Saudaraku,
mari kita bernostalgia sejenak, mengingat masa lalu kita, mengingat masa SMA
kita, ketika hidayah islam, hidayah sebagai sorang ikhwah, hidayah sebagai
seorang akhwat belum diberikan oleh Allah kepada kita. Saat kita masih bergelimang kemaksiatan, saat
tangan kita begitu kotor karena memegang wanita atau lelaki yang bukan mahram
kita, saat hati ini masih menduakan Allah dengan si-DIA, saat musik dan lagu masih menjadi makanan
keseharian kita, saat artis-artis masih menjadi idola kita, saat ibadah-ibadah
masih jarang dan bolong-bolong kita kerjakan, saat tutur kata kita adalah tutur
kata keburukan, yang keluar dari mulut kita adalah perkataan-perkatan kotor,
ketika nikmat kebersamaan dengan ikhwah atau akhwat belum kita rasakan, mari
mengingat sejenak masa-masa kegelapan tersebut. Lalu lihat lagi diri kita hari
ini. Diri dalam naungan hidayah, diri yang bergelimang kenikmatan atas
ketundukan pada Allah. Saat ini, kita selalu merasakan nikamatnya beribadah
kepada Allah. Bisa menikmati sholat dengun khusu`, berjama`ah sudah menjadi
rutinitas, saat kita merasakan betapa nikmatnya hidup ini dikala kita mampu
menjalankan sunnah Rasulullah, celana yang di atas mata kaki, hijab yang syar`I
bagi akhwat, merasakan nikmat iman dikala mampu menudukkan pandangan, merasakan
betapa nikmatnya selalu bersama dengan orang-orang sholeh, dimana mereka selalu
mengingatkan kita akan ketaatan kepada Allah, hidup nilkmat karena selalu
bersama ikhwah atau selalu bersama akhwat,
demikian pula nikmatnya dapat mengikuti majlis ta`lim. Sungguh saudaraku, semua
itu begitu nikmat. Maka coba jawab pertanyaan
ini, maukah relakah kita melepaskan nikmat hidayah ini untuk ditukar dengan
nikmatnya dunia? Relakah kita melepaskan
kenikmatan bersama dengan Allah, berdua
dengan Allah, kemudian ditukar dengan kembali ke masa lalu kita ? Saat kita
kembali pacaran, masih memperlihatkan aurat, dan berbagai maksiat yang lain ?
Relakah kita ? hati yang tunduk pada Allah, tentu akan berkata TIDAK!
Saudaraku,
ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Pelajaran untuk pandai menghargai
nikmat hidayah. Untuk mampu memahami bahwa hidayah adalah barang mahal, namun kemahalannya
adalah tak terhingga karena tidak ada nilai rupiah yang dapat dijadikan patokan untuk menyetarakan nilai hidayah
dengan nilai rupiah tersebut. Terlalu hina dunia ini untuk ditukar dengan
nikmat hidayah, yang kata rasulullah bahwa nilai dunia ini (mobil mewah, rumah
mewah, emas permata, nilai A) adalah tidak lebih berharga dibandingkan sehelai
sayap nyamuk!
Inilah yang
dipahami oleh para pendahulu kita sehingga mereka rela bersakit-sakit di dunia,
demi mempertahankan nimat hidayah yang sedang mereka rasakan. Teringat kisah Bilal
bin rabah yang rela dijemur dipadang pasir yang panas, dibawah terik matahari
yang menyengat, dan ditindis dngan batu yang besar oleh majikannya agar ia
melapaskan nikmat hidayah islamnya dan kembali ke agama nenek moyangnya, namun
ternyata di luar dugaan Bilal bin Rabah saat
itu lebih memilih tetap menyimpan hidayah keimanan dalam hatinya dari pada
harus berbalik ke belang dan kembali pada kegelapan. Sebuah kata fenomenal,
ynag dicatat sejarah, menjawab tawaran majikannya, Ahad, Ahad, Ahad ! Pertanda , tuhan hanya satu, agama ku hanya satu
dan aku tak rela kembali meyembah banyak tuhan. Sebuah pembuktian pemahaman
yang begitu mendalam dari Bilal, nikmat hidayahnya jauh lebih nikmat
dibandingkan segala kenikmatan yang diratawarkan oleh majikannya.
Mushab bin Umair,
sang pujaan hati para wanita Mekah, orang tajir, dengan gaunnya yang selalu
indah dan mewah bahkan parfumnya yang karena mahalnya, sudah dapat tercium dari
tempat yang jauh (1 km, pen). Anak yang begitu disayangi oleh orang tuanya dan
begitu dimanja, namun ketika ia merasakan nikmat hidayah berislam, maka segala
atribut dunia tadi rela untuk dilepaskannya. Ia rela diboikot oleh orang
tuanya, dan harus kehilangan segala kekayaan dan kemewaan atas putusannya
memilih agama Muhammad. Mengapa? karena ia mampu merasakan kenikmatan dalam
naungan hidayah tersebut.
Teringat
kisah sumayyah, Sang syahidah pertama, wanita budak beliang yang rela diikat
oleh majikannya, dan ditusuk dengan besi yang panas mulai dari mulutnya tempus
hinggah ke kemaluanya, demi apa ? mempertahankan hidayah yang dimilikinya.
Demikian pula dengan Ibnu Taimiah yang rela puluhan kali masuk penjara, rela keluar masuk penjara, bahkan harus meninggal
dalam penjara, karena memperjuangkan hidayahnya. Imam Ahmad yang rela dicambuk
oleh raja Al Ma`mun demi komitmen pada agama yang diyakininya, islam ! para
sahabat yang rela berhijarah
meninggalkan hartanya kekayaannya di Mekah menuju Madinah dan yang rela
berperang sampai titik darah penghabisan, semuanya hanya dengan satu tujuan,
komitmen pada agama atas nikmat hidayah islam yang sedang di rasakannya.
Begitu pula
dengan saudara muslim kita di Palestina, di Afganistan, di Checnia, maupun di
Sur`yah, perang yang mereka lakukan bukan untuk dirinya, bukan untuk mendapatkan
ganimah, namun demi mempertahankan
hidayah islam yang mereka anut. Mereka paham betul , bahwa hidayah tak bernilai harganya, dan sangat nikmat bernaung
di dalamnya.
Masa KKN Tiba
Saudaraku….tepat
setelah aku membaca pengumuman terbukanya kembali pendaftaran KKN REGULAR dan
KKN-PPL TERPADU, maka hati ini tersentak untuk segera menulis tulisan ini
sebagai sebuah pesan cinta untuk mu,
saudara ku…
Ahali hikmah
berkata :
“ Saudara yang baik, bukanlah saudara yang membenarkan
kata-kata mu, namun saudara yang baik adalah yang mengatakan kepadamu tentang
kebenaran”
Saudaraku, simaklah kisahku…
KKN ku betul-betul memberikan aku pembuktian kebenaran
perkataan para senior dahulu tetang ganasnya KKN merenggut hidayah seorang
ikhwah dan akhwat. Banyak ikhwah yang setelah KKN berubah menjadi laki-laki
(bukan lagi ikhwah) dan banyak akhwat yang berubah menjadi peremuan (bukan lagi
akhwat setelah KKN). Curhatku, Sungguh
berat rasanya ketika dikali pertama aku bertemu denga teman-teman seposko ku,
aku harus menerima kenyataan bahwa aku se posku, hidup satu atap selama 3 bulan
dengan KETUA HMI, TIGA ORANG MAHASISWI SENI, DUA ORANG BERAGAMA NASRANI, DUA
ORANG FASIK (sudah tau kebenaran namun enggan mengerjakan), SATU ORANG
MAHASISWI CENTIL yang senang menyebar gossip, satu orang MAHASISWI CEREWET yang
tidak mau berhenti berceloteh bahkan suaranya selalu terdengar dari rumah sebelah. Coba banyangkan saudaraku,aku
harus tinggal seposko dengan mereka selama 3 BULAN ? Hampir tiap hari mereka
mengumbar auratnya..dan hampir setiap saat, siang dan malam laki dan peremuan
seposkoku selalu bercampur baur. Perempuan yang saat keluar rumah mengenakan
kerudung, namun saat di dalam posko dengan murahnya mereka menjajakan mahkota
‘rambutnya’ kepada siapa saja. Bahkan betisnya pun dapat dilihat, GRATIS.
Terlebih lagi yang agama nasrani,
pahanya pun GRATIS (pen, afwan). Awalnya, aku berusaha untuk mampu bersabar dengan
kondisi ini dan mencoba mendekati teman laki-laki untuk di dakwah fardiyahi,sambil
sekali-kali menyinggung teman-teman wanita tadi agar punya sedikit rasa malu,
namun sebulan berselang, ternyata terasa begitu berat. Hampir setiap waktu sholat
aku mengingatkan mereka, namun nyaris tidak pernah panggilanku digubris oleh
mereka. Bahkan sampai singgungan-singgungnnku pada wanita
tadi, mereka seakan tak merasa bersalah. Maka sampai detik ketika aku sedang
menulis tulisan ini pun, aku tetap belum mampu mengajak mereka merasakan nikmat
berislam. Kebersamaan ku dengan mereka sungguh terasa begitu berat, seakan aku
bagikan seekor ikan yang tempat hidupnya adalah di air, namun harus disimpan di
daratan. Menggelepar dan tersiksa. Begitulah aku yang terbiasa hidup bersama
ikhwah namun harus hidup tiga bulan bersama mereka. Walupun aku sadar, bahwa
ini adalah ujian keimanan untukku.
Jika di Makassar aku mampu taat kepada Allah dalam keramaian bersama ikhwah,
maka Allah ingin mengujiku, mampu kah aku taat dalam kesunyian dari ikhwah ?
Sama kah ketaatanku saat banyak orang yang melihat dan saat hanya bersunyi
dengan beberapa orang ikhwah ? Tantangan ini yang ingin selalu ku taklukkan,
karena, nahnu du`at `ala kulli sya`i. saya adalah seorang da`I dimana saya
berada. Saat bersama ikhwah atau tidak, saya tetap da`i dan harus terus taat dimana pun, kapanpun, dan dalam
keadaan apapun. Ini bukti keikhlasan ibadah. Tuhan yang disembah saat di
Makassar adalah Allah, yang disembah saat di kampung pun adalah Allah, maka
orang yang ikhlas adalah orang yang mampu menjaga ibadahnya dimana pun ia
berada. Ittaqillaha haitsu maa kunta. Bertakwalah
kepada Allah dimana pun engkau berada.
Namun saudara ku, kisah ku tidak sampai di situ. Ada
yang lebih mengagetkan aku. Bahkan kali pertama aku mengalaminya, seakan tidak
percaya. Hati ini betul-betul tak dapat percaya dan sangat tak mau percaya,
namun harus dipaksa untuk percaya dan menerima kenyataan itu. Kenyatan yang begitu memilukan dan betul-betul
membuat jantungku berdetak sangat kencang tak beraturan. Karena
ketidakpercayaanku, aku mengejar untuk memastikannya, menghilangkan
keraguannku. Ternya benar. Kenyataan itu
harus ku terima. Seorang shahabiahku, salah satu teman seperjuangan, seorang
akhwat yang di Makassar begitu hebat menjaga hijabnya, betapa sangar dan tegas
dalam menjaga agamanya, aku harus melihatnya terjatuh dalam jurang yang sangat
dalam. Aku melihat akhwat tersebut di suatu malam (akhwat keluar malam adalah perkara
yang tidak lumrah). Namun saudarku, tidak cukup sampai di situ, tidak hanya
sekedar keluar malam, karena tahu kah engkau dimana aku melihatnya ? Bukan di
mesjid sebagaimana ia sering berada di Makassar, namun ketahuilah saudaraku,
aku melihatnya pada malam itu, berada di tempat muda mudi sering berkumpul.
Namun sekali lagi saudaraku, kisahku belum cukup sampai di situ. Kenyataan yang
lebih pahit harus ku terima sambil ku elus-elus dada ini dan beristigfar pada
Allah berulangkali karena sunguh seakan
tak percaya dengan kenyataan itu, ketika kulihat ia dengan wajah yang ceria,
menaiki sebuah motor, bukan saudara ku, bukan, bukan bersama akhwat sebagaimana
di Makassar, namun bersama seorang laki-laki yang ku tak tahu siapa dia? Apaya dia
? Masih dengan terus beristigfar dan mencoba ber husnudzon, bahwa mungkin ia dibonceng
dan duduk dengan sangat dekat sekali seperti itu, ia bersama dengan mahramnya.
Namun hati ini serasa sulit untuk menrima husnudzon tersbut. Sulit sekali.
Karena tidak hanya sepasang saudara ku, tapi tiga pasang muda-mudi. Semuanya
berpasangan. Tiga motor dan setiap motor di isi oleh seorang laki-laki dan
seorang perempuan. Mereka semua satu rombongan. Dimana salah seorang perempuan
itu adalah sang akhwat tadi. Astagfirulllah…. Berulang-ulang ku ucapkan karena
sungguh, seakan tak percaya. Seorang akhwat, pejuang dakwah di Makassar, di
kampus, salah seorang macan kampus, begitu hebat menjaga hijabnya, bahkan
karena sangat hebatnya, kehebatan akhwat ini sering menjadi buah bibir di
kalangan ikhwah, harus terjatuh, saat KKN .Hidayah keakhwatannya dijual dengan sekedar nilai A.
Sebandingkah ?
Belum lah lagi saudara ku, apa bila ku ceritakan
engkau kisah akhwat yang terfitnah oleh seorang ikhwah teman seposkonya, karena
hijab yang begitu longgar di antara
mereka, ketika sang akhwat minta tolong pada ikhwah (sebut ikhwah A) untuk
diinstalkan laptopnya dan saat ia mau membayar upahnya, ikhwah A tersebut
berkata tidak usah…maka seketika itu pula setan sudah mulai bermain di hati
sang akhwat. Si akhwat tadi kemudian meng-sms ikhwah lain (ikhwah B) yang satu
kelas denganya dan bertanya: “eh, sejak kapan tarbiyah ikhwah A ? Dijawab oleh
ikhwah B : sejak semester dua. Lalu sang akhwat tadi membalas lagi : “ih,,, baiknya mbo..”. ini adalah
perkataan cikal bakal anak panah iblis
di hati anak cucu adam, naudzubillah…di lain kisah, pada kesempatan yang
berbeda ketika seorang akhwat yang juga seposko dengan ikhwah, suatu ketika
berjalan bersama seluruh teman seposkonya ke suatu masjid dan tiba-tiba…tali sepatu sang akhwat
terlepas, maka taukah engkau apa yang terjadi setelah itu ? Sang akhwat
tersebut langsung memanggil sang ikhwah dan berkata : tolong pegangkan ka` HP
ku. Kenapa mesti minta tolong kepada ikhwah? Buka kah masih banyak muslimah
yang lain ?
Ataukah saudaraku, engkau ingin menyimak kisah seorang
ikhwah yang saat sebelum KKN begitu mantap keikhwaannya, celananya sunnah
sekali, bahkan sampai di pertengahan betis, banyak pembesar dakwah di UNM hari
ini yang lahir dari tangannya, namun setelah KKN, yang kata berbagai informasi
yang kami dapatkan, beliau terfitnah di sana, hinggah akhirnya, saat ini,
celananya sudah dibawah mata kaki bahkan keluar dari jam`ah dan saat ini
menjadi futur…
KKN ADALAH PROGRAM FUTURISASI
Saudaraku… ketahuilah bahwa KKN adalah program FUTURISASI IKHWAH DAN
AKHWAT. Bila engkau bertanya mengapa KKN mampu memfuturkan mereka, maka ini jawabku..
1.
Sosialisasi
KKN memaksa kita untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan
teman seposko. Kalau kita bersosialisasi, beradaptasi, bahkan menyatu dengan
mereka, maka tentu cuma ada dua pilihan. Mereka mengikuti kesholehan kita atau sebaliknya kita yang mengikuti kejahilan mereka. Penyatuan adalah
persamaan. Perasaman kita dalam kejahiliannya mereka adalah kefuturan.
2.
Keakraban
Potensi akrab dengan teman seposko sangat besar. Bagaimana
tidak, tiap hari bahkan setiap saat bertemu. Apalagi laki-laki dan perempuan
tinggal bersama dalam satu rumah. Bangun tidur bertemu, mau makan bertemu, mau
ke WC bertemu, mau nonton TV bertemu, saat musyawarah bertemu, bahkan bagi
ikhwah dan akhwat, saat sholat Tahajjud dan sahur pun bertemu. Dan bayangkan
saudaraku…pertemuan itu bukan hanya sekali dua kali, namun berkali-kali…selama
60 hari untuk KKN regular dan 90 hari untuk KKN-PPL. Dengan interaksi selama itu,
saling mengetahui karakter dan kepribadian masing-masing mau atau tidak mau,
suka atau tidak suka sangat mungkin terjadi. Bahkan bagi sebagian orang ini
adalah peluang besar untuk PDKT. Naudzubillah…
3.
Musik
Mungkin di Makassar ikhwah dan akhwat sangat anti dengan musik, namun
di posko harus beretmu dengan orang awwam. Orang yang tiap hari, bahkan tiap
saat selalu dengar musik. Bahkan pernah terjadi, teman
seposko ikhwah dari fakultas seni, sakit
kepala kalau tidak dengar
musik. Kalau ikhwah dan akhwat sakit
kepala saat dengar musik, maka ia sakit kepala saat
tidak dengar musik. Bagi mereka musik adalah
hiburan dan penenang hati, tapi bagi kita musik adalah racun. Adapaun al quran adalah penenag hati. Saudaraku,
awalnya mungkin kita mampu memegang idealisme keikhwaan/keakhwatan kita, namun
bila ini terus terjadi dan kita membiarkan saja tanpa ada reaksi, kita yang
seposko, serumah, bahkan se kamar dengannya sedikit demi sedikit dapat terbawah
pada kebiasaan tersebut. Bayangkan kalau tiap hari bersamanya dan tiap hari
dengar musik yang diputarnya. Musik jadi
makanan sehari-harinya dan menjadi pengantar tidurnya lalu kita pun tidur satu
kasur dengannya. Hati ini akan goyah dengan ditandai ikut bergoyangnya kaki saat musik berdendang. Ikhwah atau akhwat
kakinya ikut bergoyang saat dengar musik ? atau kah kepalanya yang ikut
mengangguk-angguk mengikuti dendangan lagu? naudzu billah…ini kefuturan
saudaraku.
4.
Mengumbar
Pandangan
Saat bersama ikhwah/akhwat kita begitu istiqomah untuk
menundukkan pandangan, namun di lokasi KKN menundukkan pandangan menjadi begitu
berat. Serumah, selalu bertemu sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya, saat
musyawarah, saat ada kegiatan, saat di ruang makan, di ruang keluarga, saat di
depan WC, kadang juga saling memandang saat berpapasan di jalan, dan berbagai
saat yang lain. Awalnya mungkin komitmen, tapi lama-kelamaan belum tentu. Mungkin
saat di Makassar tak satu pun wanita/laki-laki (bagi akhwat) yang wajahnya
dihapal. Namun saat di posko, seluruh wajah teman posko sudah terhapal.
Jangankan wajah, bahkan mungkin kepribadian dan segala kebiasaan teman seposko
sudah terhapal habis. Kalau mau menikah dengan salah
satu diantara teman seposko tersebut, gak perlu lagi acara ta`arrufan
karena kebersamaan kita seposko dengan mereka, membuat kita lebih banyak tau
tentang si dia, sinyal antenanya makin kuat kata orang. Terlebih lagi saat syetan
berbisik, ih…tidak sopan kalau ada orang
bicara baru tidak diliat muka`nya, nanti tersinggungki…astagfirullah…di
sinilah tipu muslihat syetan dan banyak ikhwah dan akhwat terjatuh di dalamnya.
Ini kefuturan saudaraku.
5.
Dima`comblangi
Bukan rahasia lagi, begitu banyak pejuang dakwah yang saat di
kampus bagaikan singa-singa padang pasir yang siap menghantam semua pelaku
maksiat, namun selepas KKN terfitnah dengan dunia; pacaran. Naudzubillah..bagaimana
tidak, ketika teman seposko kita mema`comlangi, menjodoh-jodohkan sesama teman
seposko. Bisa jadi antara yang paling tampan dengan yang paling cantik di posko
tersebut, bisa jadi yang sama-sama pendiam, bahkan ustadz dan ustadzah posko pun tidak luput
dijodoh-jodohkan. Mungkin ikhwah dijodohkan dengan perempuan dan yang paling
seringnya dijodohkan dengan akhwat bila satu posko. Akhwat pun kadang
dijodohkan dengan laki-laki, bahkan dengan ikhwah bila satu posko. Awalnya
memang tak ada rasa, namun lama kelaman mulai berasa. Awalnya tidak apa-apa, namun
karena sering digosipin, diejek-ejek, dipasang-pasngkan, maka manusia mana yang
hatinya tidak goyah. Lelaki mana yang tidak tertarik pada wanita dan wanita
mana yang tidak tertarik pada lelaki ? Ikhwah mana yang tidak berharap
mendapatkan akhwat dan akhwat mana yang tidak pernah mengharapkan ikhwah ? Sungguh
tipu daya syetan begitu hebat saudaraku..saling melirik, saling memperhatikan,
saling mencari-cari informasi satu sama lain, mampu menggugurkan iman wahai
saudaraku. Seorang seniorpun pernah menceritakan kisah seorang lelaki awwam
yang terfinah, tertarik pada seorang akhwat bercadar. Bukan dengan wanita yan
jelas cantiknya karena wajahnya tepampang gratis, namun dengan akhwat bercadar,
yang wajahnya tidak pernah terlihat olehnya. Usut punya usut, ternyata lelaki
tersebut tertarik pada kepribadian dan suara sang akhwat. Saudartaku, berhati-hatilah..ingatlah sabda rasulullah :
“bahwa
tidak lah aku meninggalkan fitah (ujian) yang lebih berat bagi seorang
laki-laki, kecuali ujian karena seorang wanita”
“sesungguhnya
pandangan adalah anak apanah iblis…”
“Tidak akan
akan merasakan manisnya iman kecuali orang yang mampu menundukkan pandangannya…”
Allah pun
berfirman dalam surah annur ayat 30 dan 31:
“Wahai lelaki
muslim, tundukkanlah pandanganmu…wahai wanita muslimah, tundukkanlah
pandanganmu..”
6.
Tidurrus + Makan + Nonton + Game
Saudaraku, sudah menjadi rahasia umum bahwa KKN adalah tempat
bersantai bagi kebanyakan orang. Kalau di Makassar sangat sibuk, maka banyak
mahasiswa yang menjadikan KKN sebagai wadah istirahat. Ikhwah dan akhwat pun
sering terfitnah di sini. Ketika di kampus sangat sibuk mengurus dakwah. Bangun
pagi-pagi dan harus begadang untuk memikirkan umat, maka saat KKN dianggap saat
yang tepat untuk beristirahat. Memulihkan kembali syaraf dan otot yang tegang
terus di Makassar mengurus ummat. Tidurrus
(tidur terus) menjadi rutinitas. Bukan tadarrus
tapi tidurrus. Setelah tidur,
langsung bangun dan mengarah ke meja makan mengambil makanan yang telah
disiapkan oleh teman atau ibu posko. Sambil makan atau setelah makan
dilanjutkan dengan nonton TV. Bosan nonton TV, laptop jadi sasaran untuk main
game. Yah…begitulah setiap hari. Berulang hinggah menjadi siklus harian sampai
waktu penarikan tiba. Sadarkah kita saudaraku bahwa main game termasuk
perbuatan sia-sia. Nonton TV pun kebanyakannya adalah kesia-siaan bahkan bisa
jadi maksiat saat lihat aurat. Sedangkan rasulullah bersabda : Salah satu tanda keimanan seseorang adalah
meninggalkan perkara yang sia-sia. Dan saat kita kebanyakan bergelut dengan
kesia-siaan, masikah kita beriman ? banyak tidur dan banyak makan adalah perkara
sia-sia saudaraku. Bahkan dapat mematikan hati. Hati yang mati adalah yang
tidak dapat merasakan lezatnya ibadah. Padahal jelas-jelas ibadah adalah pil
penenag jiwa. Rasulullah saja pernah bersabda : wahai bilal, istirahatkan saya. Maka bilal bukannya pergi mengambil
bantal dan kasur, namun bilal IQOMAT. Pertanda Rasulullah ingin sholat
berjama`ah bersama sahabatnya. Artinya, istirahatnya Rasulullah adalah
dengan ibadah. Mengapa ? karena ibadah adalah kelezatan bagi Rasulullah. Lalu
saat KKN, apakah banyak ibadah atau banyak tidur? Apakah banyak ibadah atau
banyak makan ? saudaraku, cukup lihat saja wajah kami, alumni KKN, yang semakin
`mottok` atau perut yang semakin
buncit atau berat badan yang semakin naik.
7.
Syubhat
Solidaritas, persaudaraan, kekompakan
Syubhat ini yang banyak ikhwah dan akhwat tidak mampu
membendungnya. Atas nama solidaritas, persaudaraan, kekompakan, sangat sering
menjadi senjata syetan untuk mencari mangsa-mangsa serigala. Teman-teman kadang
mengajak kita melakukan ini dan itu, tidak pandang halal atau haram, yang
penting kompak.
a.
Fitnah Kepala
desa/kepala sekolah/guru /korcam/kordes/korsek gaul
Kepala desa/kepala sekolah/guru gaul semacam ini akan sering
membuat pesta atau acara-acara tertentu, yang
penting ngumpul, itu semboyan mereka. Mereka sering datang ke posko dan otomatis
sebagai anak KKN wajib bagi kita untuk meladeni mereka cerita dan berdiskusi
(yang tidak jelas). Mengajak ke acara pengantin, makan jagung bareng, makan es
cendol bareng, makan bakso bareng, naik mobil bareng, rekreasi bareng, dan parahnya mereka yang memfasilitasi bahkan
berani keluarkan kocek dalam-dalam. Kalau tidak punya filter kuat,
malu/segan/tidak enak menolak ajakan, maka jadilah kita mangsa serigala alias
FUTUR. Bagaimana tidak futur kalau selalu buat pesta, bagaimana tidak futur
kalau selalu ikhtilat (campur baur),
bagaimana tidak futur kalau selalu mengumbar pandangan pada yang bukan
mahramnya ? Ya Allah..jauhkanlah kami dari semua ini.
b.
Finah Isra`
mi`rah, Maulid, Barazanji, Yasinan, Ta`siah, dan Bid`ah-bid`ah lain
Masyarakat tentu sangat menghormati anak KKN sehingga apabila
masyarakat punya hajatan tertentu, pasti mengundang anak KKN untuk ikut serta.
Bahkan kadang dijadikan panitia pelaksana. Masalahnya disini, kita sebagai
orang tertarbiyah dan paham keharaman berbuat bid`ah akan dilema. Di satu sisi
kita dipandang sebagai ustadz atau ustadzah, namun disisi lain kita paham bahwa
itu adalah bid`ah. Ikhwah dan akhwat yang tidak pandai berkilah atau
memudah-mudahkan perkara bid`ah, akan terjatuh pada perkara bid`ah tersebut.
Dan ingatlah saudaraku, sesungguhnya keburukan itu akan saling-panggil
memanggil dengan keburukan yang lain sehingga sekali kita berbuat keburukan,
akan memanggil kita melakukan keburukan yang lain. Sekali kita berbuat bid`ah
atau maksiat, akan memanggil kita melakukan bid`ah atau maksiat yang lain.
Ketahuilah, bahwa dalam satu desa atau kampung, bukan hanya satu masjid, tapi
bisa jadi ada beberapa masjid yang secara bergilir melakukan bid`ah-bid`ah. Pun
dengan rumah masyarakat, bukan hanya satu rumah tapi puluhan bahkan ratusan
rumah, yang setiap rumah berpotensi mengundang untuk melakukan salah satu
bid`ah.
c.
Fitnah
Rekreasi/Pesta Perpisahan
Banyak sekali pejuang dakwah terjatuh pada masalah ini.
Rereasinya tidak masalah, namun yang bermasalah adalah di tempat rekreasi tersebut.
Berikhtilat (campur baur), membuka aurat, foto bareng, bercanda bareng, makan
bareng, jabat tangan dengan ibu atau bapak posko, ibu atau kepala desa, ibu
atau bapak guru adalah bentuk pelanggaran syariat yang sangat mungkin terjadi.
Fitnah ini kadang hadir di akhir masa KKN. Banyak ikhwah dan akhwat terjatuh
pada hal ini dengan alasan solidaritas.
Acara terakhir. Kapan lagi kita ketemu, jangan pikir akhirat terus, pikir juga
dunia,dll. Ikhwah dan akhwat yang tersubhati dengan perkataan itu (sering
muncul dari teman seposko) akan berkata, tidak
papaji. Acara terakhir mi memang. Ini
mi yang terakhir, setelah ini tidak mi lagi. Ataukah bertkata, tidak papa ji..darurat! Padahal saudaraku, kata
darurat dalam islam hanya dipakai saat berhubungan dengan nyawa (kematian).
Contoh : saat di tengah hutan dan tidak ada lagi makanan selain babi, maka
berlakulah darurat. Kalau tidak makan babi tersebut akan mati, maka babi
tersebut tidak papa dimakan secukupnya, setidaknya sampai sudah bisa menyambung
hidup, terhindar dari kematian (tidak boleh sampai kenyang).
d.
Cap
EXTRIM,EKSLUSIF, TIDAK GAUL
Apabila ikhwah dan akhwat di tempat KKN berkomitmen untuk
menjaga hijab dengan yang bukan mahram,
tidak menghadiri kegitan-kegitan sia-sia atau bid`ah, jarang gabung denga teman
seposko, maka tentu cap EXTRIM,EXKLUSIF, TIDAK GAUL akan tersematkan untuk
ikhwah dan akhwat. Apabila tidak bersabar dengan hal ini, maka saat mulai
membuka diri untuk menghilangkan cap itu, bisa jadi tabir syetan akan terbuka
dan menjatuhkan kita sedikit demi sedikit tanpa disadari. Dari pengalaman
penulis, banyak ikhwah dan akhwat yang menjadi goyah saat terkena subhat ini.
KKN Bukan Kue Coklat
Saudaraku,
dari sini kita harus memetik pelajaran bahwa KKN bukan kue coklat, bukan
brownis yang enak dan lezat dimakan, hinggah kita semua berlomba-lomba
mendapatkannya dan memprogramkannya bahkan walaupun sebenarnya kita sedang memiliki amanah untuk mengurus ummat di
kampus. Kita sedang berada dalam kontrak dengan Allah, menjadi orang pilihan
ALLAH untuk mengurus agama Nya. Saudaraku…KKN adalah kawat berduri, batu
berduri, bahkan bagaikan srigala ganas yang dapat menerkam siapa saja. Tak
pandang akhwat atau ikhwah. Orang yang di kampus saja merupakan pejuang dakwah
yang begitu militan, namun di arena KKN, mereka pun dapat terjatuh sedalam itu…tenggelam
dalam `kebersamaan`, bahkan banyak yang tak dapat tertolong lagi…
Saudaraku,
kami para kakandamu tak pernah berpikir untuk menunda-nunda akademikmu,, namun
kami menasehatimu sebagai bukti sayang
kami padamu. Sayang, ingin selalu
bersama dan tak ingin kehilanganmu, maka kami takut kehilangan diri mu saudara
ku. Kami takut KKN merenggut kebersamaan kami dengan mu..
Maka
saudaraku, ingatlah bahwa kita diikat oleh ikatan iman, ikatan ukhuwah, ingatlah
bahwa kita diikat oleh jama`ah. Kita bukan orang yang meyendiri sehingga kita
dapat berijtihad sendiri. Kita bukan ulama yang saat berijetihad dan
salah, maka tetap dapat pahala. Tapi saudaraku.. kita ini hanyalah orang awwam
yang apabila berijetihad sendiri, maka konsekuensinya adalah MENJUAL HIDAYAH
yang kita miliki. Kita berda dalam jama`ah dakwah saudaraku, dan kita punya
pimpinan yang dapat mengarahkan kita. Di UNM ada FSI RI dan FMUI yang
mengomandoi dakwah, maka mari saudaraku, minta lah pertimabangan para senior ta sebelum memutuskan berangkat
atau tidaknya KKN. Karena kita berjama`ah, maka pengaturan siapa yang berngkat
KKN semester ini atau semester depan, tidak boleh atas ijetihad/keputusan
sendiri namun harus hasil musyawarah
bersama dalam jama`ah.
Saudaraku,
statusmu sebagai PNS (pegawai negeri Syurga), dikontark langsung oleh ALLAH,
SKnya juga dari Allah, penilai kerja mu pun ALLAH, maka jangan sampai
keberangkatanmua KKN saat ini malah menyisakan lubang besar dalam jama`ah
sehinggah tandzim tergoyahkan dan banyak amanah ALLAH (proker) tidak berjalan,
atau kalaupun berjalan, jalannya tidak maksimal. Jagan sampai kepergianmu menghancurkan
manajemen lembaga karena tidak ada orang lain yang berkapabel selain engkau
yang mengurus lembaga dakwah ini. Jangan sampai kepergianmu membuka pintu
musuh-musuh Allah untuk menyerang kita. Atau mematahkan langkah-langkah dakwah
kita. Ingat saudaraku, jangan sampai dakwah mati karenamu. Jangan sampai banyak
halaqah tarbiyah terbengkalai karena kepergianmu. Pertimbangkanlah itu wahai
saudaraku…
Saudaraku,
hilangkan kehendak nafsuh dalam diri kita. Jangan berangkat KKN karena nafsuh
tapi berangkat lah karena Allah. Kalau kita berangkat dan keberangkatan kita
atas keputusan hawa nafsuh, bukan hasil musyawarah dalam jam`ah, maka tentu
saat di lokasi KKN kita akan dikuasai oleh hawa nafsuh. Namun jikalau kita
berangkat karena Allah, setelah memohon ridho dalam jama`ah kita, sebagai hasil
musyawarah, maka niat kita yang karena Allah tersebut akan menjadikan kita
dijaga oleh Allah selama di tempat KKN.
Jika pun
engkau berdalih bahwa ini adalah desakan orang tua, maka ketahuilah saudaraku,
bahwa itu memang sudah lumrah. Namanya juga orang tua. Sebagaimana engkau
didesak oleh orang tua mu. Kami semua pun demikian, kami semua juga didesak
oleh orang tua kami. Maka tugas kita berkomunikasi dengan orang tua, melobi
mereka dan membujuk mereka, memahamkan mereka bahwa saat ini kita masih punya
kuliah yang harus diselesaikan. Meyakinkan mereka bahwa walaupun kita KKN
semester depan atau tahun depan, tidak akan menjadikan kita lambat selesai. Dan
memang KKN bukan jaminan sudah akan selesai. Dalam pengalaman penulis dan hasil
sharing dengan beberapa orang senior, maka tidak akan
mungkin ada orang tua yang memaksa anaknya KKN sacara berlebihan karena orang
tua pun yakin bahwa kita sebagai anaknya tentu lebih tau tentang kuliah kita
dari pada mereka. Saudara ku..sengotot kita meyakinkan orang tua kita agar
mereka berkenan membelikan/memberikan laptop,
motor, buku, uang SPP, uang praktikum, hingga mereka yakin dan mewujudkan
keinginan kita, maka seharusnya sengotot itu pulah lah kita membujuk orang tua
kita mewujudkan keinginan kita agar menunda dulu KKN untuk sementara, jika
memang jama`ah menginginkan keberangkatan kita ditunda terlebih dahulu demi
dakwah yang membutuhkan kita.
Saudaraku,tujuan
hidup ini adalah ibadah, maka pertimbangkanlah sekarang, mana yang lebih dekat
pada ibadah, berangkat KKN sekarang atau mengurus dakwah di Makassar ? kita
hidup untuk kumpulkan pahala, maka coba pikirkan sekarang, mana yang lebih
berpahala,menunda dulu KKN dan tinggal mengurus dakwah di Makassar atau
berangkat KKN sekarang ? Saudaraku, kita berbuat untuk dekatkan diri pada
ALLAH, maka coba renungkan sekarang, mana yang lebih mendekatkan pada ALLAH,
tinggal dulu membina ummat di makasar atau berangkat KKN sekarang ? Saudaraku,
apabila kita semua telah bermusyawarah dan memang memandang lebih maslahat untuk
dakwah bila antum berangkat sekarang, maka jama`ah tidak akan mungkin
menghalangimu berangkat. Pasti kami mendukung keberangkatanmu sekarang, demi
maslahat yang lebih besar. Yang mana yang terbaik untuk dakwah makaitulah
pilihan jam`ah insyaAllah.
Saudaraku, hilangkanlah
kehendak nafsuh dalam diri dan berangkatlah KKN setelah bermusyawarah dalam
jama`ah, karena keputusan musyawarah adalah keputusan terbaik. Banyak kepala
yang memetuskan lebih baik dari padahanya satu kepala yang memutuskan. Hidayah
adalah barang mahal yang tak ternilai harganya. Maka relakah kita menukar
nikmat nilai A KKN, gelar S.Pd, Gelar S.Si, dengan hidayah yang kita miliki
saat ini ? Apabila engkau telah bermusyawarah dalam jama`ah dan diputuskan
engkau berangkat KKN sekarang, maka berangkatlah dengan misi dakwah.
Insyaallah, keberangkatanmu KKN adalah pilihan terbaik. Pesanku, peganglah
prinsip, “saya meninggalkan dakwah untuk beralih pada medan dakwah yang lain”.
Namun apabila musyawarah jama`ah memutuskan engkau tetap berada disini, di
Makassar, mengurus dakwah, dan KKN mu lebih maslahat bila ditunda dulu, maka
yakinlah saudaraku, itu pun adalah keputusan terbaik untuk mu.
Rasulullah
bersabda:”barang saipa yang meninggalkan
sesuatu karena Allah, maka pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
dari itu.”
Saudaraku,
semakin banyaknya ujian hidup yang kita rasakan, maka kita semakin yakin dengan
jalan yang kita tempuh saat ini. Kita semakin yakin bahwa jalan yang sedang
kita lalui saat ini benar-benar jalannya nabi dan rasul. Susah payah, menyakitkan,
berat, penuh ujian dan cobaan, itulah jalannya nabi dan rasul. Maka bila kita para pejuang agama Allah
merasakan hidup yang penuh susah payah, hidup yang menyakitkan, berat, cobaan
bertubi-tubi dan datang silih berganti, siang dan malam, penuh semak berduri,
maka yakinlah akhi wa ukhti, bahwa jalan yang sedang kita lalui tersebut,
itulah jalannya para nabi dan rosul. Nabi dan rosul Allah berjalan pada jalan
itu untuk menuju pada satu tujuan, Jannah ! maka pilihan kita berjalan di jalan
yang sama sebagaimana nabi dan rasul pun berjalan pada jalan itu, adalah sebuah
perjalanan kita menuju tempat yang sama,
menuju kebersamaan yang hakiki dengan nabi dan rosul Allah tersebut, yaitu syurga.
Al ajaru `alaa qadri al-masyakkah
“ Seberat cobaan yang kita dapatkan, maka sebesar itu
pulalah pahala yang Allah siapkan”