Dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ada seseo rang yang mengunjungi saudaranya yang berada di desa
lain. Allah mengirimkan malaikat di perjalannya. Ketika
berjumpa dengannya, malaikat tersebut bertanya, ‘Anda mau kemana?’ Ia menjawab, ‘Saya ingin mengunjungi saudaraku yang ada di
desa ini.’
Malaikat bertanya, ‘Apakah ada
kenikmatan yang anda inginkan?’ Ia menjawab, ‘Tidak, hanya saja saya
mencintainya karena Allah.’ Malaikat tersebut berkata, ‘Saya adalah utusan
Allah kepadamu untuk memberitahukan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana anda
mencintai saudaramu karena-Nya.”
(HR. Muslim no. 2567)[1]
1.
Keutamaan
cinta karena Allah dan itu menjadi penyebab cinta Allah kepada hamba.
2.
Keutamaan
mengunjungi orang shalih, keluarga dan teman.
3.
Anjuran
bepergian untuk silaturrahim.
4.
Kemampuan
malaikat menyerupai anak Adam.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik
radiyallahu anhu, pembantu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di
antara kalian (dengan iman yang sempurna) sebelum dia mencintai untuk
saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan Muslim)[2]
ADAB MAJELIS
Dari Abu Waqid Al-Laitsi, “Ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat di
masjid, tiba-tiba datang tiga orang. Dua orang mendatangi Nabi dan yang satunya
pergi. Keduanya berdiri di hadapan Rasulullah. Salah satunya melihat ada tempat
lowong di majlis dan segera duduk di sana. Adapun yang lainnya langsung duduk
di belakang dan yang ketiga langsung pergi.
Setelah selesai, Rasulullah
bersabda, ‘Maukah kamu saya beritahukan tentang tiga orang tersebut? Adapun
yang pertama dia datang kepada Allah, maka Allah menyambutnya. Yang kedua, dia
malu dan Allah pun malu darinya
(mencintainya dan tidak menghukumnya). Dan yang terakhir, dia berpaling, maka
Allah pun berpaling darinya (membencinya).”
(HR. Al-Bukhari no. 66, Muslim no. 2176,
Ahmad, V / 219 dan At-Tirmidzi no. 2868)[3]
Pelajaran
yang dapat diambil:
1.
Anjuran duduk
di masjid untuk mempelajari ilmu, berdiskusi dan lainnya.
2.

Anjuran untuk
membentuk lingkaran dalam majelis ilmu atau dzikir.


3.

Larangan untuk keluar dari majelis ilmu di masjid tanpa udzur.


4.
Anjuran untuk
mendekat dengan ulama di dalam majelis agar bisa mendengar ucapannya dengan
baik dan jelas.
5.
Orang yang
mendatangi majelis kalau mendapatkan tempat yang kosong dia harus menempatinya.
Kalau tidak ada dia bisa duduk di belakang.
6.
Siapa yang
pertama sampai ke
tempat yang kosong di sebuah majelis, maka dialah yang lebih berhak duduk di
sana.
0 komentar:
Post a Comment