“Barangsiapa meniru-niru suatu kaum, maka
ia termasuk golongannya (kaum tersebut).” {H.R. Bukhari}
Setiap akhir tahun pasti ada perayaan hari raya agama lain.
Apa itu? Tentu kita semua sudah mengetahui hal itu: Natal. Natal artinya lahir.
Hari natal dirayakan untuk memperingati hari lahir Yesus (nabi Isa ‘Alaihissalam)
yang dipercaya sebagai anak Allah. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan
akidah (keyakinan) kita. Seperti ayat yang dikutip pada edisi I lalu, bahwa Allah
Maha Esa, tidak beranak dan diperanakkan. Mahasuci Allah dari sifat tersebut.
Berikut kutipan ayatnya:
Katakanlah: "Dialah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan,. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Sungguh merupakan suatu kesalahan apabila kita menganggap
hamba Allah sebagai anak Allah atau bahkan sebagai Tuhan selain Allah. Allah telah
memberikan penjelasan dan peringatan kepada kaum Nashrani (ahli kitab) dengan
panjang lebar bahwa Isa Al Masih adalah hambaNya.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui
batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari
ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Terjemah Qs. An-Nisa’: 171)
Bahkan Yesus (Isa Al Masih ‘Alaihissalam) pun juga
menegaskan bahwa dirinya bukan anak Allah (ibnu Allah) melainkan seorang hamba
Allah (‘abdu Allah). Pernyataan ini jelas tersurat dalam Alquran surah Maryam
ayat 30:
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba
Allah (‘abdu Allah), Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi.
Dari berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa akidah
yang menganggap Isa Al Masih adalah anak Allah merupakan suatu akidah yang
batil. Oleh karena itu, tidak pantas bagi seorang muslim untuk memberikan
ucapan selamat atas hari raya mereka (natal). Bagaimana mungkin orang yang
tersesat akan diberi ucapan selamat? Sikap yang seharusnya kita lakukan kepada
orang yang tersesat adalah dengan menolongnya, memberikan petunjuk kepadanya
untuk meniti jalan yang benar. Bukan malah memberikan ucapan selamat kepadanya.
Kita hidup di negara Indonesia yang terdiri atas berbagai
agama dan kepercayaan. Antara pemeluk agama yang satu dan yang lainnya
dianjurkan untuk toleran. Sikap yang hendaknya diambil oleh umat Islam sebagai
toleransi terhadap mereka dalam perayaan ibadah mereka adalah sekadar
memberikan kesempatan mereka untuk beribadah dan merayakan hari raya mereka,
tidak turut campur dalam perayaan ibadah mereka atau memberi ucapan selamat
kepada mereka. Tidak pula memekai atribut atau kostum yang mereka kenakan.
Terkait masalah toleransi beragama, Allah telah
memberikan syariat kepada kita untuk kita taati. Ada satu surah khusus di dalam
Alquran yang diturunkan kepada kita terkait dengan toleransi beragama.
Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku"
Sebagai sorang muslim, hendaklah kita senantiasa menjaga
akidah kita agar kriteria pertama muslim sejati, yakni salimul akidah itu tetap
terjaga. Pemerintah (dalam hal ini MUI –Majelis Ulama Indonesia) telah
mengeluarkan fatwa HARAM kepada umat Islam untuk memberikan ucapan selamat atas
hari raya agama lain (natal).
Sebagai penegasan, toleransi tidaklah berarti kita harus
mengikuti, turut merayakan, dan memberikan ucapan selamat. Toleransi adalah
memberikan kebebasan atau kesempatan kepada mereka untuk menjalankan ibadah
mereka.
Semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada kita
dengan menjaga keselamatan akidah kita. Aamiin.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment