Click to download in MP3 format (2.86MB)
Nasehat Oleh : Ustadz Abu Mu’awiyah Askari hafizhahulloh
(Nasehat ini beliau sampaikan Ba’da Dars AdabulMufrod)
10 Syawal 1434 h / 17 agustus 2013
(Ba’da Magrib – Isya’)
Sumber : salafybpp
————————————————————————
TRANSKRIP
————————————————————————
NASEHAT & SIKAP TERHADAP KERUSUHAN KAUM MUSLIMIN DI MESIR
Tanya:
Assalamu’alaikum.. Ustadz hafizhahullahu mohon nasehatnya sebagai seorang muslim menyikapi kasus Mesir, jazakallahu khaer.
Jawab:
Dan ada sebagian ikhwan meminta untuk
menjelaskan tentang sikap kita dan sikap para ulama dalam menyikapi
situasi yang terjadi di Mesir. Demikian pula di negara-negara islam yang
lainnya, di Tunisia, di Suriah. Sebagaimana yang kita dengarkan, ada
yang mungkin mendengarkan lebih detail dari yang lainnya. Walhasil,
ma’asyaral ikhwah rahimakumullah, ini pelajaran. Pelajaran bagi kita,
pentingnya mempelajari sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pentingnya seseorang untuk diarahkan dengan Al Qur’an wa sunnah.
Kita berjalan di atas Al Qur’an dan sunnah dimana Al Qur’an dan sunnah itu membimbing kita, mengarahkan kita.
Tidak terbimbing dengan Al Qur’an wa
sunnah, itu menyebabkan kerusakan. Terkhusus dalam perkara-perkara yang
besar. Yang kaitannya dengan kekuasaan, yang kaitannya dengan memelihara
rasa aman di sebuah negeri. Ma’asyaral ikhwah rahimakumullah, apa yang
kita dengarkan dari kejadian yang terjadi pada hari-hari ini, terkhusus
yang terjadi di Mesir, setelah dilengserkannya Muhammad Mursi, doktor
Muhammad Mursi. Dan dia adalah seorang presiden yang berasal dari Al
Ikhwanul Muslimun sebelumnya. Yang dipilih melalui proses pemilu
demokrasi. Yang bertahan kurang lebih setahun lamanya dia memerintah,
lalu kemudian dilengserkan.
Mereka pun berselisih apakah itu disebut
kudeta, atau bukan kudeta. Yang jelas ini bagian dari انقلاب,
mengkudeta, melengserkan penguasa yang sah sebelumnya kemudian diganti
dengan penguasa yang lainnya dengan kekuatan militer. Lalu kemudian dari
pihak al ikhwanul muslimun, yang mereka tidak menyetujui
dilengserkannya presiden mereka dari kalangan al ikhwanul muslimun, maka
mereka membalasnya dengan مظاهرة dengan demonstrasi-demonstrasi. Dan
berhari-hari, sehingga menjatuhkan sekian banyak korban. Demonstrasi
yang anarkis, bahkan berani untuk melawan kekuatan militer. Sehingga
menyebabkan korban yang demikian banyak.
Berbeda penukilan mereka tentang jumlah
korban. Ada yang menyebutkan sampai 500 lebih yang tewas. Dari pihak Al
Ikhwanul Muslimun, mereka mengklaim bahwa yang korban sudah lebih.
Ketika awal-awal terjadinya pembantaian itu lebih 2000. Kemudian puluhan
ribu yang lainnya banyak yang terluka. Luka parah, luka ringan,
laki-laki, wanita banyak yang menjadi korban. Ma’asyaral ikhwah
rahimakumullah, apa yang menyebabkan ini semua terjadi? Disebabkan
karena kejahilan. Hanya sekedar bermodalkan semangat. Dengan alasan
semangat membela islam, namun tidak memperhatikan dampaknya. Dampak
negatif yang akan menimpa mereka.
Tentu ini merupakan hal yang sangat
menyedihkan. Ditambah lagi munculnya da’i-da’i baik dari kalangan
Ikhwanul Muslimin, atau mereka yang mengaku sebagai salafy, mengaku
sebagai ahlussunnah, atau mengaku memiliki partai salafy dari Hizbun
Nur, dan yang lainnya. Yang mendukung sikap-sikap Ikhwanul Muslimin yang
terus melakukan desakan-desakan terhadap pemerintah Mesir yang sekarang
ini dikuasai oleh militer. Sehingga menimbulkan pertumpahan darah yang
subhanallah, sangat disayangkan. Yang sangat disayangkan. Dan lebih
disayangkan lagi sebagian mereka dari kalangan da’i-da’i yang dianggap
sebagai ulamanya mereka. Haraqiyin, dan mereka الحزبيون المتستائر مع
السلف memakai pakaian salaf namun mereka hizbiyyun.
Yang memfatwakan dengan fatwa yang
bathil, dengan fatwa yang bathil. Yang terus mengompori mereka, memberi
semangat untuk terus melakukan tuntutan pembebasan terhadap Mursi. Yang
akhirnya menimbulkan kerusakan yang luar biasa, Allahul musta’an.
Seperti Abdurrahman Abdul Khaliq, yang dikenal sebagai salah seorang
mufti Ihya Atturots, yang dia mengatakan kepada rakyat Mesir yang
melakukan demonstrasi tersebut. (Yang artinya kurang lebih-red)
“Kalaulah seandainya kalian
mempersembahkan satu juta jiwa yang mati syahid, untuk kalian menegakkan
kebenaran. Itu bukanlah suatu hal yang berlebihan.”, atau yang semisal
yang dia sebutkan.
Satu juta? Lalu diikuti oleh hizybiyyun
yang lainnya Nabil Al Awadi, itu juga dari kalangan Ihya Atturots, Al
Qoshosh, dan yang semisal mereka, Muhammad Hasan dari kalangan Hizbun
Nur. Mereka ini ma’asyaral ikhwah rahimakumullah, merusak. Pada
hakikatnya mereka tidak jauh dari Al Ikhwanul Muslimun. Hanya mereka
mengaku sebagai salafy, berpakaian salafy, namun dakhwah salafiyah
berlepas diri dari mereka. Dan dari apa yang mereka katakan. Mana
dalilnya? Mana hujjah dari kitabullah, dari sunnah nabi shallallahu
‘alaihi wa’alaalihi wasallam? Terhadap apa yang mereka ucapkan. Rasul
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh At
Tirmidzi dari hadits Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, kata nabi shallallahu
‘alaihi wasallam:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Sungguh hilangnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim” (Shahîh. HR an-Nasâ`i VII/82, dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi no. 1395. Hadits ini dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan an-Nasâ`i dan lihat Ghâyatul- Marâm fî Takhrîj Ahâdîtsil-Halâl wal-Harâm no. 439)
Seorang muslim, ma’asyaral ikhwah rahimakumullah yang disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla:
مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا
“Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, ataubukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruhnya”. (QS Al Maidah 32)
Bukan suatu hal yang ringan, ini
subhanallah membiarkan. Menganggap bahwa itu adalah mempersembahkan para
syuhada. Ada sebagian lagi mereka memfatwakan jihad…jihad, jihad di
Suriah, jihad di Mesir. Dianya melancong kemana-mana, melancong ke
Inggris, melancong di hotel-hotel yang mewah. Kalau itu jihad, mestinya
kamu yang turun, berada di garis yang terdepan, lawan itu militer. Tapi
hanya berfatwa di tempat yang jauh untuk mengorbankan rakyat, Allahul
musta’an. Kalau seandainya mereka kembali kepada sunnah rasul
shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah ‘alaihi shallatu wasallam dalam
hadits Abu Sa’id Al Khudri radhiyllahu ‘anhu, datang dari hadits Ibnu
Mas’ud muttafaqun ‘alaihi, kata nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّهَا سَتَكُوْنُ بَعْدِيْ أَثَرَةٌ وَأُمُوْرٌ تُنْكِرُوْنَهَا. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَمَا تَاْمُرُنَا؟ قَالَ: تُؤَدُّوْنَ الْحَقَّ الَّذِيْ عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الَّذِيْ لَكُمْ
“Sesungguhnya akan terjadi setelahku para pemimpin yang mementingkan diri mereka (tidak memberikan hak kepada orang yang berhak) dan perkara-perkara yang kalian ingkari.” Mereka mengatakan, “Wahai Rasullullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Berikan hak mereka yang menjadi kewajiban kalian dan mintalah kepada Allah hak kalian.” (Sahih, HR. al-Bukhari dan Muslim).
Ishbiru, bersabarlah kalian. Dalam
riwayat Al Imam Muslim dari hadits Hudzaifah radhiyallahu ta’ala ‘anhu
kata nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
يَكُوْنُ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُوْنَ بِهُدَايَ وَلاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ. (قَالَ حُذَيْفَةُ): كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ
“Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia.” (Hudzaifah berkata), “Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.” (Sahih, HR. Muslim)
Menunjukkan akan munculnya
penguasa-penguasa yang dzalim, yang fajir, yang mengambil harta rakyat
tanpa hak. Apakah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan
kepada kaum muslimin untuk menuntut haknya? Apakah rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan kepada kaum muslimin untuk
terus menuntut? melakukan demonstrasi? keluar ke jalan-jalan? Yang
akhirnya menghilangkan rasa aman di negeri tersebut? Dan rasa aman itu
adalah merupakan bagian dari kenikmatan yang Allah subhanahu wata’ala
berikan. Nabiyullah Ibrahim ‘alaihi sallam berdoa kepada Allah:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS Al Baqarah 126)
Nabiyullah Ibrahim mendahulukan berdo’a
kepada Allah untuk memohon keamanan sebelum memohon rezeki. Rasa aman
itu lebih penting. Bagaimana mungkin seorang akan merasakan hidup
tentram, meskipun mereka mendapatkan rezeki yang melimpah namun tidak
ada rasa aman dalam negeri mereka.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An-Nûr 55)
Rasa aman itu nikmat yang besar yang
Allah subhanahu wata’ala berikan. Namun mereka menghilangkan rasa aman
tersebut di negeri mereka sendiri. Kalau seandanya mereka mentaati
perintah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk tinggal di rumah.
Kata nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
سَتَكُوْنَ فِتَنٌ القاعِدُ فِيْها خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ والقائمُ فيها خيرٌ من المَاشِي والماشِي فيها خير من السَّاعِي. مَنْ تَشَرَّفَ لَها تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذاً فَلْيَعِذْ بِهِ
“Kelak akan ada banyak kekacauan dimana di dalamnya orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarinya dan siapa yang mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung.” (HR. Al-Bukhari no. 3601 dan Muslim no. 2886)
Jadi semakin seorang menghindarkan diri
dari fitnah, tinggal di rumah, itu jauh lebih baik daripada mengikuti
fitnah, keluar, demonstrasi. Yang sama sekali ini bukan bagian dari
tuntunan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sekarang Muhammad
Mursi sudah dilengserkan, tidak punya kekuasaan. Yang berkuasa dari
kalangan militer yang dipimpin oleh jendral As Sisi. Sekarang dia yang
berkuasa, dan dia punya kekuatan. Didukung oleh militer. Mau apa kita
sebagai rakyat? Mau apa kita sebagai rakyat? Kata Al Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullahu ta’ala dalam fathul baari:
Pafa fuqaha sepakat, wajibnya taat pada penguasa yang mengkudeta
Wajib taat kepadanya, berjihad bersamanya dan taat kepadanya itu lebih baik daripada melakukan pemberontakan atasnya.
Sebab dengan taat kepadanya itu akan
menahan, tidak tertumpahkannya darah-darah kaum muslimin. Dan akan
menenangkan kondisi yang terjadi di negeri tersebut. Syikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullahu ta’ala beliau mengatakan:
Tidak diketahui sama sekali dalam
sejarah, apabila ada sekelompok orang mereka melakukan pemberontakan
kepada penguasa, melainkan dalam pemberontakan itu akan menimbulkan
kerusakan yang kerusakan ini jauh lebih besar daripada kerusakan yang
mereka harapkan untuk mereka hilangkan.
Penguasa dzolim, penguasa dzolim,
berbuat dzolim, berbuat fajir, tidak taat kepada Allah subhanahu
wata’ala dengan berbagai macam kerusakannya itu lebih baik daripada
melakukan pemberontakan atasnya. Kerusakannya akan jauh lebih besar.
Kalau sudah hilang keamanan, apa yang terjadi? Mendengarkan jiwa-jiwa
kaum muslimin tertumpahkan. Pertempuran yang tidak bisa dihindarkan
antara kaum muslimin itu sendiri, antara kaum muslimin itu sendiri.
Kemudian pemerkosaan, terang terangan, perampokan, pencurian, berbagai
macam kerusakan. Tidak ada rasa aman, seorang seenaknya mengambil harta
orang lain. Ini yang terjadi apabila tidak ada penguasa yang mengatur
mereka.
Maka ma’asyaral ikhwah rahimakumullah,
yang wajib bagi kaum muslimin kembali kepada sunnah rasul shallallahu
‘alaihi wa’alaalihi wasallam. Yang sangat disayangkan, ada sebagian
mereka itu dari kalangan hizbiyyun, itu memfatwakan bahwa sekarang
peperangan di Mesir antara islam dan kekafiran. Yang dimaksud kekafiran
yakni penguasa dengan militernya. Maksudnya mereka semua murtad.
Penguasa dengan militernya seluruhnya murtad, jadi mereka sedang
memerangi orang-orang yang murtad. Jadi mereka mengkafirkan, takfiriyun
khawarij. Mereka mengkafirkan pemerintah Mesir secara umum. Ini dari
kalangan khawarij. Bahkan sebagian mereka mengatakan bahwa memerangi
pemerintah Mesir itu lebih utama daripada memerangi Yahudi dan Nashara.
Karena memarangi Yahudi dan Nashara,
Yahudi dan Nashara bagian dari ahlul kitab. Adapun mereka murtad, murtad
lebih parah dari ahlul kitab. Coba lihat, syubhat. Lalu kemudian setiap
hari kita mendengarkan sungguh sangat menyedihkan tertumpahkannya darah
kaum muslimin. Oleh karena itu para ulama, Syaikh Abdul Aziz Alu
Syaikh, mufti kerajaan Arab Saudi, demikian pula Shaleh Al Haidan,
Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahumullahu ta’ala. Mereka semua
menasehatkan agar hendaknya rakyat Mesir menahan diri. Menahan diri,
jangan keluar, jangan melakukan demnstrasi. Mereka yang menjadi sebab
tertumpahkannya darah-darah tersebut. Maka hendaknya mereka menahan
diri, berdialog dengan cara yang baik untuk menemukan titik temu.
Menghindari yang namanya pertumpahan darah.
Maka ini solusi yang terbaik, adapun
membiarkan mereka terus keluar hingga setiap hari tertumpahkannya darah.
Dari pihak militerpun mereka merasa didesak. Mereka merasa didesak dan
mereka merasa mereka ini melakukan perlawanan kepada mereka. Akhirnya
terjadilah bentrokan. Maka tertumpahkan darah-darah yang itu terjadi
diantara kaum muslimin. Allahul musta’an, semoga Allah subhanahu
wata’ala memelihara kita dari berbagai macam fitnah. Fitnah yang
dhohiroh, fitnah yang bathinah, semoga Allah Azza wa Jalla memberi
hidayah kepada kita, kepada sunnah rasul shallallahu ‘alaihi wa’alaalihi
wasallam.”
Sumber Artikel: darussalaf.or.id
0 komentar:
Post a Comment