Visi
Wednesday, April 27, 2016
Wednesday, December 23, 2015
Menjadi Muslim Sejati (Be the Real Moslem) Bag. II
“Barangsiapa meniru-niru suatu kaum, maka
ia termasuk golongannya (kaum tersebut).” {H.R. Bukhari}
Setiap akhir tahun pasti ada perayaan hari raya agama lain.
Apa itu? Tentu kita semua sudah mengetahui hal itu: Natal. Natal artinya lahir.
Hari natal dirayakan untuk memperingati hari lahir Yesus (nabi Isa ‘Alaihissalam)
yang dipercaya sebagai anak Allah. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan
akidah (keyakinan) kita. Seperti ayat yang dikutip pada edisi I lalu, bahwa Allah
Maha Esa, tidak beranak dan diperanakkan. Mahasuci Allah dari sifat tersebut.
Berikut kutipan ayatnya:
Katakanlah: "Dialah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan,. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Sungguh merupakan suatu kesalahan apabila kita menganggap
hamba Allah sebagai anak Allah atau bahkan sebagai Tuhan selain Allah. Allah telah
memberikan penjelasan dan peringatan kepada kaum Nashrani (ahli kitab) dengan
panjang lebar bahwa Isa Al Masih adalah hambaNya.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui
batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari
ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Terjemah Qs. An-Nisa’: 171)
Bahkan Yesus (Isa Al Masih ‘Alaihissalam) pun juga
menegaskan bahwa dirinya bukan anak Allah (ibnu Allah) melainkan seorang hamba
Allah (‘abdu Allah). Pernyataan ini jelas tersurat dalam Alquran surah Maryam
ayat 30:
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba
Allah (‘abdu Allah), Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi.
Dari berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa akidah
yang menganggap Isa Al Masih adalah anak Allah merupakan suatu akidah yang
batil. Oleh karena itu, tidak pantas bagi seorang muslim untuk memberikan
ucapan selamat atas hari raya mereka (natal). Bagaimana mungkin orang yang
tersesat akan diberi ucapan selamat? Sikap yang seharusnya kita lakukan kepada
orang yang tersesat adalah dengan menolongnya, memberikan petunjuk kepadanya
untuk meniti jalan yang benar. Bukan malah memberikan ucapan selamat kepadanya.
Kita hidup di negara Indonesia yang terdiri atas berbagai
agama dan kepercayaan. Antara pemeluk agama yang satu dan yang lainnya
dianjurkan untuk toleran. Sikap yang hendaknya diambil oleh umat Islam sebagai
toleransi terhadap mereka dalam perayaan ibadah mereka adalah sekadar
memberikan kesempatan mereka untuk beribadah dan merayakan hari raya mereka,
tidak turut campur dalam perayaan ibadah mereka atau memberi ucapan selamat
kepada mereka. Tidak pula memekai atribut atau kostum yang mereka kenakan.
Terkait masalah toleransi beragama, Allah telah
memberikan syariat kepada kita untuk kita taati. Ada satu surah khusus di dalam
Alquran yang diturunkan kepada kita terkait dengan toleransi beragama.
Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku"
Sebagai sorang muslim, hendaklah kita senantiasa menjaga
akidah kita agar kriteria pertama muslim sejati, yakni salimul akidah itu tetap
terjaga. Pemerintah (dalam hal ini MUI –Majelis Ulama Indonesia) telah
mengeluarkan fatwa HARAM kepada umat Islam untuk memberikan ucapan selamat atas
hari raya agama lain (natal).
Sebagai penegasan, toleransi tidaklah berarti kita harus
mengikuti, turut merayakan, dan memberikan ucapan selamat. Toleransi adalah
memberikan kebebasan atau kesempatan kepada mereka untuk menjalankan ibadah
mereka.
Semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada kita
dengan menjaga keselamatan akidah kita. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Menjadi Muslim Sejati (Be the Real Moslem)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Qs. 2: 208).”
Suatu hari di suatu pasar sentra oleh-oleh,
ada seseorang yang sedang menawar ikat pinggang kulit. Penjual tersebut
menawarkan dengan harga yang sangat tinggi, dengan dalih bahwasanya sulit
menemukan bahan ikat pinggang tersebut, dan sulit pula membuatnya. “Mahal
sekali, Bang. Ini asli seratus persen dari kulit, kah?” tanya calon pembeli
tersebut. Dia mengiginkan ikat pinggang yang akan dia beli adalah ikat pinggang
yang 100 persen asli dari kulit.
Setiap orang pasti ingin barang yang
dimilikinya itu 100% terbuat dari bahan yang asli. Begitu pula Allah Subhanahu
Wa Ta Ala, menginginkan hambaNya untuk berislam secara 100%, secara kaffah,
be the real moslem. Lantas, bagaimana cara menjadi muslim yang kaffah?
Karakteristik yang harus dimiliki untuk
menjadi muslim sejati, pertama adalah salimul aqidah (akidah yang
selamat). Salimul aqidah mencakup banyak aspek. Aspek utama dalam hal ini
adalah mengesakan Allah (yuwahidullah). Perintah tauhid kepada Allah
sudah sangat jelas tersurat dalam Alquran surah Al Ikhlas: 1-4
Katakanlah: "Dialah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan,. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Sebagai seorang muslim sejati haruslah yakin
akan kebenaran hal itu serta mengetahui dan bersikap teguh di atas pendirian untuk mentauhidkan
Allah. Mentauhidkan Allah juga merupakan pintu gerbang pertama untuk masuk
Islam, yakni ketika membaca kalimat syahadat, laa illaha ilallah (tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah). Namun, kebanyakan umat
tidak menyadari hal ini. Kalimat tauhid ini hanya sebatas ujaran di lisan,
tidak sampai menancap di hati dan diaktualisasikan lewat perbuatan.
Kesyirikan (perbuatan menyekutukan Allah) masih
merebak di mana-mana. Kepercayaan masyarakat akan jimat-jimat, hari
keberuntungan, zodiak, horoskop, peramal, paranormal, dukun, dan sebagainya
masih menjadi hal yang umum dan lumrah. Padahal, kesyirikan merupakan dosa
terbesar yang tidak dapat diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘Ala, sebagaimana
firmanNya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.
(Qs. An-Nisa’: 48)
Maka dari itu, untuk menjelaskan perkara-perkara tentang kesyirikan dan
untuk mengajarkan manusia kepada kebaikan serta memberikan
peringatan-peringatan, Allah mengutus seorang nabi atau rasul untuk umat
manusia. Begitupun dengan kita, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam diutus
untuk memberikan peringatan kepada manusia dari perbuatan syirik.
Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (Qs. Al Kahfi:
110)
Untuk dapat meraih gelar muslim sejati yang akidahnya
selamat, tentu kita perlu belajar, kembali kepada Alquran dan sunah. Bukankah
kita hanya diminta untuk beribadah dan memurnikan ketaatan kita kepada Allah?
Apa ganjaran yang akan kita dapatkan dengan memurnikan ketaatan ini kepada
Allah?
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni
ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka
kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ´Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Qs. Al Bayyinnah: 5-8)
Surga merupakan balasan bagi orang-orang yang memurnikan
ketaatan kepada Allah. Bukankah surga merupakan sesuatu yang sangat mahal?
Begitulah, kemurnian akidah akan dapat balasan yang mahal dari Allah, yaitu
surgaNya. Sebagaimana ikat pinggang kulit tadi. Karena terbuat dari kulit murni
seratus persen, maka wajar jika harga barang itu sangat mahal. Semoga Allah
mengistikamahkan kita di atas ketaatan kepadaNya.
Wallahu A’lam.
Bersambung ke bagian 2, in syaa Allah
Sunday, March 1, 2015
Pengumuman Pemenang Pusdamm Competition PIF 2015
Selamat kepada pemenang yang berhasil memenangkan berbagai lomba Pusdamm Intellectual Fair (PIF) 2015.
Download pengumuman pemenang PIF 2015 melalui link ini.
Nantikan kami ya di Pusdamm Intellectual Fair tahun depan. Insya Allah PIF akan hadir kembali dengan lomba-lomba yang tidak kalah seru. Sekali lagi kami ucapkan selamat atas keberhasilannya.
Pengumuman Pemenang Pusdamm
Competition 2015
Sejak 22
Desember 2014 sampai 14 Februari 2015 lalu Pusdamm
Intellectual Fair 2015 menggelar lomba menulis nasional. Lomba tersebut terdiri
atas tiga cabang: puisi, cerpen, dan esai bahasa Inggris. Berikut daftar nama
pemenang lomba tersebut:
A.
Lomba Puisi
Juara I :
Danisa
Juara II :
Astria Astuti
Juara III :
Andri
B.
Lomba Cerpen
Juara I :
Mahardy Purnama “Hidayah di Malam Valentine”
Juara II :
Mahardy Purnama “Merindu Musim Semi"
Juara III :
Agus Dwi Antoro
C.
Lomba Esai bahasa Inggris
Juara I :
Muhammad Afdal
Juaa II :
M. Haris
Juara III :
Noory Annisa Aulia
Barakallahu fiykum atas juara yang diraih. Bagi peserta yang belum juara, tetap menulis!
Insya Allah dapat mengikuti PIF lagi tahun depan.
Juri:
1.
Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd.
2.
Sultan, SS., M.Ed., Ph.D.
3.
Ruslan, S.Pd.
4.
Murdani Tulqadri, S.Pd.
NB:
Ø Bagi para pemenang harap mengirimkan rekening tabungan ke email
panitia: unmpusdamm@gmail.com
Ø Hadiah lomba menyusul.Download pengumuman pemenang PIF 2015 melalui link ini.
Nantikan kami ya di Pusdamm Intellectual Fair tahun depan. Insya Allah PIF akan hadir kembali dengan lomba-lomba yang tidak kalah seru. Sekali lagi kami ucapkan selamat atas keberhasilannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
About us