Labels

Sunday, January 22, 2012

Mutiara Hadits Edisi 01

Intisari dari suatu acara Kajian Tematik, yang diadakan disore yang hangat pada tanggal 05 Januari 2012, di Fak Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar. Bersama Ust. Abdul Warits, S.S.a

IKHLAS
PILAR AMALAN MUSLIM

Ikhlas merupakan amalan yang dilakukan oleh Hati kita.
Allah berfirman yang artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Q.S. Al Bayyinah {98}:5).
Yang dimaksud pada kalimat “…memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus….” adalah ikhlas karena hanya untuk Allah semata. Jadi, jika seorang muslim yang tidak beramal dengan niat yang ikhlas, maka ia beragama dengan tidak lurus.
Kemudian, Allah juga berfirman dalam surah Al Mulk yang artinya:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi maha pengampun” (Q.S. Al Mulk {67}:2)
Kalimat “…yang lebih baik amalannya…” mempunyai makna bahwa ada hal-hal yang menyebabkan amalan seseorang baik, dan diterima oleh Allah, salah satunya adalah Ikhlas.
Ada beberapa pendapat dari Ulama mengenai defenisi ikhlas,
1.       Seseorang beramal semata-mata hanya karena Allah
2.      Jika ia melakukan suatu amalan, maka ia tidak takut kehilangan hal duniawi ketika melakukan amalan tersebut
Adapun salah satu keutamaan yang didapatkan bagi muslim yang ikhlas beramal adalah, termasuk diantara tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah pada hari kiamat kelak. Disebutkan bahwa, salah satu golongan yang mendapatkan naungan adalah seseorang yang bersedekah dengan tangan kananya kemudian tangan kirinya tidak tahu apa yang diperbuat oleh tangan kanannya tersebut.
Adapun beberapa tanda-tanda hati yang tidak ikhlas adalah:
1.       Bangga (besar kepala) jika amalan yang ia lakukan disebut-sebut oleh orang lain
2.      Lebih bersemangat melakukan amalan yang jika amalan tersebut dilakukan ditengah-tengah jamaah, dan jika ia lakukan bersendirian, lalu ia tidak bersungguh-sungguh melakukannya.
3.       Jika ia dicela dalam melakukan amalan, ia lalu patah semangat
Ketahuilah jika seseorang tidak ikhlas beramal, maka ia telah terjatuh kedalam kesyirikan. Baik itu syirik kecil ataupun syirik besar, Naudzubillahi min dzalik…
Simak baik-baik kisah berikit:
Kelak akan dihisab seseorang yang ia meninggal dimedan perang, lalu Allah bertanya kepadanya: “Mengapa engkau  pergi berperang?”, Lalu orang tersebut berkata “Saya melakukannya semata-mata karena Allah”, Lalu Allah berkata, “kau berdusta! kau ikut berperang karena ingin dikatakan sebagai pahlawan, ingin dikatakan dikatakan seorang mujahid oleh orang lain” Lalu Allah menyuruh malaikatNya untuk menyeret orang tersebut kedalam Neraka.
Kelak akan dihisab seseorang yang ia didunia adalah seorang Qari’, seorang Da’i, Lalu Allah bertaya kepadanya, “Megapa engkau menjadi Qari’?”, Lalu orang tersebut berkata, “saya melakukan karena Allah semata”, Lalu Allah berkata, “Kamu berdusta! Kamu didunia membaca Quran dengan tujuan kamu ingin orang lain tahu bahwa kamu seorang yang mempunyai suara yang bagus, ingin dikatakan sebagai orang yang ahli ibadah”, Lalu Allah menyuruh malaikatNya untuk menyeret orang tersebut kedalam Neraka.
Kelak akan dihisab seseorang yang ia merupakan seorang kaya yang dermawan, sering berinfaq, Lalu Allah bertaya kepadanya, “Megapa didunia engkau sering berinfaq?”, Lalu orang tersebut berkata, “saya melakukan karena Allah semata”, Lalu Allah berkata, “Kamu berdusta! Kamu didunia berinfaq dengan tujuan kamu ingin orang lain tahu bahwa kamu seorang yang dermawan, ingin dikatakn sebagai baik, dan senang ketika engkau disebut-sebut sebagai orang yang sering bersedekah”, Lalu Allah menyuruh malaikatNya untuk menyeret orang tersebut kedalam Neraka.
Saudara/i ku semoga kita tidak terjatuh dalam hal-hal yang menjadikan kita orang yang merugi diakhirat kelak, semoga kita tidak terjatuh kedalam amalan yang mempersekutukan Allah. Baik itu mempersetukuan Allah dengan melibatkan orang lain (Riya’) ataupun mempersekutukan Allah dengan melibatkan diri sendiri (Ujub).
SESI TANYA JAWAB:
1.       Pertanyaan: Dalam berorganisasi dilembaga dakwah, kadang kita diberi Amanah oleh atasan kita, baik itu Ketua Umum ataupun Ketua Departemen/Divisi, Apakah ketika kita menjalankan amanah tersebut dengan perasaan yang berat maka kita dikategorikan orang yang tidak ikhlas dalam beramal?
Jawaban:  Camkan didalam diri kita bahwa KETIKA KITA MENINGGALKAN SUATU AMALAN KARENA TAKUT TIDAK IKHLAS MENJALANKANNYA, ITULAH RIYA’ YANG SESUNGGUHNYA DAN SYAITHAN AKAN TERTAWA! Karena dia-Laknatullah ‘alaih- telah berhasil membuat kita meninggalkan suatu amalan. Berat maupun ringan, tetap laksanakan dan senantiasa paksakan diri untuk ikhlas menjalankannya. Wallahu a’lam
2.      Pertanyaan: Jika dalam bermusyawarah ada seorang ikhwa yang menyampaikan suatu gagasan pergerakan dakwah yang mantap. Apakah kita tidak boleh memuji ikhwa tersebut? Karena ditakutkan jika kita memuji ikhwa tersebut maka ia bisa-bisa berbangga diri. Dan haruskah kita bersikap dingin terhadapnya, walaupun diri ini ingin sekali memujinya.
Jawaban: Untuk memuji seseorang, ada baiknya jika kita memujinya ketika ia tidak ada bersama kita. Cukup orang lain yang tahu… Karena ada salah seorang Ulama yang kemudian ia dipuji secara besar-besaran oleh seseorng, maka Ulama tersebut berkata, “kau telah memotong leherku”. Wallahu a’lam.
3.       Pertanyaan: Terkadang dalam bermusyawarah ataupun kerja-kerja dakwah, kita mendapati kondisi para ikhwa tidak bersemangat dalam melakukan hal tersebut. Apakah tidak mengapa jika kita menyebut amalan-amalan kita agar ikhwa yang lain bisa kembali bersemangat?
Jawaban: Sampaikan hal yang lain saja ketika ingin memotivasi saudara/I kita, baik itu kisah Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam, kisah para salaf, atau yang lainnya. Sikap yang bijak yang bisa kita ambil adalah tidak usah menyebutkan amalan-amalan kita, karena kita tidak bisa menjamin diri kita tidak terjatuh dalam kesyirikan (kecil) jika melakukannya. Wallahu a’lam.
4.   Pertanyaan: Bagaimana jika kita meninggalkan suatu amalan karena takut terjatuh dalam kesyirikan (kecil)? Misalnya berinfaq, karena amalan tersebut terkadang diumumkan dikhalayak ramai.
Jawaban: Bersegeralah dalam melakukan amal, seperti yang telah disebutkan pada jawaban pertanyaan yang pertama bahwa KETIKA KITA MENINGGALKAN SUATU AMALAN KARENA TAKUT TIDAK IKHLAS MENJALANKANNYA, ITULAH RIYA’ YANG SESUNGGUHNYA DAN SYAITHAN AKAN TERTAWA! Dan ketika berinfaq, tidak usah setor nama. Wallahu a’lam.

Masjid Sa’ad bin Muadz, Makassar. Ba’da Sholat Jum’at ditemani oleh rintik-rintik Hujan.
06 Januari 2012. Pukul 13.27 WITA
Diketik dengan menggunakan Keyboard Laptop

About us