetahui hal itu: Natal. Natal artinya lahir. Hari natal dirayakan untuk memperingati hari lahir Yesus (nabi Isa ‘Alaihissalam) yang dipercaya sebagai anak Allah. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan akidah (keyakinan) kita. Seperti ayat yang dikutip pada edisi I lalu, bahwa Allah Maha Esa, tidak beranak dan diperanakkan. Mahasuci Allah dari sifat tersebut. Berikut kutipan ayatnya:
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Sungguh merupakan suatu kesalahan apabila kita menganggap hamba Allah sebagai anak Allah atau bahkan sebagai Tuhan selain Allah. Allah telah memberikan penjelasan dan peringatan kepada kaum Nashrani (ahli kitab) dengan panjang lebar bahwa Isa Al Masih adalah hambaNya.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Terjemah Qs. An-Nisa’: 171)
Bahkan Yesus (Isa Al Masih ‘Alaihissalam) pun juga menegaskan bahwa dirinya bukan anak Allah (ibnu Allah) melainkan seorang hamba Allah (‘abdu Allah). Pernyataan ini jelas tersurat dalam Alquran surah Maryam ayat 30:
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah (‘abdu Allah), Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.
Dari berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa akidah yang menganggap Isa Al Masih adalah anak Allah merupakan suatu akidah yang batil. Oleh karena itu, tidak pantas bagi seorang muslim untuk memberikan ucapan selamat atas hari raya mereka (natal). Bagaimana mungkin orang yang tersesat akan diberi ucapan selamat? Sikap yang seharusnya kita lakukan kepada orang yang tersesat adalah dengan menolongnya, memberikan petunjuk kepadanya untuk meniti jalan yang benar. Bukan malah memberikan ucapan selamat kepadanya.
Kita hidup di negara Indonesia yang terdiri atas berbagai agama dan kepercayaan. Antara pemeluk agama yang satu dan yang lainnya dianjurkan untuk toleran. Sikap yang hendaknya diambil oleh umat Islam sebagai toleransi terhadap mereka dalam perayaan ibadah mereka adalah sekadar memberikan kesempatan mereka untuk beribadah dan merayakan hari raya mereka, tidak turut campur dalam perayaan ibadah mereka atau memberi ucapan selamat kepada mereka. Tidak pula memekai atribut atau kostum yang mereka kenakan.
Terkait masalah toleransi beragama, Allah telah memberikan syariat kepada kita untuk kita taati. Ada satu surah khusus di dalam Alquran yang diturunkan kepada kita terkait dengan toleransi beragama.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku"
Sebagai sorang muslim, hendaklah kita senantiasa menjaga akidah kita agar kriteria pertama muslim sejati, yakni salimul akidah itu tetap terjaga. Pemerintah (dalam hal ini MUI –Majelis Ulama Indonesia) telah mengeluarkan fatwa HARAM kepada umat Islam untuk memberikan ucapan selamat atas hari raya agama lain (natal).
Sebagai penegasan, toleransi tidaklah berarti kita harus mengikuti, turut merayakan, dan memberikan ucapan selamat. Toleransi adalah memberikan kebebasan atau kesempatan kepada mereka untuk menjalankan ibadah mereka.
Semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada kita dengan menjaga keselamatan akidah kita. Aamiin.
Wallahu a’lam.

Menjadi Muslim Sejati (Be the Real Moslem)



“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Qs. 2: 208).”

Suatu hari di suatu pasar sentra oleh-oleh, ada seseorang yang sedang menawar ikat pinggang kulit. Penjual tersebut menawarkan dengan harga yang sangat tinggi, dengan dalih bahwasanya sulit menemukan bahan ikat pinggang tersebut, dan sulit pula membuatnya. “Mahal sekali, Bang. Ini asli seratus persen dari kulit, kah?” tanya calon pembeli tersebut. Dia mengiginkan ikat pinggang yang akan dia beli adalah ikat pinggang yang 100 persen asli dari kulit.
Setiap orang pasti ingin barang yang dimilikinya itu 100% terbuat dari bahan yang asli. Begitu pula Allah Subhanahu Wa Ta Ala, menginginkan hambaNya untuk berislam secara 100%, secara kaffah, be the real moslem. Lantas, bagaimana cara menjadi muslim yang kaffah?
Karakteristik yang harus dimiliki untuk menjadi muslim sejati, pertama adalah salimul aqidah (akidah yang selamat). Salimul aqidah mencakup banyak aspek. Aspek utama dalam hal ini adalah mengesakan Allah (yuwahidullah). Perintah tauhid kepada Allah sudah sangat jelas tersurat dalam Alquran surah Al Ikhlas: 1-4
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Sebagai seorang muslim sejati haruslah yakin akan kebenaran hal itu serta mengetahui dan bersikap teguh di atas pendirian untuk mentauhidkan Allah. Mentauhidkan Allah juga merupakan pintu gerbang pertama untuk masuk Islam, yakni ketika membaca kalimat syahadat, laa illaha ilallah (tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah). Namun, kebanyakan umat tidak menyadari hal ini. Kalimat tauhid ini hanya sebatas ujaran di lisan, tidak sampai menancap di hati dan diaktualisasikan lewat perbuatan.
Kesyirikan (perbuatan menyekutukan Allah) masih merebak di mana-mana. Kepercayaan masyarakat akan jimat-jimat, hari keberuntungan, zodiak, horoskop, peramal, paranormal, dukun, dan sebagainya masih menjadi hal yang umum dan lumrah. Padahal, kesyirikan merupakan dosa terbesar yang tidak dapat diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘Ala, sebagaimana firmanNya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Qs. An-Nisa’: 48)
Maka dari itu, untuk menjelaskan perkara-perkara tentang kesyirikan dan untuk mengajarkan manusia kepada kebaikan serta memberikan peringatan-peringatan, Allah mengutus seorang nabi atau rasul untuk umat manusia. Begitupun dengan kita, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam diutus untuk memberikan peringatan kepada manusia dari perbuatan syirik.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (Qs. Al Kahfi: 110)
Untuk dapat meraih gelar muslim sejati yang akidahnya selamat, tentu kita perlu belajar, kembali kepada Alquran dan sunah. Bukankah kita hanya diminta untuk beribadah dan memurnikan ketaatan kita kepada Allah? Apa ganjaran yang akan kita dapatkan dengan memurnikan ketaatan ini kepada Allah?
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ´Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Qs. Al Bayyinnah: 5-8)
Surga merupakan balasan bagi orang-orang yang memurnikan ketaatan kepada Allah. Bukankah surga merupakan sesuatu yang sangat mahal? Begitulah, kemurnian akidah akan dapat balasan yang mahal dari Allah, yaitu surgaNya. Sebagaimana ikat pinggang kulit tadi. Karena terbuat dari kulit murni seratus persen, maka wajar jika harga barang itu sangat mahal. Semoga Allah mengistikamahkan kita di atas ketaatan kepadaNya.
Wallahu A’lam.
Bersambung ke bagian 2, in syaa Allah

Sunday, March 1, 2015

Pengumuman Pemenang Pusdamm Competition PIF 2015

Selamat kepada pemenang yang berhasil memenangkan berbagai lomba Pusdamm Intellectual Fair (PIF) 2015.
Pengumuman Pemenang Pusdamm Competition 2015

Sejak 22 Desember 2014 sampai 14 Februari 2015 lalu Pusdamm Intellectual Fair 2015 menggelar lomba menulis nasional. Lomba tersebut terdiri atas tiga cabang: puisi, cerpen, dan esai bahasa Inggris. Berikut daftar nama pemenang lomba tersebut:
A.    Lomba Puisi
Juara I      : Danisa
Juara II     : Astria Astuti
Juara III   : Andri

  B.     Lomba Cerpen
  Juara I         : Mahardy Purnama “Hidayah di Malam Valentine”
 Juara II       : Mahardy Purnama “Merindu Musim Semi"
 Juara III      : Agus Dwi Antoro

 C.     Lomba Esai bahasa Inggris
 Juara I         : Muhammad Afdal
 Juaa II        : M. Haris
 Juara III      : Noory Annisa Aulia

Barakallahu fiykum atas juara yang diraih. Bagi peserta yang belum juara, tetap menulis! Insya Allah dapat mengikuti PIF lagi tahun depan.

Juri:
1.      Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd.
2.      Sultan, SS., M.Ed., Ph.D.
3.      Ruslan, S.Pd.
4.      Murdani Tulqadri, S.Pd.

NB:
Ø Bagi para pemenang harap mengirimkan rekening tabungan ke email panitia: unmpusdamm@gmail.com
 Ø        Hadiah lomba menyusul.


Download pengumuman pemenang PIF 2015 melalui link ini.

Nantikan kami ya di Pusdamm Intellectual Fair tahun depan. Insya Allah PIF akan hadir kembali dengan lomba-lomba yang tidak kalah seru. Sekali lagi kami ucapkan selamat atas keberhasilannya.

About us