Labels

Tuesday, May 15, 2012

persaudaraan Karena Allah


Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ada seseo                                    rang yang mengunjungi saudaranya yang berada di desa lain. Allah mengirimkan    malaikat di perjalannya. Ketika berjumpa dengannya, malaikat tersebut bertanya, ‘Anda  mau kemana?’ Ia menjawab, ‘Saya ingin mengunjungi saudaraku yang ada di desa ini.’
Malaikat bertanya, ‘Apakah ada kenikmatan yang anda inginkan?’ Ia menjawab, ‘Tidak, hanya saja saya mencintainya karena Allah.’ Malaikat tersebut berkata, ‘Saya adalah utusan Allah kepadamu untuk memberitahukan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana anda mencintai saudaramu karena-Nya.”
(HR. Muslim no. 2567)[1]

Pelajaran yang dapat diambil:
1.        Keutamaan cinta karena Allah dan itu menjadi penyebab cinta Allah kepada hamba.
2.        Keutamaan mengunjungi orang shalih, keluarga dan teman.
3.        Anjuran bepergian untuk silaturrahim.
4.        Kemampuan malaikat menyerupai anak Adam.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radiyallahu anhu, pembantu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian (dengan iman yang sempurna) sebelum dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)[2]

ADAB MAJELIS

Dari Abu Waqid Al-Laitsi, “Ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat di masjid, tiba-tiba datang tiga orang. Dua orang mendatangi Nabi dan yang satunya pergi. Keduanya berdiri di hadapan Rasulullah. Salah satunya melihat ada tempat lowong di majlis dan segera duduk di sana. Adapun yang lainnya langsung duduk di belakang dan yang ketiga langsung pergi.
Setelah selesai, Rasulullah bersabda, ‘Maukah kamu saya beritahukan tentang tiga orang tersebut? Adapun yang pertama dia datang kepada Allah, maka Allah menyambutnya. Yang kedua, dia malu  dan Allah pun malu darinya (mencintainya dan tidak menghukumnya). Dan yang terakhir, dia berpaling, maka Allah pun berpaling darinya (membencinya).”
(HR. Al-Bukhari no. 66, Muslim no. 2176, Ahmad, V / 219 dan At-Tirmidzi no. 2868)[3]

Pelajaran yang dapat diambil:
1.        Anjuran duduk di masjid untuk mempelajari ilmu, berdiskusi dan lainnya.
2.        Anjuran untuk membentuk lingkaran dalam majelis ilmu atau dzikir.
3.        Larangan untuk keluar dari majelis ilmu di masjid tanpa udzur.
4.        Anjuran untuk mendekat dengan ulama di dalam majelis agar bisa mendengar ucapannya dengan baik dan jelas.
5.        Orang yang mendatangi majelis kalau mendapatkan tempat yang kosong dia harus menempatinya. Kalau tidak ada dia bisa duduk di belakang.
6.        Siapa yang pertama sampai ke tempat yang kosong di sebuah majelis, maka dialah yang lebih berhak duduk di sana.


[1] 60 Kisah Shahih dari Nabi dan Sahabat oleh Muhammad bin Hamid Abdul Wahab
[2]Matan Hadits Arba’in  karya Imam al-Hafizh Syaikhul Islam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi asy-Syafi’i
[3] 60 Kisah Shahih dari Nabi dan Sahabat oleh Muhammad bin Hamid Abdul Wahab

0 komentar:

Post a Comment

About us