Labels

Monday, June 11, 2012

Renungan KKN


 
Saudaraku, mari kita bernostalgia sejenak, mengingat masa lalu kita, mengingat masa SMA kita, ketika hidayah islam, hidayah sebagai sorang ikhwah, hidayah sebagai seorang akhwat belum diberikan oleh Allah kepada kita.  Saat kita masih bergelimang kemaksiatan, saat tangan kita begitu kotor karena memegang wanita atau lelaki yang bukan mahram kita, saat hati ini masih menduakan Allah dengan si-DIA, saat  musik dan lagu masih menjadi makanan keseharian kita, saat artis-artis masih menjadi idola kita, saat ibadah-ibadah masih jarang dan bolong-bolong kita kerjakan, saat tutur kata kita adalah tutur kata keburukan, yang keluar dari mulut kita adalah perkataan-perkatan kotor, ketika nikmat kebersamaan dengan ikhwah atau akhwat belum kita rasakan, mari mengingat sejenak masa-masa kegelapan tersebut. Lalu lihat lagi diri kita hari ini. Diri dalam naungan hidayah, diri yang bergelimang kenikmatan atas ketundukan pada Allah. Saat ini, kita selalu merasakan nikamatnya beribadah kepada Allah. Bisa menikmati sholat dengun khusu`, berjama`ah sudah menjadi rutinitas, saat kita merasakan betapa nikmatnya hidup ini dikala kita mampu menjalankan sunnah Rasulullah, celana yang di atas mata kaki, hijab yang syar`I bagi akhwat, merasakan nikmat iman dikala mampu menudukkan pandangan, merasakan betapa nikmatnya selalu bersama dengan orang-orang sholeh, dimana mereka selalu mengingatkan kita akan ketaatan kepada Allah, hidup nilkmat karena selalu bersama ikhwah atau selalu bersama akhwat, demikian pula nikmatnya dapat mengikuti majlis ta`lim. Sungguh saudaraku, semua itu begitu nikmat.  Maka coba jawab pertanyaan ini, maukah relakah kita melepaskan nikmat hidayah ini untuk ditukar dengan nikmatnya  dunia? Relakah kita melepaskan kenikmatan bersama dengan Allah,  berdua dengan Allah, kemudian ditukar dengan kembali ke masa lalu kita ? Saat kita kembali pacaran, masih memperlihatkan aurat, dan berbagai maksiat yang lain ? Relakah kita ? hati yang tunduk pada Allah, tentu akan berkata TIDAK!
Saudaraku, ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Pelajaran untuk pandai menghargai nikmat hidayah. Untuk mampu memahami bahwa hidayah adalah barang mahal, namun kemahalannya adalah tak terhingga karena tidak ada nilai rupiah yang dapat dijadikan patokan untuk menyetarakan nilai hidayah dengan nilai rupiah tersebut. Terlalu hina dunia ini untuk ditukar dengan nikmat hidayah, yang kata rasulullah bahwa nilai dunia ini (mobil mewah, rumah mewah, emas permata, nilai A) adalah tidak lebih berharga dibandingkan sehelai sayap nyamuk!
Inilah yang dipahami oleh para pendahulu kita sehingga mereka rela bersakit-sakit di dunia, demi mempertahankan nimat hidayah yang sedang mereka rasakan. Teringat kisah Bilal bin rabah yang rela dijemur dipadang pasir yang panas, dibawah terik matahari yang menyengat, dan ditindis dngan batu yang besar oleh majikannya agar ia melapaskan nikmat hidayah islamnya dan kembali ke agama nenek moyangnya, namun ternyata di luar dugaan Bilal bin Rabah saat itu lebih memilih tetap menyimpan hidayah keimanan dalam hatinya dari pada harus berbalik ke belang dan kembali pada kegelapan. Sebuah kata fenomenal, ynag dicatat sejarah, menjawab tawaran majikannya, Ahad, Ahad, Ahad ! Pertanda , tuhan hanya satu, agama ku hanya satu dan aku tak rela kembali meyembah banyak tuhan. Sebuah pembuktian pemahaman yang begitu mendalam dari Bilal, nikmat hidayahnya jauh lebih nikmat dibandingkan segala kenikmatan yang diratawarkan oleh majikannya.
Mushab bin Umair, sang pujaan hati para wanita Mekah, orang tajir, dengan gaunnya yang selalu indah dan mewah bahkan parfumnya yang karena mahalnya, sudah dapat tercium dari tempat yang jauh (1 km, pen). Anak yang begitu disayangi oleh orang tuanya dan begitu dimanja, namun ketika ia merasakan nikmat hidayah berislam, maka segala atribut dunia tadi rela untuk dilepaskannya. Ia rela diboikot oleh orang tuanya, dan harus kehilangan segala kekayaan dan kemewaan atas putusannya memilih agama Muhammad. Mengapa? karena ia mampu merasakan kenikmatan dalam naungan hidayah tersebut.
Teringat kisah sumayyah, Sang syahidah pertama, wanita budak beliang yang rela diikat oleh majikannya, dan ditusuk dengan besi yang panas mulai dari mulutnya tempus hinggah ke kemaluanya, demi apa ? mempertahankan hidayah yang dimilikinya. Demikian pula dengan Ibnu Taimiah yang rela puluhan kali masuk penjara, rela keluar masuk penjara, bahkan harus meninggal dalam penjara, karena memperjuangkan hidayahnya. Imam Ahmad yang rela dicambuk oleh raja Al Ma`mun demi komitmen pada agama yang diyakininya, islam ! para sahabat yang rela berhijarah meninggalkan hartanya kekayaannya di Mekah menuju Madinah dan yang rela berperang sampai titik darah penghabisan, semuanya hanya dengan satu tujuan, komitmen pada agama atas nikmat hidayah islam yang sedang di rasakannya.
Begitu pula dengan saudara muslim kita di Palestina, di Afganistan, di Checnia, maupun di Sur`yah, perang yang mereka lakukan bukan untuk dirinya, bukan untuk mendapatkan ganimah, namun demi mempertahankan hidayah islam yang mereka anut. Mereka paham betul , bahwa hidayah tak  bernilai harganya, dan sangat nikmat bernaung di dalamnya.
Masa KKN Tiba
Saudaraku….tepat setelah aku membaca pengumuman terbukanya kembali pendaftaran KKN REGULAR dan KKN-PPL TERPADU, maka hati ini tersentak untuk segera menulis tulisan ini sebagai sebuah pesan cinta untuk mu, saudara ku…

Ahali hikmah berkata :
“ Saudara yang baik, bukanlah saudara yang membenarkan kata-kata mu, namun saudara yang baik adalah yang mengatakan kepadamu tentang kebenaran”
Saudaraku, simaklah kisahku…
KKN ku betul-betul memberikan aku pembuktian kebenaran perkataan para senior dahulu tetang ganasnya KKN merenggut hidayah seorang ikhwah dan akhwat. Banyak ikhwah yang setelah KKN berubah menjadi laki-laki (bukan lagi ikhwah) dan banyak akhwat yang berubah menjadi peremuan (bukan lagi akhwat setelah KKN). Curhatku,  Sungguh berat rasanya ketika dikali pertama aku bertemu denga teman-teman seposko ku, aku harus menerima kenyataan bahwa aku se posku, hidup satu atap selama 3 bulan dengan KETUA HMI, TIGA ORANG MAHASISWI SENI, DUA ORANG BERAGAMA NASRANI, DUA ORANG FASIK (sudah tau kebenaran namun enggan mengerjakan), SATU ORANG MAHASISWI CENTIL yang senang menyebar gossip, satu orang MAHASISWI CEREWET yang tidak mau berhenti berceloteh bahkan suaranya selalu terdengar dari rumah sebelah. Coba banyangkan saudaraku,aku harus tinggal seposko dengan mereka selama 3 BULAN ? Hampir tiap hari mereka mengumbar auratnya..dan hampir setiap saat, siang dan malam laki dan peremuan seposkoku selalu bercampur baur. Perempuan yang saat keluar rumah mengenakan kerudung, namun saat di dalam posko dengan murahnya mereka menjajakan mahkota ‘rambutnya’ kepada siapa saja. Bahkan betisnya pun dapat dilihat, GRATIS. Terlebih lagi yang agama nasrani, pahanya pun GRATIS (pen, afwan). Awalnya, aku berusaha untuk mampu bersabar dengan kondisi ini dan mencoba mendekati teman laki-laki untuk di dakwah fardiyahi,sambil sekali-kali menyinggung teman-teman wanita tadi agar punya sedikit rasa malu, namun sebulan berselang, ternyata terasa begitu berat. Hampir setiap waktu sholat aku mengingatkan mereka, namun nyaris tidak pernah panggilanku digubris oleh mereka. Bahkan sampai singgungan-singgungnnku pada wanita tadi, mereka seakan tak merasa bersalah. Maka sampai detik ketika aku sedang menulis tulisan ini pun, aku tetap belum mampu mengajak mereka merasakan nikmat berislam. Kebersamaan ku dengan mereka sungguh terasa begitu berat, seakan aku bagikan seekor ikan yang tempat hidupnya adalah di air, namun harus disimpan di daratan. Menggelepar dan tersiksa. Begitulah aku yang terbiasa hidup bersama ikhwah namun harus hidup tiga bulan bersama mereka. Walupun aku sadar, bahwa ini adalah ujian keimanan untukku. Jika di Makassar aku mampu taat kepada Allah dalam keramaian bersama ikhwah, maka Allah ingin mengujiku, mampu kah aku taat dalam kesunyian dari ikhwah ? Sama kah ketaatanku saat banyak orang yang melihat dan saat hanya bersunyi dengan beberapa orang ikhwah ? Tantangan ini yang ingin selalu ku taklukkan, karena, nahnu du`at `ala kulli sya`i. saya adalah seorang da`I dimana saya berada. Saat bersama ikhwah atau tidak, saya tetap da`i dan harus terus taat dimana pun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun. Ini bukti keikhlasan ibadah. Tuhan yang disembah saat di Makassar adalah Allah, yang disembah saat di kampung pun adalah Allah, maka orang yang ikhlas adalah orang yang mampu menjaga ibadahnya dimana pun ia berada. Ittaqillaha haitsu maa kunta. Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada.
Namun saudara ku, kisah ku tidak sampai di situ. Ada yang lebih mengagetkan aku. Bahkan kali pertama aku mengalaminya, seakan tidak percaya. Hati ini betul-betul tak dapat percaya dan sangat tak mau percaya, namun harus dipaksa untuk percaya dan menerima kenyataan itu. Kenyatan yang begitu memilukan dan betul-betul membuat jantungku berdetak sangat kencang tak beraturan. Karena ketidakpercayaanku, aku mengejar untuk memastikannya, menghilangkan keraguannku. Ternya benar.  Kenyataan itu harus ku terima. Seorang shahabiahku, salah satu teman seperjuangan, seorang akhwat yang di Makassar begitu hebat menjaga hijabnya, betapa sangar dan tegas dalam menjaga agamanya, aku harus melihatnya terjatuh dalam jurang yang sangat dalam. Aku melihat akhwat tersebut di suatu malam (akhwat keluar malam adalah perkara yang tidak lumrah). Namun saudarku, tidak cukup sampai di situ, tidak hanya sekedar keluar malam, karena tahu kah engkau dimana aku melihatnya ? Bukan di mesjid sebagaimana ia sering berada di Makassar, namun ketahuilah saudaraku, aku melihatnya pada malam itu, berada di tempat muda mudi sering berkumpul. Namun sekali lagi saudaraku, kisahku belum cukup sampai di situ. Kenyataan yang lebih pahit harus ku terima sambil ku elus-elus dada ini dan beristigfar pada Allah  berulangkali karena sunguh seakan tak percaya dengan kenyataan itu, ketika kulihat ia dengan wajah yang ceria, menaiki sebuah motor, bukan saudara ku, bukan, bukan bersama akhwat sebagaimana di Makassar, namun bersama seorang laki-laki yang ku tak tahu siapa dia? Apaya dia ? Masih dengan terus beristigfar dan mencoba ber husnudzon, bahwa mungkin ia dibonceng dan duduk dengan sangat dekat sekali seperti itu, ia bersama dengan mahramnya. Namun hati ini serasa sulit untuk menrima husnudzon tersbut. Sulit sekali. Karena tidak hanya sepasang saudara ku, tapi tiga pasang muda-mudi. Semuanya berpasangan. Tiga motor dan setiap motor di isi oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka semua satu rombongan. Dimana salah seorang perempuan itu adalah sang akhwat tadi. Astagfirulllah…. Berulang-ulang ku ucapkan karena sungguh, seakan tak percaya. Seorang akhwat, pejuang dakwah di Makassar, di kampus, salah seorang macan kampus, begitu hebat menjaga hijabnya, bahkan karena sangat hebatnya, kehebatan akhwat ini sering menjadi buah bibir di kalangan ikhwah, harus terjatuh, saat KKN .Hidayah keakhwatannya dijual dengan sekedar nilai A.  Sebandingkah ?   
Belum lah lagi saudara ku, apa bila ku ceritakan engkau kisah akhwat yang terfitnah oleh seorang ikhwah teman seposkonya, karena hijab yang  begitu longgar di antara mereka, ketika sang akhwat minta tolong pada ikhwah (sebut ikhwah A) untuk diinstalkan laptopnya dan saat ia mau membayar upahnya, ikhwah A tersebut berkata tidak usah…maka seketika itu pula setan sudah mulai bermain di hati sang akhwat. Si akhwat tadi kemudian meng-sms ikhwah lain (ikhwah B) yang satu kelas denganya dan bertanya: “eh, sejak kapan tarbiyah ikhwah A ? Dijawab oleh ikhwah B : sejak semester dua. Lalu sang akhwat tadi membalas lagi : “ih,,, baiknya mbo..”. ini adalah perkataan cikal bakal  anak panah iblis di hati anak cucu adam, naudzubillah…di lain kisah, pada kesempatan yang berbeda ketika seorang akhwat yang juga seposko dengan ikhwah, suatu ketika berjalan bersama seluruh teman seposkonya ke suatu  masjid dan tiba-tiba…tali sepatu sang akhwat terlepas, maka taukah engkau apa yang terjadi setelah itu ? Sang akhwat tersebut langsung memanggil sang ikhwah dan berkata : tolong pegangkan ka` HP ku. Kenapa mesti minta tolong kepada ikhwah? Buka kah masih banyak muslimah yang lain ?
Ataukah saudaraku, engkau ingin menyimak kisah seorang ikhwah yang saat sebelum KKN begitu mantap keikhwaannya, celananya sunnah sekali, bahkan sampai di pertengahan betis, banyak pembesar dakwah di UNM hari ini yang lahir dari tangannya, namun setelah KKN, yang kata berbagai informasi yang kami dapatkan, beliau terfitnah di sana, hinggah akhirnya, saat ini, celananya sudah dibawah mata kaki bahkan keluar dari jam`ah dan saat ini menjadi futur…
KKN ADALAH PROGRAM FUTURISASI
Saudaraku… ketahuilah bahwa KKN adalah program FUTURISASI IKHWAH DAN AKHWAT. Bila engkau bertanya mengapa KKN mampu memfuturkan mereka, maka ini jawabku..
1.      Sosialisasi
KKN memaksa kita untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan teman seposko. Kalau kita bersosialisasi, beradaptasi, bahkan menyatu dengan mereka, maka tentu cuma ada dua pilihan. Mereka mengikuti kesholehan kita atau sebaliknya kita yang mengikuti kejahilan mereka. Penyatuan adalah persamaan. Perasaman kita dalam kejahiliannya mereka adalah kefuturan.
2.      Keakraban
Potensi akrab dengan teman seposko sangat besar. Bagaimana tidak, tiap hari bahkan setiap saat bertemu. Apalagi laki-laki dan perempuan tinggal bersama dalam satu rumah. Bangun tidur bertemu, mau makan bertemu, mau ke WC bertemu, mau nonton TV bertemu, saat musyawarah bertemu, bahkan bagi ikhwah dan akhwat, saat sholat Tahajjud dan sahur pun bertemu. Dan bayangkan saudaraku…pertemuan itu bukan hanya sekali dua kali, namun berkali-kali…selama 60 hari untuk KKN regular dan 90 hari untuk KKN-PPL. Dengan interaksi selama itu, saling mengetahui karakter dan kepribadian masing-masing mau atau tidak mau, suka atau tidak suka sangat mungkin terjadi. Bahkan bagi sebagian orang ini adalah peluang besar untuk PDKT. Naudzubillah…
3.      Musik
Mungkin di Makassar ikhwah dan akhwat sangat anti dengan musik, namun di posko harus beretmu dengan orang awwam. Orang yang tiap hari, bahkan tiap saat selalu dengar musik. Bahkan pernah terjadi, teman seposko ikhwah dari fakultas seni, sakit kepala kalau tidak dengar musik. Kalau ikhwah dan akhwat sakit kepala saat dengar musik, maka ia sakit kepala saat tidak dengar musik. Bagi mereka musik adalah hiburan dan penenang hati, tapi bagi kita musik adalah racun. Adapaun al quran adalah penenag hati. Saudaraku, awalnya mungkin kita mampu memegang idealisme keikhwaan/keakhwatan kita, namun bila ini terus terjadi dan kita membiarkan saja tanpa ada reaksi, kita yang seposko, serumah, bahkan se kamar dengannya sedikit demi sedikit dapat terbawah pada kebiasaan tersebut. Bayangkan kalau tiap hari bersamanya dan tiap hari dengar musik yang diputarnya. Musik jadi makanan sehari-harinya dan menjadi pengantar tidurnya lalu kita pun tidur satu kasur dengannya. Hati ini akan goyah dengan ditandai ikut bergoyangnya kaki saat musik berdendang. Ikhwah atau akhwat kakinya ikut bergoyang saat dengar musik ? atau kah kepalanya yang ikut mengangguk-angguk mengikuti dendangan lagu? naudzu billah…ini kefuturan saudaraku.
4.      Mengumbar Pandangan
Saat bersama ikhwah/akhwat kita begitu istiqomah untuk menundukkan pandangan, namun di lokasi KKN menundukkan pandangan menjadi begitu berat. Serumah, selalu bertemu sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya, saat musyawarah, saat ada kegiatan, saat di ruang makan, di ruang keluarga, saat di depan WC, kadang juga saling memandang saat berpapasan di jalan, dan berbagai saat yang lain. Awalnya mungkin komitmen, tapi lama-kelamaan belum tentu. Mungkin saat di Makassar tak satu pun wanita/laki-laki (bagi akhwat) yang wajahnya dihapal. Namun saat di posko, seluruh wajah teman posko sudah terhapal. Jangankan wajah, bahkan mungkin kepribadian dan segala kebiasaan teman seposko sudah terhapal habis. Kalau mau menikah dengan salah satu diantara teman seposko tersebut, gak perlu lagi acara ta`arrufan karena kebersamaan kita seposko dengan mereka, membuat kita lebih banyak tau tentang si dia, sinyal antenanya makin kuat kata orang.  Terlebih lagi saat syetan berbisik, ih…tidak sopan kalau ada orang bicara baru tidak diliat muka`nya, nanti tersinggungki…astagfirullah…di sinilah tipu muslihat syetan dan banyak ikhwah dan akhwat terjatuh di dalamnya. Ini kefuturan saudaraku.
5.      Dima`comblangi
Bukan rahasia lagi, begitu banyak pejuang dakwah yang saat di kampus bagaikan singa-singa padang pasir yang siap menghantam semua pelaku maksiat, namun selepas KKN terfitnah dengan dunia; pacaran. Naudzubillah..bagaimana tidak, ketika teman seposko kita mema`comlangi, menjodoh-jodohkan sesama teman seposko. Bisa jadi antara yang paling tampan dengan yang paling cantik di posko tersebut, bisa jadi yang sama-sama pendiam, bahkan  ustadz dan ustadzah posko pun tidak luput dijodoh-jodohkan. Mungkin ikhwah dijodohkan dengan perempuan dan yang paling seringnya dijodohkan dengan akhwat bila satu posko. Akhwat pun kadang dijodohkan dengan laki-laki, bahkan dengan ikhwah bila satu posko. Awalnya memang tak ada rasa, namun lama kelaman mulai berasa. Awalnya tidak apa-apa, namun karena sering digosipin, diejek-ejek, dipasang-pasngkan, maka manusia mana yang hatinya tidak goyah. Lelaki mana yang tidak tertarik pada wanita dan wanita mana yang tidak tertarik pada lelaki ? Ikhwah mana yang tidak berharap mendapatkan akhwat dan akhwat mana yang tidak pernah mengharapkan ikhwah ? Sungguh tipu daya syetan begitu hebat saudaraku..saling melirik, saling memperhatikan, saling mencari-cari informasi satu sama lain, mampu menggugurkan iman wahai saudaraku. Seorang seniorpun pernah menceritakan kisah seorang lelaki awwam yang terfinah, tertarik pada seorang akhwat bercadar. Bukan dengan wanita yan jelas cantiknya karena wajahnya tepampang gratis, namun dengan akhwat bercadar, yang wajahnya tidak pernah terlihat olehnya. Usut punya usut, ternyata lelaki tersebut tertarik pada kepribadian dan suara sang akhwat. Saudartaku, berhati-hatilah..ingatlah  sabda rasulullah :
“bahwa tidak lah aku meninggalkan fitah (ujian) yang lebih berat bagi seorang laki-laki, kecuali ujian karena seorang wanita”
“sesungguhnya pandangan adalah anak apanah iblis…”
“Tidak akan akan merasakan manisnya iman kecuali orang yang mampu menundukkan pandangannya…”
Allah pun berfirman dalam surah annur ayat 30 dan 31:
“Wahai lelaki muslim, tundukkanlah pandanganmu…wahai wanita muslimah, tundukkanlah pandanganmu..”
6.      Tidurrus + Makan + Nonton + Game
Saudaraku, sudah menjadi rahasia umum bahwa KKN adalah tempat bersantai bagi kebanyakan orang. Kalau di Makassar sangat sibuk, maka banyak mahasiswa yang menjadikan KKN sebagai wadah istirahat. Ikhwah dan akhwat pun sering terfitnah di sini. Ketika di kampus sangat sibuk mengurus dakwah. Bangun pagi-pagi dan harus begadang untuk memikirkan umat, maka saat KKN dianggap saat yang tepat untuk beristirahat. Memulihkan kembali syaraf dan otot yang tegang terus di Makassar mengurus ummat. Tidurrus (tidur terus) menjadi rutinitas. Bukan tadarrus tapi tidurrus. Setelah tidur, langsung bangun dan mengarah ke meja makan mengambil makanan yang telah disiapkan oleh teman atau ibu posko. Sambil makan atau setelah makan dilanjutkan dengan nonton TV. Bosan nonton TV, laptop jadi sasaran untuk main game. Yah…begitulah setiap hari. Berulang hinggah menjadi siklus harian sampai waktu penarikan tiba. Sadarkah kita saudaraku bahwa main game termasuk perbuatan sia-sia. Nonton TV pun kebanyakannya adalah kesia-siaan bahkan bisa jadi maksiat saat lihat aurat. Sedangkan rasulullah bersabda : Salah satu tanda keimanan seseorang adalah meninggalkan perkara yang sia-sia. Dan saat kita kebanyakan bergelut dengan kesia-siaan, masikah kita beriman ? banyak tidur dan banyak makan adalah perkara sia-sia saudaraku. Bahkan dapat mematikan hati. Hati yang mati adalah yang tidak dapat merasakan lezatnya ibadah. Padahal jelas-jelas ibadah adalah pil penenag jiwa. Rasulullah saja pernah bersabda : wahai bilal, istirahatkan saya. Maka bilal bukannya pergi mengambil bantal dan kasur, namun bilal IQOMAT. Pertanda Rasulullah ingin sholat berjama`ah bersama sahabatnya. Artinya, istirahatnya Rasulullah adalah dengan ibadah. Mengapa ? karena ibadah adalah kelezatan bagi Rasulullah. Lalu saat KKN, apakah banyak ibadah atau banyak tidur? Apakah banyak ibadah atau banyak makan ? saudaraku, cukup lihat saja wajah kami, alumni KKN, yang semakin `mottok` atau perut yang semakin buncit atau berat badan yang semakin naik.
7.      Syubhat Solidaritas, persaudaraan, kekompakan
Syubhat ini yang banyak ikhwah dan akhwat tidak mampu membendungnya. Atas nama solidaritas, persaudaraan, kekompakan, sangat sering menjadi senjata syetan untuk mencari mangsa-mangsa serigala. Teman-teman kadang mengajak kita melakukan ini dan itu, tidak pandang halal atau haram, yang penting kompak.
a.      Fitnah Kepala desa/kepala sekolah/guru /korcam/kordes/korsek gaul
Kepala desa/kepala sekolah/guru gaul semacam ini akan sering membuat pesta atau acara-acara tertentu, yang penting ngumpul, itu semboyan mereka. Mereka sering datang ke posko dan otomatis sebagai anak KKN wajib bagi kita untuk meladeni mereka cerita dan berdiskusi (yang tidak jelas). Mengajak ke acara pengantin, makan jagung bareng, makan es cendol bareng, makan bakso bareng, naik mobil bareng, rekreasi bareng,  dan parahnya mereka yang memfasilitasi bahkan berani keluarkan kocek dalam-dalam. Kalau tidak punya filter kuat, malu/segan/tidak enak menolak ajakan, maka jadilah kita mangsa serigala alias FUTUR. Bagaimana tidak futur kalau selalu buat pesta, bagaimana tidak futur kalau selalu ikhtilat (campur baur), bagaimana tidak futur kalau selalu mengumbar pandangan pada yang bukan mahramnya ? Ya Allah..jauhkanlah kami dari semua ini.
b.      Finah Isra` mi`rah, Maulid, Barazanji, Yasinan, Ta`siah, dan Bid`ah-bid`ah lain
Masyarakat tentu sangat menghormati anak KKN sehingga apabila masyarakat punya hajatan tertentu, pasti mengundang anak KKN untuk ikut serta. Bahkan kadang dijadikan panitia pelaksana. Masalahnya disini, kita sebagai orang tertarbiyah dan paham keharaman berbuat bid`ah akan dilema. Di satu sisi kita dipandang sebagai ustadz atau ustadzah, namun disisi lain kita paham bahwa itu adalah bid`ah. Ikhwah dan akhwat yang tidak pandai berkilah atau memudah-mudahkan perkara bid`ah, akan terjatuh pada perkara bid`ah tersebut. Dan ingatlah saudaraku, sesungguhnya keburukan itu akan saling-panggil memanggil dengan keburukan yang lain sehingga sekali kita berbuat keburukan, akan memanggil kita melakukan keburukan yang lain. Sekali kita berbuat bid`ah atau maksiat, akan memanggil kita melakukan bid`ah atau maksiat yang lain. Ketahuilah, bahwa dalam satu desa atau kampung, bukan hanya satu masjid, tapi bisa jadi ada beberapa masjid yang secara bergilir melakukan bid`ah-bid`ah. Pun dengan rumah masyarakat, bukan hanya satu rumah tapi puluhan bahkan ratusan rumah, yang setiap rumah berpotensi mengundang untuk melakukan salah satu bid`ah.
c.       Fitnah Rekreasi/Pesta Perpisahan
Banyak sekali pejuang dakwah terjatuh pada masalah ini. Rereasinya tidak masalah, namun yang bermasalah adalah di tempat rekreasi tersebut. Berikhtilat (campur baur), membuka aurat, foto bareng, bercanda bareng, makan bareng, jabat tangan dengan ibu atau bapak posko, ibu atau kepala desa, ibu atau bapak guru adalah bentuk pelanggaran syariat yang sangat mungkin terjadi. Fitnah ini kadang hadir di akhir masa KKN. Banyak ikhwah dan akhwat terjatuh pada hal ini dengan alasan solidaritas. Acara terakhir. Kapan lagi kita ketemu, jangan pikir akhirat terus, pikir juga dunia,dll. Ikhwah dan akhwat yang tersubhati dengan perkataan itu (sering muncul dari teman seposko) akan berkata, tidak papaji. Acara terakhir mi memang. Ini mi yang terakhir, setelah ini tidak mi lagi. Ataukah bertkata, tidak papa ji..darurat! Padahal saudaraku, kata darurat dalam islam hanya dipakai saat berhubungan dengan nyawa (kematian). Contoh : saat di tengah hutan dan tidak ada lagi makanan selain babi, maka berlakulah darurat. Kalau tidak makan babi tersebut akan mati, maka babi tersebut tidak papa dimakan secukupnya, setidaknya sampai sudah bisa menyambung hidup, terhindar dari kematian (tidak boleh sampai kenyang).
d.      Cap EXTRIM,EKSLUSIF, TIDAK GAUL
Apabila ikhwah dan akhwat di tempat KKN berkomitmen untuk menjaga hijab dengan yang  bukan mahram, tidak menghadiri kegitan-kegitan sia-sia atau bid`ah, jarang gabung denga teman seposko, maka tentu cap EXTRIM,EXKLUSIF, TIDAK GAUL akan tersematkan untuk ikhwah dan akhwat. Apabila tidak bersabar dengan hal ini, maka saat mulai membuka diri untuk menghilangkan cap itu, bisa jadi tabir syetan akan terbuka dan menjatuhkan kita sedikit demi sedikit tanpa disadari. Dari pengalaman penulis, banyak ikhwah dan akhwat yang menjadi goyah saat terkena subhat ini.
 KKN Bukan Kue Coklat
Saudaraku, dari sini kita harus memetik pelajaran bahwa KKN bukan kue coklat, bukan brownis yang enak dan lezat dimakan, hinggah kita semua berlomba-lomba mendapatkannya dan memprogramkannya bahkan walaupun sebenarnya kita sedang  memiliki amanah untuk mengurus ummat di kampus. Kita sedang berada dalam kontrak dengan Allah, menjadi orang pilihan ALLAH untuk mengurus agama Nya. Saudaraku…KKN adalah kawat berduri, batu berduri, bahkan bagaikan srigala ganas yang dapat menerkam siapa saja. Tak pandang akhwat atau ikhwah. Orang yang di kampus saja merupakan pejuang dakwah yang begitu militan, namun di arena KKN, mereka pun dapat terjatuh sedalam itu…tenggelam dalam `kebersamaan`, bahkan banyak yang tak dapat tertolong lagi…
Saudaraku, kami para kakandamu tak pernah berpikir untuk menunda-nunda akademikmu,, namun kami  menasehatimu sebagai bukti sayang kami padamu. Sayang, ingin selalu bersama dan tak ingin kehilanganmu, maka kami takut kehilangan diri mu saudara ku. Kami takut KKN merenggut kebersamaan kami dengan mu..
Maka saudaraku, ingatlah bahwa kita diikat oleh ikatan iman, ikatan ukhuwah, ingatlah bahwa kita diikat oleh jama`ah. Kita bukan orang yang meyendiri sehingga kita dapat berijtihad sendiri. Kita bukan ulama yang saat berijetihad dan salah, maka tetap dapat pahala. Tapi saudaraku.. kita ini hanyalah orang awwam yang apabila berijetihad sendiri, maka konsekuensinya adalah MENJUAL HIDAYAH yang kita miliki. Kita berda dalam jama`ah dakwah saudaraku, dan kita punya pimpinan yang dapat mengarahkan kita. Di UNM ada FSI RI dan FMUI yang mengomandoi dakwah, maka mari saudaraku, minta lah pertimabangan para senior ta sebelum memutuskan berangkat atau tidaknya KKN. Karena kita berjama`ah, maka pengaturan siapa yang berngkat KKN semester ini atau semester depan, tidak boleh atas ijetihad/keputusan sendiri namun harus hasil  musyawarah bersama dalam jama`ah.
Saudaraku, statusmu sebagai PNS (pegawai negeri Syurga), dikontark langsung oleh ALLAH, SKnya juga dari Allah, penilai kerja mu pun ALLAH, maka jangan sampai keberangkatanmua KKN saat ini malah menyisakan lubang besar dalam jama`ah sehinggah tandzim tergoyahkan dan banyak amanah ALLAH (proker) tidak berjalan, atau kalaupun berjalan, jalannya tidak maksimal. Jagan sampai kepergianmu menghancurkan manajemen lembaga karena tidak ada orang lain yang berkapabel selain engkau yang mengurus lembaga dakwah ini. Jangan sampai kepergianmu membuka pintu musuh-musuh Allah untuk menyerang kita. Atau mematahkan langkah-langkah dakwah kita. Ingat saudaraku, jangan sampai dakwah mati karenamu. Jangan sampai banyak halaqah tarbiyah terbengkalai karena kepergianmu. Pertimbangkanlah itu wahai saudaraku…
Saudaraku, hilangkan kehendak nafsuh dalam diri kita. Jangan berangkat KKN karena nafsuh tapi berangkat lah karena Allah. Kalau kita berangkat dan keberangkatan kita atas keputusan hawa nafsuh, bukan hasil musyawarah dalam jam`ah, maka tentu saat di lokasi KKN kita akan dikuasai oleh hawa nafsuh. Namun jikalau kita berangkat karena Allah, setelah memohon ridho dalam jama`ah kita, sebagai hasil musyawarah, maka niat kita yang karena Allah tersebut akan menjadikan kita dijaga oleh Allah selama di tempat KKN.
Jika pun engkau berdalih bahwa ini adalah desakan orang tua, maka ketahuilah saudaraku, bahwa itu memang sudah lumrah. Namanya juga orang tua. Sebagaimana engkau didesak oleh orang tua mu. Kami semua pun demikian, kami semua juga didesak oleh orang tua kami. Maka tugas kita berkomunikasi dengan orang tua, melobi mereka dan membujuk mereka, memahamkan mereka bahwa saat ini kita masih punya kuliah yang harus diselesaikan. Meyakinkan mereka bahwa walaupun kita KKN semester depan atau tahun depan, tidak akan menjadikan kita lambat selesai. Dan memang KKN bukan jaminan sudah akan selesai. Dalam pengalaman penulis dan hasil sharing  dengan beberapa orang senior, maka tidak akan mungkin ada orang tua yang memaksa anaknya KKN sacara berlebihan karena orang tua pun yakin bahwa kita sebagai anaknya tentu lebih tau tentang kuliah kita dari pada mereka. Saudara ku..sengotot kita meyakinkan orang tua kita agar mereka berkenan membelikan/memberikan laptop, motor, buku, uang SPP, uang praktikum, hingga mereka yakin dan mewujudkan keinginan kita, maka seharusnya sengotot itu pulah lah kita membujuk orang tua kita mewujudkan keinginan kita agar menunda dulu KKN untuk sementara, jika memang jama`ah menginginkan keberangkatan kita ditunda terlebih dahulu demi dakwah yang membutuhkan kita.
Saudaraku,tujuan hidup ini adalah ibadah, maka pertimbangkanlah sekarang, mana yang lebih dekat pada ibadah, berangkat KKN sekarang atau mengurus dakwah di Makassar ? kita hidup untuk kumpulkan pahala, maka coba pikirkan sekarang, mana yang lebih berpahala,menunda dulu KKN dan tinggal mengurus dakwah di Makassar atau berangkat KKN sekarang ? Saudaraku, kita berbuat untuk dekatkan diri pada ALLAH, maka coba renungkan sekarang, mana yang lebih mendekatkan pada ALLAH, tinggal dulu membina ummat di makasar atau berangkat KKN sekarang ? Saudaraku, apabila kita semua telah bermusyawarah dan memang memandang lebih maslahat untuk dakwah bila antum berangkat sekarang, maka jama`ah tidak akan mungkin menghalangimu berangkat. Pasti kami mendukung keberangkatanmu sekarang, demi maslahat yang lebih besar. Yang mana yang terbaik untuk dakwah makaitulah pilihan jam`ah insyaAllah.
Saudaraku, hilangkanlah kehendak nafsuh dalam diri dan berangkatlah KKN setelah bermusyawarah dalam jama`ah, karena keputusan musyawarah adalah keputusan terbaik. Banyak kepala yang memetuskan lebih baik dari padahanya satu kepala yang memutuskan. Hidayah adalah barang mahal yang tak ternilai harganya. Maka relakah kita menukar nikmat nilai A KKN, gelar S.Pd, Gelar S.Si, dengan hidayah yang kita miliki saat ini ? Apabila engkau telah bermusyawarah dalam jama`ah dan diputuskan engkau berangkat KKN sekarang, maka berangkatlah dengan misi dakwah. Insyaallah, keberangkatanmu KKN adalah pilihan terbaik. Pesanku, peganglah prinsip, “saya meninggalkan dakwah untuk beralih pada medan dakwah yang lain”. Namun apabila musyawarah jama`ah memutuskan engkau tetap berada disini, di Makassar, mengurus dakwah, dan KKN mu lebih maslahat bila ditunda dulu, maka yakinlah saudaraku, itu pun adalah keputusan terbaik untuk mu.
Rasulullah bersabda:”barang saipa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.”
Saudaraku, semakin banyaknya ujian hidup yang kita rasakan, maka kita semakin yakin dengan jalan yang kita tempuh saat ini. Kita semakin yakin bahwa jalan yang sedang kita lalui saat ini benar-benar jalannya nabi dan rasul. Susah payah, menyakitkan, berat, penuh ujian dan cobaan, itulah jalannya nabi dan rasul.  Maka bila kita para pejuang agama Allah merasakan hidup yang penuh susah payah, hidup yang menyakitkan, berat, cobaan bertubi-tubi dan datang silih berganti, siang dan malam, penuh semak berduri, maka yakinlah akhi wa ukhti, bahwa jalan yang sedang kita lalui tersebut, itulah jalannya para nabi dan rosul. Nabi dan rosul Allah berjalan pada jalan itu untuk menuju pada satu tujuan, Jannah ! maka pilihan kita berjalan di jalan yang sama sebagaimana nabi dan rasul pun berjalan pada jalan itu, adalah sebuah perjalanan kita menuju tempat  yang sama, menuju kebersamaan yang hakiki dengan nabi dan rosul Allah tersebut, yaitu syurga.
Al ajaru `alaa qadri al-masyakkah
“ Seberat cobaan yang kita dapatkan, maka sebesar itu pulalah pahala yang Allah siapkan”

Kiat Agar Istiqomah



Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.

·         Pertama: Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.
Allah Ta’ala berfirman,
 “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Tafsiran ayat “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …” dijelaskan dalam hadits berikut.
 “Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.“[9]

·         Kedua: Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya.
Allah menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman,
 “Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril)[11] menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
Oleh karena itu, kita akan saksikan keadaan yang sangat berbeda antara orang yang gemar mengkaji Al Qur’an dan merenungkannya dengan orang yang hanya menyibukkan diri dengan perkataan filosof dan manusia lainnya. Orang yang giat merenungkan Al Qur’an dan memahaminya, tentu akan lebih kokoh dan teguh dalam agama ini. Inilah kiat yang mesti kita jalani agar kita bisa terus istiqomah.

·         Ketiga: Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah
Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ‘Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [15]


·         Keempat: Membaca kisah-kisah orang sholih sehingga bisa dijadikan uswah (teladan) dalam istiqomah.
Dalam Al Qur’an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul, dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari kisah-kisah tersebut ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,
 “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)
Contohnya kita bisa mengambil kisah istiqomahnya Nabi Ibrahim.
 “Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al Anbiya’: 68-70)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
 “Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar).”[19] Lihatlah bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian tersebut? Beliau menyandarkan semua urusannya pada Allah, sehingga ia pun selamat. Begitu pula kita ketika hendak istiqomah, juga sudah seharusnya melakukan sebagaimana yang Nabi Ibrahim contohkan. Ini satu pelajaran penting dari kisah seorang Nabi.

·         Kelima: Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi keistiqomahan.
Di antara sifat orang beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan di atas kebenaran. Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir‘. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).
Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah,
 “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah:
 “Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

·         Keenam: Bergaul dengan orang-orang sholih.
Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,
 “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101)
Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)

Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.

By: Ibn Syawal

About us