Labels

Friday, October 15, 2010

Hadirilah Pengajian Umum

Perisai Badar



WAIT FOR 
PUSDAMM'S NEW PROGRAM
"Perisai Badar"

DAFTAR TAMAN-TAMAN SYURGA

Waktu Ta’lim Ba’da Ashar
Senin           
Tafsir Juz Amma                               Pekan 1 &3     Msj. Mushab bin Umair 
Orang Yang Jauh dari Al-Quran        Pekan 2 &4     Msj. Mushab bin Umair

Selasa        
Kitab Tauhid                  Tiap Pekan      Msj. Ulil Albab
Fiqih Ibadah                   Tiap Pekan      Msj. Nurul Ilmi
Rabu            
Kajian Tematik Kontemporer          Pekan 1 &2     DG 101-102 FBS
Kajian Kesehatan                            Pekan 3 &4     DG 101-102 FBS

Kamis            
Syarah Kitab Ar-bain          Tiap Pekan      Msj. Nurul Ilmi
Talim Rutin                          Tiap Pekan      DG 101-102 FBS
Jum’at           
Siroh Nabawiyah                Tiap Pekan      Msj. Ulil Albab
Siroh Nabawiyah                Tiap Pekan      Msj. Nurul Tarbiyah
                                                                                

Waktu Ta’lim Ba’da Maghrib

Rabu            Kitab Umdatul Ahkam    Tiap pekan       Msj. Ar Rahma
Sabtu            Kitab Riyadusholihin       Tiap Pekan     Msj. Wihdatul Ummah

Visi dan MISI PUSDAMM FBS UNM


PUSDAMM'S Sticker



TUNTUNAN IBADAH PRAKTIS

(Thaharah dan Shalat)
A. Thaharah

 Wudhu

1. Berniat untuk berwudhu.
 Letak niat di dalam hati.
2. Membaca basmalah.
 Hadits-hadits tentang basmalah terdapat kelemahan di dalamnya akan tetapi dapat terangkat menjadi hasan karena banyaknya jalan-jalan periwayatannya. Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar : “Nampak bahwa keseluruhan hadits-hadits ini memberikan kekuatan baginya yang menunjukkan bahwa dia memiliki asal.” Berkata Al Albani : “Hadits yang paling kuat diriwayatkan dalam masalah ini adalah hadits Abu Hurairah  yang berbunyi :
لا صلاة لمن لا وضوء له ولا وضوء لمن لم يذكر اسم الله تعالى عليه
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala atasnya.” (HR. Abu Daud)
3. Mencuci kedua tangan
 Menuangkan air ke atas kedua tangan dan mencucinya di luar bejana (H.1 & H.2). Apabila tangan mengandung najis atau diragukan kesuciannya maka wajib mencucinya di luar bejana sebelum memasukkannya ke dalam bejana (H.3).

(H.1)
عن عَمْرُو بْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ شَهِدْتُ عَمْرَو بْنَ أَبِي حَسَنٍ سَأَلَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ زَيْدٍ عَنْ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ فَتَوَضَّأَ لَهُمْ فَكَفَأَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا بِثَلَاثِ غَرَفَاتٍ مِنْ مَاءٍ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ بِهِمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ و في رواية وُهَيْبٌ قَالَ مَسَحَ رَأْسَهُ مَرَّةً . رواه البخاري ومسلم وفي لفظ لهما ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ
Dari 'Amr bin Yahya dari bapaknya dia berkata : "Saya melihat 'Amr bin Abi Hasan bertanya kepada Abdullah bin Zaid tentang wudhunya Nabi  , maka dia meminta satu bejana air lalu dia berwudhu untuk mereka, maka dia mengambil air dengan telapak tangannya dan menuangkan ke atas kedua tangannya lalu mencuci kedua tangannya itu tiga kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu berkumur-kumur dan menghirup serta menghembuskan air (dari hidungnya) tiga kali dengan tiga kali menciduk air, kemudian dia memasukkan tanganya ke dalam bejana lalu mencuci wajahnya tiga kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu mencuci kedua tangannya hingga ke kedua sikunya dua kali dua kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu mengusap kepalanya maka dia memajukan kedua tangannya dan memundurkannya, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu dia mencuci kedua kakinya ." Dan dalam riwayat Wuhaib dia berkata : "dia mengusap kepalanya satu kali." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam satu lafazh yang juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim : "Kemudian dia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya maka dia memajukan keduanya dan memundurkannya, dia memulai dari bagian depan kepalanya sampai dia memperjalankan kedua tangannya ke belakang kepalanya kemudian dia mengembalikan kedua tangannya itu ke tempat mulainya tadi kemudian dia mencuci kedua kakinya.”

(H.2)
عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ قَالَ أَتَيْنَا عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَدْ صَلَّى فَدَعَا بِطَهُورٍ فَقُلْنَا مَا يَصْنَعُ بِهِ وَقَدْ صَلَّى مَا يُرِيدُ إِلَّا لِيُعَلِّمَنَا فَأُتِيَ بِإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ وَطَسْتٍ فَأَفْرَغَ مِنْ الْإِنَاءِ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهَا ثَلَاثًا ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا مِنْ الْكَفِّ الَّذِي يَأْخُذُ بِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَغَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَيَدَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَرِجْلَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَعْلَمَ وُضُوءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ هَذَا. رواه أبو داود والسائي
Dari Abdu Khair dia berkata : "Kami datang kepada Ali bin Abi Thalib  ketika dia telah selesai shalat maka dia meminta air wudhu, maka kami berkata apa yang akan dilakukannya padahal dia telah shalat, (pastilah) dia tidak ingin kecuali untuk mengajar kami, maka dibawakan kepadanya bejana yang berisi air dan ember besar, maka dia menuangkan air dari bejana ke atas tangannya lalu dia mencucinya tiga kali kemudian dia berkumur-kumur dan menghirup air (ke dalam hidungnya) tiga kali dari tangan yang dengannya dia mengambil air kemudian dia mencuci wajahnya tiga kali dan mencuci tangannya yang kanan tiga kali dan tangan kirinya tiga kali dan mengusap kepalanya satu kali kemudian dia mencuci kakinya yang kanan tiga kali dan kaki kirinya tiga kali, kemudian dia berkata : "Barangsiapa yang senang untuk mengetahui wudhunya Rasulullah  maka inilah dia." (HR. Abu Daud dan Nasa-i dan disahihkan oleh Al Albani)

(H.3)
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال إذا استيقظ أحدكم من نومه فلا يغمس يده في وضوئه حتى يغسلها ثلاثا فإن أحدكم لا يدري أين باتت يده
Dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam air wudhunya sampai dia mencucinya sebanyak tiga kali karena dia tidak tahu dimana tangannya itu bermalam.” (HR. Abu Daud dan An Nasai dan diasahihkan oleh Al Albani)

 Mencuci kedua tangan hingga ke pergelangan tangan (H.4).

(H.4)
عَن حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . رواه البخاري ومسلم
Dari Humran maula Utsman bahwasanya Utsman bin Affan  meminta air wudhu lalu dia berwudhu maka dia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali kemudian dia berkumur-kumur dan menghembuskan air (dari hidung) kemudian dia mencuci mukanya tiga kali kemudian dia mencuci tangannya yang kanan sampai ke siku tiga kali kemudian mencuci tangan kirinya seperti itu pula, kemudian dia mengusap kepalanya kemudian mencuci kaki kanannya hingga ke mata kaki tiga kali kemudian mencuci yang kiri seperti itu pula, kemudian dia berkata : "Aku melihat Rasulullah  berwudhu seperti wudhuku ini kemudian beliau bersabda : "Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia berdiri melaksanakan shalat dua raka'at, dia tidak berbicara dengan dirinya sendiri pada ke dua raka'at itu (khusyu') diampunkan baginya dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

 Mencuci sela-sela jari (H.5).

(H.5)
عن لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنْ الْوُضُوءِ قَالَ أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا . رواه الترمذي
Dari Laqith bin Shabirah  dia berkata : Aku berkata : Wahai Rasulullah sampaikanlah kepadaku tentang wudhu, beliau berkata : "Sempurnakanlah wudhu, cucilah sela-sela jari dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air kecuali jika engkau sedang berpuasa." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al Albani)

4. Membersihkan mulut dan hidung
 Dengan cara berkumur-kumur, menghirup air ke dalam hidung lalu menghembuskannya kembali ke luar (H.1 & H.2).
 Berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung dilakukan secara bersamaan (H.2 & H.4).
 Bersungguh-sungguh ketika menghirup air ke dalam hidung kecuali dalam keadaan berpuasa karena dikhawatirkan air masuk ke dalam kerongkongan (H.5).
5. Mencuci muka
 Batas muka (wajah) : lebarnya antara kedua telinga dan panjangnya dari awal tempat tumbuhnya rambut hingga ke dagu.
 Jika kepala tidak memiliki rambut maka patokannya adalah tempat tumbuhnya rambut dalam keadaan normal atau ketika dia masih memiliki rambut.
 Janggut dibedakan antara yang lebat dan yang tipis. Janggut yang lebat adalah janggut yang tumbuh sedemikian sehingga kulit tempat tumbuhnya janggut tersebut tidak terlihat lagi, maka janggut yang seperti ini diusap permukaannya dan disela-selai dengan jari-jari tangan yang dibasahi dengan air. Adapun janggut yang tipis adalah janggut yang masih terlihat kulit tempat tumbuhnya janggut tersebut, maka janggut yang seperti ini harus dicuci dan air harus sampai ke kulit wajah tempat tumbuhnya janggut tersebut.

عَنْ أَنَسٍ يَعْنِي ابْنَ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ وَقَالَ هَكَذَا أَمَرَنِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ
Dari anas bin Malik bahwasanya Rasulullah apabila beliau berwudhu beliau mengambil seciduk air lalu memasukkannya di bawah dagu beliau lalu mencuci di sela-sela janggut beliau dan beliau berkata : “Beginilah Tuhanku ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepadaku.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
6. Mencuci kedua tangan hingga ke siku (H.1 & H.2)
7. Mengusap kepala (bukan mencuci).
 Yaitu dengan membasahi kedua tangan dengan air lalu mengusapkannya ke kepala (H.1).
 Cara mengusap kepala yaitu dengan memperjalankan kedua telapak tangan yang telah dibasahi dengan air, dimulai dari bagian depan kepala hingga ke bagian belakang kepala kemudian dikembalikan lagi ke bagian depan (tempat memulai) (H.1).
 Setelah kedua telapak tangan kembali ke tempat mulainya langsung mengusap kedua telinga tanpa mengambil air yang baru (H.6 & H.7 ).
 Mengusap telinga dengan cara mengusap bagian dalam daun telinga dengan jari telunjuk dan bagian luar daun telinga dengan ibu jari (H.6).

(H.6)
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ في صفة وضوء رسول الله سلى الله عليه و سلم ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ. رواه أبو داود
Dari 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya tentang sifat wudhu Rasulullah  , dia berkata : Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap dengan kedua ibu jarinya bagian luar dari kedua telinganya (daun telinga) dan mengusap dengan kedua telunjuknya bagian dalam dari kedua telinganya. (HR. Abu Daud dan berkata Al Albani hasan shahih)

(H.7)
Dari Abu Hurairah, Abdullah bin Zaid dan Abu Umamah radhiyallahu ‘anhum bahwasanya Rasulullah bersabda :
الْأُذُنَانِ مِنْ الرَّأْسِ
“Kedua telinga itu adalah bagian dari kepala.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)

8. Mencuci kaki
 Mencuci kedua kaki hingga ke mata kaki. Allah  berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki…” (QS. Al Maidah : 6)
 Mencuci sela-sela jari-jari kaki (H.5).

9. Untuk anggota tubuh yang berpasangan dimulai dengan mencuci bagian yang kanan kemudian bagian yang kiri.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia bekata : Adalah Nabi  suka untuk memulai dari yang kanan ketika memakai sendal, bersisir, bersuci dan dalam seluruh keadaan beliau. (HR. Bukhari)

10. Anggota-anggota wudhu dapat dicuci sebanyak masing-masing satu kali
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّةً مَرَّةً
Dari Ibnu Abbas  bahwasanya Nabi  pernah berwudhu satu kali satu kali. (HR. Bukhari)

Atau masing-masing dua kali
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ
Dari Abdullah bin Zaid  bahwasanya Nabi  pernah berwudhu dua kali dua kali. (HR. Bukhari)

Atau masing-masing tiga kali (H1, H2, H4) dan inilah yang afdhal.


 Mandi Janabah

Sahnya mandi janabah adalah dengan membasahi seluruh tubuh dengan air. Adapun sunnahnya maka ada dua cara:

1. Cara pertama :
 Mencuci kedua tangan
 Berwudhu secara sempurna sebagaimana wudhu untuk shalat
 Mencuci sela-sela rambut dengan jari-jari tangan sampai membasahi seluruh permukan kulit kepala.
 Menyiram air ke atas kepala tiga kali.
 Menyiram seluruh tubuh.

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : Adalah Nabi  apabila beliau mandi janabah beliau mulai dengan mencuci kedua tangannya kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jari beliau ke dalam air lalu mencuci sela-sela rambutnya hingga ke kulit kepala beliau kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali dengan tangan beliau kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh permukaan kulit beliau . (HR. Bukhari)

2. Cara kedua :
 Menuangkan air ke tangan dua atau tiga kali.
 Mencuci kemaluan.
 Menggosok tangan ke tanah atau ke tembok.
 Berkumur-kumur, menghirup air ke hidung dan menghembuskannya ke luar.
 Mencuci muka.
 Mencuci lengan .
 Menyiram air ke atas kepala.
 Menyiram air ke seluruh tubuh.
 Berpindah tempat kemudian mencuci kaki.
 Menyeka air dari tubuh dengan kedua tangan dan tidak dengan handuk (tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa memakai handuk terlarang).

عَنْ مَيْمُونَةَ قَالَتْ وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءًا لِجَنَابَةٍ فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ أَوْ الْحَائِطِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ قَالَتْ فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا فَجَعَلَ يَنْفُضُ بِيَدِهِ . رواه البخاري ومسلم
Dari Maimunah radhiyallahu 'anha dia berkata : Rasulullah  meletakkan air untuk mandi janabah lalu beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dua kali atau tiga kali, kemudian beliau mencuci kemaluan beliau, kemudian beliau menepukkan tangan beliau ke tanah atau ke tembok dua kali atau tiga kali, kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air dan mencuci wajah beliau dan kedua lengan beliau kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepala beliau lalu menyiramkan air ke tubuh beliau, kemudian beliau minggir lalu beliau mencuci kedua kaki beliau. Berkata Maimunah : Lalu aku mengambilkan beliau kain (handuk) namun beliau tidak menginginkannya, lalu beliau mulai menyeka air dengan tangan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)


 Tayammum

Tata cara tayammum :
 Menepukkan kedua telapak tangan ke atas tanah yang berdebu.
 Meniup kedua telapak tangan tangan yang telah ditepukkan ke tanah.
 Mengusap kedua telapak tangan ke wajah.
 Mengusap kedua telapak tangan hingga ke pergelangan.

عن عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ أن النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال له َ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. رواه البخارى و مسلم
Dari Ammar bin Yasir  bahwasanya Nabi  berkata kepadanya (tentang tayammum) : “Sesungguhnya cukup bagimu berbuat seperti ini,” lalu Nabi  menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniup keduanya kemudian beliau mengusap dengan kedua telapak tangannya itu wajah beliau dan kedua tangan beliau hingga pergelangan. (HR. Bukhari dan Muslim)



B. Shalat

1. Berniat
Niat letaknya di dalam hati.
2. Takbiratul ihram
 Mengucapkan Allahu Akbar.

(H.1)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ جَعَلَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ وَإِذَا رَفَعَ لِلسُّجُودِ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ وَإِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ . رواه أبو داود
Dari Abu Hurairah  bahwasanya dia berkata : "Adalah Rasulullah  apabila beliau bertakbir untuk shalat beliau menjadikan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahu beliau dan apabila beliau beliau ruku' beliau berbuat seperti itu dan apabila beliau bangkit (dari ruku') untuk sujud beliau berbuat seperti itu dan apabila beliau bangkit dari rakaat yang kedua beliau berbuat seperti itu." (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)

 Mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu (H.1) atau sejajar dengan kedua telinga (H.2).

(H.2)
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ. رواه مسلم
Dari Malik bin Al Huwairits  bahwasanya Rasulullah  apabila beliau bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya dan apabila beliau ruku' beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku' lalu mengucapkan sami'allahu liman hamidah beliau juga berbuat seperti itu." (HR. Muslim)

 Jari-jari tangan tidak direnggangkan dan tidak pula dirapatkan (H.3).

(H.3)
غن أبي عامر العقدي ، ثنا ابن أبي ذئب ، عن سعيد بن سمعان ، قال : دخل علينا أبو هريرة مسجد بني زريق ، فقال : ثلاث كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعمل بهن تركهن الناس : كان إذا قام إلى الصلاة قال هكذا - وأشار أبو عامر بيده ، ولم يفرج بين أصابعه ولم يضمها
Dari Abu Amir al Aqdy dia berkata: telah menyampaikan kepada kami Ibnu abi Dzi’b dari Said bin Sam’an dia berkata: Abu Hurairah pernah mendatangi di mesjid Bani Zuraiq lalu beliau berkata : “Tiga perkara yang dahulu Rasululah  mengamalkannya dan sekarang manusia meninggalkannya. Adalah beliau apabila beliau masuk ke dalam shalat beliau berbuat begini – Abu Amir mencontohkan dengan tangannya dimana dia tidak menjarangkan antara jari-jarinya dan tidak pula merapatkannya. (HR. Al Hakim dan dia menshahihikannya dan disepakati oleh Adz Dzahabi, Al Albani juga menshahihkan hadits ini).

3. Membaca doa iftitah
Dapat memilih salah satu doa diantara doa-doa iftitah yang diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah . Beberapa contoh doa iftitah :

o اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ
“Ya Allah jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara tinur dan barat. Ya Allah sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana sucinya kain yang putih dari noda. Ya Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan salju dan air dan embun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
o سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan Pujimu dan berberkahlah NamaMu dan tinggilah KemuliaanMu dan tidak ada Ilah selainMu.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)

o اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Allah Maha Besar dan segla puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya dan Maha Suci Allah diwaktu pagi dan diwaktu petang.” Ketika Rasulullah  mendengar seorang sahabat membaca doa tersebut beliau bersabda : “Saya kagum dengan doa ini, telah dibukakan baginya pintu-pintu langit.” (HR. Muslim)

o الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi baik dan berberkah padanya.” Ketika Rasulullah  mendengar seorang sahabat membaca doa ini beliau bersabda : “Sungguh saya telah melihat dua belas malaikat bersegera kepadanya (mereka berlomba) siapa diantara mereka yang akan mengangkatnya (melaporkannya kepada Allah). (HR. Muslim)

4. Membaca surah Al Fatihah
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Ubadah bin Ash Shamit bahwasanya Rasulullah  bersabda : “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca surat al Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 Dimulai dengan ta’awwudz karena surah Al Fatihah adalah bagian dari Al Quran. Beberapa contoh bacaan ta’awwudz :
o فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Maka apabila engkau akan membaca Al Quran maka berlindunglah kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.” (QS. An Nahl : 98)
o عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ :كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ
Dari Abu Said Al Khudri  dia berkata : Adalah Rasulullah apabila beliau shalat di waktu malam beliau bertakbir kemudian beliau membaca (yang artinya) : “Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan Pujimu dan berberkahlah NamaMu dan tinggilah KemuliaanMu dan tidak ada Ilah selainMu.” Kemudian beliau membaca “la ilaha illallah” 3X kemudian membaca “Allahu akbar kabira (3X) aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk; dari kesurupannya dan dari kesombongannya dan dari syairnya” kemudian beliau membaca (Al Fatihah).” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh al Albani)
o عن ابن جبير بن مطعم ، عن أبيه ، قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل الصلاة قال : « الله أكبر كبيرا ، والحمد لله كثيرا - ثلاثا - سبحان الله بكرة وأصيلا - ثلاثا - أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، من نفخه ، وهمزه ، ونفثه
Dari anak Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata : Adalah Rasulullah apabila beliau masuk ke dalam shalat beliau membaca : Allahu Akbar kabira walhamdulillahi katsira (3X), aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk; dari kesombongannya dan dari kesurupannya dan dari syairnya. (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al Albani)

 Membaca basmalah dengan siir (tidak mengeraskan suara) baik dalam shalat-shalat siir maupun dalam shalat-shalat jahar.
o Hadits 'Aisyah r.a dia berkata:
كان رسول الله  يستفتح الصلاة يالتكبير والقراءة بالحمد لله رب العالمين
"Adalah Nabi memulai sholat dengan takbir dan (memulai) bacaan dengan Alhamdulillahi rabbil 'alamin." (HR. Bukhari-Muslim).
o Hadits Anas r.a :
أن النبي و أبا بكر و عمر كانوا يفتتحون الصلاة بالحمد لله رب العالمين
"Bahwasanya Nabi  dan Abu Bakar dan Umar, mereka memulai shalat dengan Alhamdulillahi rabbil 'alamin." (HR. Bukhari-Muslim)
o Dalam riwayat ِAhmad, An-Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah disebutkan :
لا يجهرون ببسم الله الرحمن الرحيم
“Mereka tidak menjaharkan Bismillahirrahmanirrahim.”
 Mengucapkan amin baik sebagai imam, ma’mum ataupun shalat sendiri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda : "Apabila imam mengucapkan amin maka ucapkanlah amin karena sesungguhnya barangsiapa yang bertepatan aminnya dengan aminnya malaikat diampunkan baginya dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

 Terdapat khilaf dalam masalah wajibkah ma’mum membaca Al Fatihah dalam shalat-shalat yang jahar. Pendapat yang rajih adalah bahwa ma’mum tetap wajib membacanya dalam shalat jahriyyah : عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كُنَّا خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ قُلْنَا نَعَمْ هَذًّا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا . رواه أبو داود و أحمد
Dari Ubadah bin Ash Shamit  dia berkata : "Kami pernah shalat subuh di belakang Rasulullah  maka Rasulullah  membaca lalu terasa berat bagi beliau bacaannya, maka ketika selesai beliau berkata : "Barangkali kalian membaca di belakang imam kalian ?" Kami menjawab : "Benar wahai Rasulullah, dengan cepat." Beliau bersabda : "Jangan kalian lakukan, kecuali dengan fatihatul kitab (surat Al Fatihah) karena sesungguhnya tidak sah shalat bagi orang yang tidak membacanya." (HR. Abu Daud dan Ahmad dan dihasankan oleh Tirmidzi dan Al Albani).

Kecuali seorang yang masbuq yang tidak sempat lagi membaca Al Fatihah namun mendapatkan ruku’ ketika imam sedang ruku’ maka dia dianggap mendapatkan raka’at tersebut :
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ رَاكِعٌ فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلَا تَعُدْ . رواه البخاري
Dari Abu Bakrah  bahwasanya dia sampai kepada Nabi  sementara beliau dalam keadan ruku', maka dia pun ruku' sebelum sampai ke shaf, lalu dia menyebutkan hal itu kepada Rasulullah  maka beliau bersabda : "Semoga Allah menambah keinginanmu (untuk mendapatkan kebaikan) dan jangan kamu ulangi (buru-buru mengejar shalat dan ruku' sebelum sampai ke shaf)." (HR. Bukhari)

5. Membaca surah setelah Al Fatihah.
 Membaca surah setelah Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua adapun pada rakaat ketiga dan keempat hanya membaca Al Fatihah saja.
 Bacaan pada rakat pertama lebih panjang dari pada bacaan pada rakaat kedua.

o عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ . رواه البخاري ومسلم
Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya, dia berkata : "adalah Nabi  membaca pada dua rakaat yang pertama dari shalat zhuhur surat Al Fatihah dan dua surat yang dipanjangkannya pada rakaat yang pertama dan dipendekkannya pada rakaat yang kedua, dan kadang-kadang beliau memperdengarkan ayat yang dibacanya, dan adalah beliau membaca pada shalat ashar surat Al Fatihah dan dua surat dan beliau memenjangkan pada rakaat pertama dan adalah beliau memanjangkan (bacan) pada rakaat pertama pertama shalat subuh dan memendekkan pada rakaat yang kedua." (HR. Bukhari dan Muslim)

o عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ أَحْيَانًا وَيَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ . رواه مسلم
Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya bahwasanbya Nabi  membaca pada dua rakaat yang pertama dari shalat zhuhur dan ashar Al Fatihah dan surat, dan kadang-kadang beliau memperdengarkannya kepada kami, dan beliau membaca Al Fatihah pada dua rakaat yang terakhir." (HR. Muslim)

6. Ruku’
 Bertakbir ketika akan ruku’ (H.4) sambil mengangkat kedua tangan seperti saat takbiratul ihram (H.1 & H.2).

(H.4)
عَنْ أَبُي حُمَيْدٍ قَالَ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ ثُمَّ رَكَعَ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا وَوَتَرَ يَدَيْهِ فَنَحَّاهُمَا عَنْ جَنْبَيْهِ وَلَمْ يُصَوِّبْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُقْنِعْهُ . رواه أبو داود
Dari Abi Humaid  dia berkata : "Aku yang paling tahu diantara kalian tentang shalatnya Rasulullah  , sesungguhnya Rasulullah  berdiri lalu bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir untuk ruku', kemudian beliau ruku' dan meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggam keduanya dan beliau melengkungkan kedua tangannya dan menjauhkan keduanya dari kedua sisi badannya dan belaiu tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya." (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)

 Meletakkan dan menggenggamkan kedua telapak tangan di kedua lutut (H.4) dengan merenggangkan jari-jari tangan (H.5, H.6) serta manjauhkan kedua siku dari sisi-sisi badan (H.4).

(H.5)
عن وائل بن حجر أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا ركع فرج بين أصابعه و إذا سجد ضم أصابعه
Dari Wail bin Hujr  bahwasanya Nabi  apabila ruku' beliau menjarangkan antara jari-jari(tangan)nya dan apabila beliau sujud beliau merapatkan jari-jari(tangan)nya." (HR. Hakim dan Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)

 Meratakan pungung.
عَنْ وَابِصَةَ بْنَ مَعْبَدٍ يَقُولُ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَكَانَ إِذَا رَكَعَ سَوَّى ظَهْرَهُ حَتَّى لَوْ صُبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لَاسْتَقَرَّ . رواه ابن ماجه
Dari Wabishah bin Ma'bad  dia berkata : "Saya melihat Rasulullah  shalat, maka apabila beliau ruku' beliau meratakan punggungnya sehingga apabila dituangkan di atasnya air sungguh air itu akan tinggal." (HR. Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani).

 Tidak mengangkat kepala dan tidak pula menundukkannya (H.4).
 Tuma’ninah, yaitu berdiam dengan tenang pada satu posisi sebelum berpindah kepada posisi berikutnya (H.6)

(H.6)
عن ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا ركعت فضع راحتيك على ركبتيك ثم فرج بين أصابعك ثم امكث حتى يأخذ كل عضو مأخذه . رواه ابن حبان
Dari Abdullah bin Umar  bahwasanya Rasulullah  bersabda : "Apabila engkau ruku' maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu kemudian jarangkanlah antara jari-jarimu kemudian tinggallah sampai semua anggota tubuh mengambil tempatnya." (HR. Ibnu Hibban dan disahihkan oleh Al Albani)

 Membaca doa ruku’. Beberapa contoh doa ruku’ :
o سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
Artinya : “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung” (dibaca 3X). (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al Albani)
o سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Artinya : “Yang Maha Suci (dari segala keburukan) Yang Maha Suci (dari segala yang kotor) Tuhannya para malaikat dan Tuhannya Ar Ruh (malaikat Jibril).” (HR. Muslim)
o سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Artinya : “Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan PujiMu Ya Allah ampunilah aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Boleh membaca tasbih lebih dari 3X.
(H.7)
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ

Dari Hudzaifah  dia berkata : “Aku pernah shalat bersama Nabi  pada suatu malam maka beliau membuka dengan surah Al Baqarah maka aku berkata beliau akan ruku’ pada ayat ke 100, ternyata beliau melanjutkan, maka aku berkata beliau akan menyelesaikan Al Baqarah dalam satu rakaat lalu beliau melanjutkan ( bacaan beliau) maka aku berkata beliau akan ruku’ (pada akhir Al Baqarah), kemudian beliau membaca surah An Nisa kemudian beliau membaca surah Ali Imran maka beliau membacanya dengan perlahan, apabila beliau melewati ayat yang di dalamnya tasbih beliau bertasbih dan apabila beliau melewati ayat permintaan beliau meminta dan apabila beliau melewati ayat ta’awwudz beliau meminta perlindungan, kemudian beliau ruku’ dan membaca subhana rabbiyal ‘azhim, maka adalah ruku’nya seperti panjamgnya berdirinya, keudian beliau membaca sami’allahu liman hamidah lalu beliau berdiri panjang seperti panjangnya ruku’nya, kemudian beliau sujud dan membaca subhana rabbiyal a’la maka adalah sujudnya seperti panjangnya berdirinya.” (HR. Muslim)

7. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
 Mengangkat kedua tangan seperti saat takbiratul ihram (H.1, H.2) sambil mengucapkan sami’allahu liman hamidah bagi imam dan orang yang shalat sendiri, adapun ma’mum maka cukup mengucapkan rabbana wa lakal hamdu jika imam membaca sami’allahu liman hamidah.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ . رواه البخاري ومسلم
Dari Anas bin Malik  bahwasanya Rasulullah  bersabda : "Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti, maka apabila dia shalat berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia ruku' maka ruku'lah kalian, dan apabila dia bangkit maka bangkitlah kalian dan apabila dia mengucapkan sami'allahu liman hamidah ucapkanlah rabbana wa lakalhamdu, dan apabila dia shalat berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia shalat duduk maka shalatlah kalian semua sambil duduk." (HR. Bukhari dan Muslim)

 Terdapat ikhtilaf diantara para ulama tentang posisi tangan saat berdiri i’tidal apakah diletakkan di atas dada (H.9 & H.10) atau digantungkan ke bawah (H.8). Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah disunnahkan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada (bersedekap) pada saat berdiri i’tidal.

(H.8)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا . رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  masuk ke dalam masjid lalu masuk pula seorang laki-laki dan melaksanakan shalat, kemudian dia datang memberi salam pada Nabi  maka Nabi  menjawab salamnya dan berkata : "Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat," kemudian orang itu datang lagi dan memberi salam kepada Nabi  maka beliau berkata : "Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat," tiga kali, maka orang itu berkata : "Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak tahu selain dari itu maka ajarkanlah aku." Beliau berkata : "Apabila engkau berdiri untuk shalat maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur-an kemudian ruku'lah sampai engkau tenang dalam keadaan ruku' kemudian bangkitlah hingga engkau tegak lurus berdiri kemudian sujudlah hingga engkau tenang dalam keadaan sujud kemudian bangkitlah hingga engkau tenang dalam keadaan duduk kemudian sujudlah hingga engkau tenang dalam keadaan sujud kemudian lakukanlah yang seperti itu dalam seluruh shalatmu." (HR. Bukhari dan Muslim)

(H.9)
عَنْ وائل بن حجر قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ . رواه النسائي
Dari Wail bin Hujr  dia berkata : "Saya melihat Rasulullah  apabila beliau berdiri di dalam shalat beliau menggenggamkan tangan kanannya atas tangan kirinya." (HR. Nasa-i dan disahihkan oleh Al Albani)

(H.10)
عن وائل بن حجر قال صليت خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم فكبر حين دخل ورفع يديه وحين أراد أن يركع رفع يديه وحين رفع رأسه من الركوع رفع يديه و وضع كفيه. رواه أحمد
Dari Wail bin Hujr dia berkata : "Saya pernah shalat di belakang Rasulullah , maka beliau bertakbir ketika masuk (ke dalam shalat) dan mengangkat kedua tangannya, dan ketika akan ruku' beliau mengangkat kedua tangannya, dan ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau mengangkat kedua tangannya dan meletakkan kedua telapak tangannya." (HR. Ahmad dengan sanad yang sahih)


 Membaca doa i’tidal. Beberapa contoh doa i’tidal :
o رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
“Ya Tuhan kami, bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim )
o رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Ya Tuhan kami dan bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim)

o اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
“Ya Allah Tuhan kami, bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari)

o اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“Ya Allah Tuhan kami, bagiMu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu.” (HR. Muslim)

o رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Ya Tuhan kami dan bagiMu segala puji, pujian yang banyak yang baik yang berberkah padanya. ” (HR. Bukhari)

8. Sujud
 Terdapat ikhtilaf diantara para ulama tentang cara menyungkur sujud setelah berdiri i’tidal, antara mendahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut atau sebaliknya. Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah mendahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ . رواه أبو داود
Dari Abu Hurairah  dia berkata : Bersabda Rasulullah  : "Apabila salah seorang dari kalian sujud maka janganlah dia turun seperti turunnya unta, hendaklah dia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya." (HR. Abu Dawud dan disahihkan oleh Al Albani)

 Bersujud di atas tujuh tulang.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ . رواه البخاري ومسلم
Dari Ibnu Abbas  dia berkata : Bersabda Nabi  : Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang ; atas jidat – sambil beliau menunjuk dengan tangannya ke hidungnya – dan kedua tangan dan kedua lutut dan atas ujung-ujung kedua kaki dan agar kita tidak mengumpulkan (menggulung) pakaian dan rambut." (HR. Bukhari dan Muslim)

 Meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah sejajar dengan kedua bahu (H.11 & H.12).

(H.11)
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ . رواه مسلم
Dari Al Bara'  dia berkata : Bersabda Rasulullah  : "Apabila engkau sujud maka letakkanklah kedua tanganmu dan angkatlah kedua sikumu." (HR. Muslim)


(H.12)
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ منكبيه . رواه الترمذي
Dari Abu Humaid As Sa'idiy  bahwasanya Nabi apabila beliau sujud beliau meletakkan hidungnya dan jidatnya di tanah dan menjauhkan kedua tangannya dan kedua lambungnya dan meletakkan kedua tapak tangannya sejajar dengan kedua bahunya. (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al Albani)

 Mengangkat kedua siku (tidak merapatkan kedua siku di tanah) (H.11) dan manjauhkannya dari lambung.
عن ميمونة قالت : كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا سجد يجافي حتى لو أن بهمة أرادت أن تمر بين يديه مرت
Dari Maimunah radhiyallahu 'anha bahwasanya Nabi  apabila beliau sujud beliau menjauhkan (antara kedua tangannya) sehingga sekiranya ada anak kambing yang hendak lewat diantara kedua tangan beliau pasti dia dapat melewatinya. (HR. Muslim dan Abu ‘Uwanah)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ . رواه البخاري ومسلم



Dari Abdullah bin Malik bin Buhainah bahwasanya Nabi  apabila beliau shalat beliau menjarangkan antara kedua tangannya hingga terlihat ketiak beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)

 Merapatkan jari-jari tangan (H.5) dan menghadapkannya ke kiblat.
عن البراء بن عازب رضى الله عنه قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا سجد فوضع يديه بالارض استقبل بكفيه واصابعه القبلة
Dari Al Bara’ bin ‘Azib  dia berkata : “Adalah Rasulullah  apabila beliau sujud beliau meletakkan kedua tangannya di tanah dengan menghadapkan kedua tangan beliau dan jari-jari beliau ke kiblat.” (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)
 Merapatkan sisi dalam kedua telapak kaki dan menghadapkan jari-jarinya ke kiblat (H .13 & H.14).

(H.13)
عن عائشة قالت فقدت رسول الله سلى الله عليه و سلم وكان معي على فراشي فوجدته ساجدأ راصا عقبيه مستقبلا بأطراف أصابعه القبلة فسمعته يقول أعوذ برضاك من سخطك و بعفوك من عقوبتك . رواه البيهقي
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : Saya kehilangan Rasulullah  padahal beliau tadinya bersamaku di atas tempat tidurku, maka aku mendapatkannya sedang sujud dengan merapatkan kedua kakinya dan menghadapkan ujung jari-jari kaki beliau ke kiblat, maka aku mendengar beliau mengucapkan : "Aku berlindung dengan keridhoanMu dari kemurkaanMu dan (aku berlindung) dengan maafMu dari hukumanMu." (HR. Baihaqi dan disahihkan oleh Al Albani)

(H.14)
عَنْ أبي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ قَالَ أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُهُ إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حِذَاءَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلَا قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ . رواه البخاري
Dari Abu Humaid As Sa'idi dia berkata : Aku yang paling hafal diantara kalian shalatnya Rasulullah , aku melihat beliau apabila bertakbir beliau menjadikan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya dan apabila beliau ruku' beliau mengokohkan kedua tangannya pada kedua lututnya, kemudian beliau meratakan punggung beliau, maka apabila beliau mengangkat kepalanya beliau sempurnakan (berdiri) sampai semua ruas tulang punggung kembali ke tempatnya, maka apabila beliau sujud beliau meletakkan kedua tangannya dengan tidak merapatkan sikunya ke tanah dan tidak pula mengumpulkannya (merapatkannya ke badannya) dan beliau menghadapkan ujung-ujung jari kaki beliau ke kiblat , maka apabila beliau duduk pada dua rakaat beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan dan apabila beliau duduk pada rakaat yang terakhir beliau majukan kakinya yang kiri dan menegakkan yang lain (kanan) dan beliau duduk di atas pantatnya." (HR. Bukhari)

 Tuma’ninah dalam sujud (H.8).
 Membaca doa sujud. Beberapa contoh doa sujud :
o سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Artinya : “Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Tinggi.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
o سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Artinya : “Yang Maha Suci (dari segala keburukan) Yang Maha Suci (dari segala yang kotor) Tuhannya para malaikat dan Tuhannya Ar Ruh (malaikat Jibril).” (HR. Muslim)
o سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Artinya : “Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan PujiMu Ya Allah ampunilah aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Boleh membaca tasbih lebih dari tiga kali (H.7).

9. Duduk diantara dua sujud
 Duduk iftirasy yaitu menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki yang kanan (H.14 & H.15).

(H.15)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَكَانَ إِذَا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُصَوِّبْهُ وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًا وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ جَالِسًا وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلَاةَ بِالتَّسْلِيمِ . رواه البخاري
Dari Aisyah radiyallahu 'anha dia berkata : Adalah Rasulullah  membuka shalat dengan takbir dan (membuka) bacaan dengan alhamdulillahi rabbil'alamin, dan apabila beliau ruku' beliau tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya akan tetapi antara keduanya, dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau tidak sujud sampai beliau sempurna berdiri dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud beliau tidak sujud (kembali) sampai beliau duduk sempurna , dan beliau membaca pada setiap dua rakaat attahiyyah, dan adalah beliau menduduki kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan dan beliau melarang dari duduk uqbatusy syaithan dan beliau melarang seseorang merapatkan tangannya ke tanah seperti binatang buas, dan adalah beliau menutup shalatnya dengan salam . (HR. Bukhari)

 Boleh juga dengan cara menegakkan kedua telapak kaki dan merapatkannya lalu duduk di atas tumit.

عن أَبي الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاووُسًا يَقُولُ قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ . رواه مسلم
Dari Abu Az Zubair bahwasanya dia mendengar Thawus berkata : Kami bertanya kepada Ibnu Abbas tentang duduk iq'aa di atas kedua kaki (menegakkan kedua kaki lalu duduk di atas kedua tumit) maka dia berkata: "Dia itu sunnah." (HR. Muslim)

 Dilarang duduk uqbatusy syaithan, dan bentuknya ada dua :
 Merapatkan punggung telapak kaki ke lantai dan menduduki kedua tumit.
 Menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diantara keduanya di atas tanah dan meletakkan kedua tangannya di tanah.

 Meletakkan tangan kanan di atas paha kanan atau lutut kanan dan tangan kiri di atas paha kiri atau lutut kiri.

o عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُعَاوِيِّ قَالَ رَآنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ وَأَنَا أَعْبَثُ بِالْحَصَى فِي الصَّلَاةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ نَهَانِي وَقَالَ اصْنَعْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فَقُلْتُ وَكَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُسْرَى . رواه مسلم
Dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'awi dia berkata : Abdullah bin Umar melihatku sementara aku mempermainkan kerikil dalam shalat, maka tatkala dia telah selesai dia melarangku dan berkata : "Lakukanlah seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah ," maka aku bertanya : "Bagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah  ?" Dia berkata : "Adalah beliau apabila beliau duduk dalam shalat beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggam jari-jari beliau semuanya dan berisyarat dengan jari setelah ibu jari (yaitu jari telunjuk) dan beliau meletakkan tangan kiri beliau di atas paha kiri beliau." (HR. Muslim)

o عَنْ أَبي حمَيْدٍ قَالَ َاَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ يَعْنِي السَّبَّابَةَ. رواه الترمذي
Dari Abu Humaid  dia berkata : "Aku yang paling tahu diantara kalian tentang shalatnya Rasulullah  , sesungguhnya Rasulullah  duduk untuk tasyahhud maka beliau duduk di atas kaki kirinya dan menghadapkan punggung telapak kaki kanannya ke kiblat dan meletakkan tangan kanannya di atas lututnya yang kanan dan tangan kirinya di atas lututnya yang kiri dan beliau berisyarat dengan jari telunjuknya." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al Albani)

 Membaca doa duduk diantara dua sujud. Beberapa contoh doa duduk diantara dua sujud :
o اللهم اغفر لي وارحمني وعافني واهدني وارزقني
“Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku dan selamatkanlah aku (dari kecelakaan dunia dan akhirat / dari penyakit lahir dan batin) dan tunjukilah aku dan berikanlah rezki kepadaku.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
o اللهم اغفر لي وارحمني واجبرني واهدني وارزقني
“Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku dan cukupkanlah aku dari kefakiranku dan tunjukilah aku dan berilah rezki kepadaku.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani)
o رب اغفر لي وارحمني واجبرني وارزقني وارفعني .
“Tuhanku, ampunilah aku dan rahmatilah aku dan cukupkanlah aku dari kefakiranku dan berilah rezki kepadaku dan angkatlah (derajat)ku.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani)
o رب اغفر لي رب اغفر لي
“Tuhanku, ampunilah aku. Tuhanku, ampunilah aku.”(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani). Doa ini dapat dibaca berulang-berulang.

10. Bangkit dari sujud
 Bangkit dari sujud sambil bertakbir (H.16).

(H.16)
عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ جَاءَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ فَصَلَّى بِنَا فِي مَسْجِدِنَا هَذَا فَقَالَ إِنِّي لَأُصَلِّي بِكُمْ وَمَا أُرِيدُ الصَّلَاةَ وَلَكِنْ أُرِيدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَالَ أَيُّوبُ فَقُلْتُ لِأَبِي قِلَابَةَ وَكَيْفَ كَانَتْ صَلَاتُهُ قَالَ مِثْلَ صَلَاةِ شَيْخِنَا هَذَا يَعْنِي عَمْرَو بْنَ سَلِمَةَ قَالَ أَيُّوبُ وَكَانَ ذَلِكَ الشَّيْخُ يُتِمُّ التَّكْبِيرَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ . رواه البخاري
Dari Ayyub dari Abu Qilabah dia berkata : "Datang kepada kami Malik bin Al Huwairits lalu beliau mengimami kami di mesjid kami ini lalu dia berkata : "Sesungguhnya aku akan shalat dengan kalian dan tidaklah aku menginginkan shalat akan tetapi aku ingin memperlihatkan kepada kalian bagaimana aku melihat Nabi  shalat," berkata Ayyub : "Aku berkata kepada Abu Qilabah : "Bagaimana shalatnya?" Dia berkata : "Seperti shalatnya syaikh kita ini," maksudnya 'Amr bin Salamah, berkata Ayyub : "Dan adalah syaikh tersebut menyempurnakan takbir, dan apabila dia mengangkat kepalanya dari sujud kedua dia duduk dan bertelekan di atas tanah kemudian berdiri," (HR. Bukhari)

 Disunnahkan duduk istirahat, yaitu duduk sejenak setelah bangkit dari sujud sebelum berdiri ke raka’at berikutnya (H.16 & H.17). Dibolehkan langsung berdiri setelah bangun dari sujud menuju ke rakaat berikutnya. Sebagaimana atsar Ibnu Mas’ud dari Abdurrahman bin Yazid dia berkata : saya memperhatikan Abdullah bin Mas’ud dalam shalat maka saya melihatnya langsung berdiri dan tidak duduk pada rakaat pertama dan ketiga.” (HR. Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang shahih sebagaimana yang dikatakan Al Baihaqi dan An Nawawi). Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkan dari sahabat Ali, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar – dengan sanad yang shahih sebagaimana dikatakan Al Albani – bahwa mereka mereka langsung bangkit dalam shalat dan tidak duduk istirahat.

(H.17)
عَنْ مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ اللَّيْثِيُّ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَإِذَا كَانَ فِي وِتْرٍ مِنْ صَلَاتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا. رواه البخاري
Dari Malik bin Al Huwairits Al Laitsi  bahwasanya dia melihat Rasulullah  shalat, maka apabila beliau berada pada rakaat ganjil dari shalatnya beliau tidak bangkit sampai beliau duduk sempurna." (HR. Bukhari)

 Bertelekan di atas tanah ketika akan berdiri menuju rakaat berikutnya (H.16) dan disunnahkan dengan cara mengepalkan kedua telapak tangan.
عن الأرزق بن قيس : رأيت ابن عمر يعجن في الصلاة إذا قام فقلت له فقال رأيت رسول الله سلى اله عليه وسلم يفعله . رواه أبو إسحاق الحربي
Dari Al Arzaq bin Qais dia berkata : Saya melihat Ibnu Umar bertelekan dengan mengepalkan tangan dalam shalat apabila dia bangkit, maka aku menanyakan kepadanya lalu dia menjawab : "Saya melihat Rasulullah  melakukannya." (HR. Abu Ishaq Al Harbi, berkata Al Albani sanadnya baik)

11. Tasyahhud awal
 Duduk tasyahhud awal dengan cara iftirasy yaitu menduduki kaki kiri dan menegakkan yang kanan (H.14 & H.15).
 Membaca at-tahiyyat.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى . رواه مسلم
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : ……dan adalah beliau mengucapkan pada setiap dua rakaat attahiyyah dan adalah beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya." (HR. Muslim)
 Beberapa contoh bacaan tahiyyat :
o التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Artinya : “Segala pengagungan hanya untuk Allah dan (demikian pula) segala doa/shalat dan perkataan/perbuatan yang baik. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah serta berkahNya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi tidak ada ilah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan rasulNnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
o Seperti di atas, tapi mengganti “assalamu ‘alaika ayyuhannabiy” dengan “assalamu ‘alannabiy”.
o التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Artinya : “Segala pengagungan, keberkahan, doa, perkataan/perbuatan yang baik hanya untuk Allah. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah serta berkahNya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi tidak ada ilah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah.” (HR. Muslim)
 Bershalawat kepada Rasulullah . Masalah ini diikhtilafkan para ulama, sebagian ulama berpendapat disyariatkan shalawat pada tasyahhud awal dan sebagian memandang tidak disyariatkan. Pendapat yang rajih bahwa shalawat disunnahkan pada tasyahhud awal. Beberapa contoh shalawat :
o اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(HR. Bukhari dan Muslim)
o اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
(HR. Muslim)
o اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(HR. Bukhari)
o اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(HR. Bukhari dan Muslim)
o اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(HR. Muslim)

 Berisyarat dengan jari telunjuk sejak awal tasyahhud, ada beberapa cara yang disunnahkan :
 Berisyarat (menunjuk) dengan jari telunjuk dan melipat jari-jari lainnya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُسْرَى
Dari Abdullah bin Umar  dia berkata : "Adalah Rasulullah  apabila beliau duduk dalam shalat beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggam jari-jari beliau semuanya dan berisyarat dengan jari setelah ibu jari (yaitu jari telunjuk) dan beliau meletakkan tangan kiri beliau di atas paha kiri beliau." (HR. Muslim)

 Berisyarat dengan telunjuk, mempertemukan ujung jari tengah dengan ujung ibu jari sehingga membentuk lingkaran dan melipat jari manis dan jari kelingking.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ :
ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَحَدَّ مِرْفَقَهُ الْأَيْمَنَ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ ثِنْتَيْنِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً وَرَأَيْتُهُ يَقُولُ هَكَذَا وَحَلَّقَ الْإِبْهَامَ وَالْوُسْطَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
Dari Wail bin Hujr  ketika menjelaskan cara shalat Nabi  : “…kemudian beliau menduduki kaki beliau yang kiri dan meletakkan tangan kiri beliu di atas paha kiri beliau dan siku kanan beliau di atas paha kanan beliau dan beliau menggenggam dua jari beliau dan dan membentuk lingkaran maka aku melihat beliau berbuat begini,” lalu dia membuat lingkaran dengan ibu jarinya dan jari tengahnya dan berisyarat dengan telunjuk.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
 Menggerak-gerakkan telunjuk ketika bertasyahhud.
Dari Wail bin Hujr  ketika menjelaskan cara shalat Rasulullah  dia berkata :
ثم قبض اثنتين من أصابعه وحلق حلقة ثم رفع إصبعه فرأيته يحركها يدعو بها
“… kemudian beliau menggenggam dua jari diantara jari jemari beliau dan membuat lingkaran kemudian beliau mengangkat telunjuk beliau maka aku melihat beliau menggerak-gerakkannya untuk berdoa dengannya…” (HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani)
12. Tasyahhud akhir
 Duduk tasyahhud akhir dengan cara tawarruk yaitu duduk meletakkan pantat di atas tanah sambil menyorong kaki kiri agak ke depan di bawah paha kanan dan menegakkan telapak kaki kanan (H .14).
Terdapat ikhtilaf diantara para ulama untuk shalat yang hanya berjumlah dua rakaat seperti shalat subuh, shalat jum’at dan kebanyakan shalat-shalat sunnah apakah duduknya iftirasy ataukah tawarruk. Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah bahwa duduk tasyahhud akhir untuk shalat-shalat yang hanya dua rakaat jumlahnya adalah duduk iftirasy. Sebagaimana disebutkan dalam (H.14) “… maka apabila beliau duduk pada dua rakaat beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan…”. Juga beberapa hadits yang bersifat mutlak seperti hadits Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : ……dan adalah beliau mengucapkan pada setiap dua rakaat attahiyyah dan adalah beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya." (HR. Muslim).
 Membaca at-tahiyyat (lihat contoh tahiyyat pada tasyahud awal).
 Bershalawat kepada Rasulullah  (lihat contoh shalawat pada tasyahud awal).
 Berlindung dari empat perkara setelah bertasyahhud dan bershalawat atas nabi pada tasyahhud akhir. Sebagian ulama mewajibkan hal ini.
عن أبي هريرة قال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنْ التَّشَهُّدِ الْآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Dari Abu Hurairah  dia berkata: Bersabda Rasulullah  : “Apabila salah seorang dari kalian selesai dari tasyahhud akhir maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dari empat perkara; dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan Dajjal.” (HR. Muslim)

 Membaca doa setelah berlindung dari empat perkara. Beberapa contoh doa :
o اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu dan kasihilah aku sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
o اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لا إله إلا أنت
Artinya : “Ya Allah ampunilah bagiku apa yang aku dahulukan dan apa yang akhirkan(dari dosa-dosa, apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku nampakkan dan apa yang Engkau sebih mengetahuinya daripada aku. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan, tidak ada ilah selainMu.” (HR. Muslim)
o اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ya Allah, Yang Maha Tunggal, Yang kepadaNya bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)

13. Salam
 Memalingkan wajah ke kanan kemudian ke kiri hingga kelihatan pipi dari belakang.
 Lafazh salam ada dua macam :
Mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke kanan dan ke kiri.
عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ وَالْأَسْوَدِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ . رواه أبو داود
Dari Abul Ahwash dan Al Aswad dari Abdullah bahwasanya Nabi  mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri hingga terlihat putihnya pipi beliau : Assalamu 'alaikum wa rahmatullah Assalamu 'alaikum wa rahmatullah." (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)
 Mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” ke kanan dan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke kiri.
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ . رواه أبو داود
Dari Alqamah bin Wail dari bapaknya dia berkata : Saya pernah shalat bersama Nabi , maka beliau bersalam ke kanan Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh dan ke kiri Assalamu 'alaikum wa rahmatullah. (HR. Abu Daud)

AHDAF TARBIYAH ISLAMIYAH

Tujuan Penyajian Materi:
1. Memahamkan kepada peserta tarbiyah tujuan yang ingin dicapai dari tarbiyah yang mereka jalani.
2. Agar peserta tarbiyah memahami bahwa tarbiyah yang dijalaninya memiliki dua tujuan yaitu tujuan yang ingin diwujudkan pada pribadi-pribadi peserta tarbiyah tersebut dan tujuan yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Agar peserta tarbiyah memahami bahwa mengikuti tarbiyah tidak hanya untuk menambah ilmu tapi juga bertujuan membentuk pribadi-pribadi yang siap berda'wah dengan ilmunya tersebut dan memiliki mental mujahid dalam berda'wah bahkan siap berjihad di jalan Allah.
4. Agar peserta tarbiyah memahami bahwa da'wah yang ideal adalah da'wah yang dijalankan secara terorganisir dimana setiap bagiannya menjalankan tugasnya dengan penuh amanah dan mutqin.
5. Agar peserta tarbiyah memahami bahwa tujuan tarbiyah pada kehidupan masyarakat adalah tegaknya agama Allah di muka bumi dengan terlaksananya hukum-hukum Allah dalam segala bidang kehidupan baik ideology, pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum dan perundang-undangan bahkan militer.
6. Agar peserta tarbiyah memahami bahwa tahapan penegakan syariat dalam kehidupan masyarakat dimulai dengan pembentukan pribadi muslim kemudian pribadi-pribadi muslim akan membentuk keluarga-keluarga muslim dan membentuk jamaah da'wah yang kuat. Adanya jamaah da'wah yang kuat disamping keluarga-keluarga muslim yang ada akan membentuk masyarakat muslim,kumpulan masyarakat muslim akan melahirkan negara yang berasaskan Islam dan selanjutnya kumpulan negara-negara Islam akan mengembalikan al khilafah al Islamiyah.

Penjelasan Materi Tarbiyah
Ahdaf adalah bentuk jamak dari hadaf yang artinya tujuan. Setiap amal yang kita kerjakan haruslah memiliki tujuan yang jelas termasuk aktivitas tarbiyah. Tarbiyah sebagai salah satu aktivitas perjuangan Islam memiliki dua tujuan yaitu tujuan yang ingin diwujudkan pada individu (ahdaf tarbiyah fil fard) dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan masyarakat (ahdaf tarbiyah fil jama'ah).
1. Tujuan tarbiyah pada pribadi
Tujuan tarbiyah pada pribadi adalah melahirkan pribadi-pribadi muslim yang istimewa/berkualitas (takwin al fard al muslim al mutamayyiz). Pribadi muslim yang berkualitas adalah pribadi muslim yang memiliki kualifikasi mu'min, mushlih, mujahid, muta'awin dan mutqin (5M).
1) Mu'min
Iman dalam keyakinan ahlussunnah wal jamaah mencakup keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan. Seorang yang berkepribadian mu'min dapat dilihat dari sisi-sisi berikut :
1) Dari sisi pemahamannya terhadap Islam, dia memiliki :
 Pemahaman yang benar yaitu pemahaman yang bersumber dari Quran dan Sunnah menurut paham salafushshaleh.
صحيح وضعيف الجامع الصغير - (ج 12 / ص 195)
5248 - تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي و لن يتفرقا حتى يردا علي الحوض .
عن أبي هريرة .
تحقيق الألباني
( صحيح ) انظر حديث رقم : 2937 في صحيح الجامع .
 Pemahaman yang sempurna yaitu dengan mempelajari Islam secara tidak parsial karena pemahaman yang parsial akan melahirkan ketersesatan. Firqah-firqah yang sesat lahir karena pemahaman yang parsial terhadap Islam, Khawarij hanya mengambil nash-nash ancaman dan mengabaikan nash-nash rahmat dan ampunan, Murjiah hanya mengambil nash-nash rahmat dan ampunan lalu mengabaikan nash-nash ancaman, Islam Liberal hanya mengambil beberapa kaidah-kaidah umum lalu mengabaikan begitu banyak nash-nash yang sifatnya khusus (QS. 2:85).
2) Dari sisi aqidah dia memiliki aqidah yang benar dan kuat.
Aqidah yang benar adalah aqidah yang tidak menyimpang dari aqidah ahlussunnah wal jamaah (QS. 6:153), aqidah yang kuat adalah aqidah yang tertanam dengan kuat di dalam hati yang nampak pada amalan,bukan aqidah yang sekedar teori dan pemahaman belaka.
شعب الإيمان للبيهقي - (ج 1 / ص 72)
عن الحسن قال : « ليس الإيمان بالتحلي ولا بالتمني ، ولكن ما وقر في القلب ، وصدقته الأعمال »
3) Dari sisi ruhiyah.
 Memiliki kesempurnaan cinta, takut dan harapan kepada Allah Azza wa Jalla (QS. 2:165, 32:16, 21:90).
 Khusyu' dalam ibadahnya (QS. 23:2).
 Peduli dengan urusan-urusan kaum muslimin.
صحيح مسلم - ج 12 / ص 468
4685 - عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
 Prihatin dengan kondisi ummat (7:59, 26:123-135, 46:21).
 Merindukan tegaknya dinul Islam (61:13).
4) Dari sisi ibadah.
 Ahli ibadah, dalam bentuk :
o Menjaga ibadah yang wajib
o Merutinkan ibadah yang sunnah
صحيح البخاري - (ج 20 / ص 158)
6021 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 40)
754 – عن رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ قَالَ
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
 Ikhlas dalam ibadahnya.
 Mengikuti sunnah dalam ibadahnya.
QS. 18:110, QS: 67:2
عن عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ (متفق عليه)

5) Dari sisi akhlak dia senantiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia yang induknya adalah sifat adil, sabar, menjaga kehormatan diri dan berani.
6) Dari sisi adab dia senantiasa menghidupkan adab-adab Islam keseharian seperti adab tidur, adab makan dan minum, adab buang air, adab naik kendaraan, adab berpakaian dan lain-lain.
7) Dari sisi muamalah dia menjaga mu'amalah yang Islami seperti dalam jual beli, dalam keluarga, dalam bergaul dengan orang lain dan lain-lain.
2) Mushlih (QS. 41:33)
Mushlih artinya orang yang melakukan perbaikan dan yang dimaksud dengan mushlih disini adalah da'i. Ciri-ciri seorang mushlih :
• Senantiasa berda'wah dan melakukan perbaikan (QS. 11:88).
Seorang da'i/mushlih adalah seorang yang prihatin dengan kondisi ummatnya, karena itulah dia selalu berda'wah secara aktif untuk merubah kondisi ummat.
• Mampu berinteraksi dengan orang lain sebagai obyek da'wah.
• Menjadi agen perubah dimanapun dia berada.
• Aktif menjalankan da'wah fardiyah (QS. 71:8-9).
• Membangun bukan menghancurkan.
• Murabbi.
3) Mujahid (QS. 22:78)
Ciri seorang mujahid :
1) Sabar dan mampu menghadapi kondisi yang sulit/berat (QS. 9:38,81,120).
2) Berkorban dengan jiwa,harta dan seluruh potensi yang dimilikinya (QS.49:15, 61:10).
3) Memiliki kesiapan untuk berjihad fi sabilillah.
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 19)
3533 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
4) Memiliki kerinduan terhadap syahadah (mati syahid).
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 17)
3532 – عن سَهْلَ بْنَ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
4) Muta'awin (QS. 5:2)
Ciri seorang kader muta'awin :
1) Menyadari pentingnya amal jama'i.
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ (متفق عليه)

2) Bergabung dalam amal jama'i dengan melibatkan diri dan disiplin, jadi bukan sekedar terdaftar sebagai anggota jamaah da'wah namun harus memiliki kontribusi yang jelas untuk da'wah, dia terlibat dalam aktivitas da'wah dan disiplin dalam menjalankan amanah-amanahnya (QS.49:15, 61:10, 27:20-21).
3) Siap memimpin dan dipimpin (contoh: Khalid bin Walid ra).
5) Mutqin
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 103)
57 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Ciri seorang kader mutqin :
1) Amanah.
2) Bertanggung jawab.
3) Menguasai dengan baik amanah yang diberikan kepadanya.

2. Tujuan tarbiyah pada masyarakat
Tujuan tarbiyah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tegaknya agama Allah Azza wa Jalla di muka bumi (QS. 9:33, 48:28, 61:9, 24:55) dan jalan menuju tegaknya agama Allah di muka bumi malalui tahapan-tahapan berikut :
1) Pembentukan keluarga-keluarga Islami.
2) Pembentukan jamaah dakwah yang kuat.
3) Pembentukan masyarakat Islami.
4) Menegakkan pemerintahan Islam.
5) Mengembalikan al Khilafah al Islamiyah

Read More..

About us