Labels

Monday, November 11, 2013

Berbahagialah Muslim yang Bersedih


Di dunia ini tidak mungkin seorang hamba selamat dari musibah. Entah dia orang baik-baik maupun dia seorang yang fajir (bermaksiat kepada Allah). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (An-Nisa: 104)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Dan kami jadikan sebahagian kalian cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kalian bersabar? Dan adalah Rabb kalian Maha Melihat.” (Al-Furqon: 20)
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (untuk memperoleh balasan).” (Al-Insyiqaq: 6)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (Al-Anbiya’: 35)
Bala’, sakit atau musibah lainnya dapat mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah. Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“Sesungguhnya terkadang seorang hamba mempunyai kedudukan di sisi Allah (yang telah ditentukan untuknya), dan kedudukan tersebut tidak bisa dicapai dengan amalan, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengujinya dengan perkara-perkara yang tidak ia senangi sampai dia mencapai kedudukan tersebut.” (Dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad dari hadits Abu Hurairah, hadits hasan)
Terjadinya musibah pada kaum mukminin yang biasa melakukan dosa-dosa merupakan penghapus dosa mereka. Dan di dalam dua kitab Shahih dari hadits Abu Said Al-Khudri radhiyallhu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah seorang muslim ditimpa kelelahan, sakit, sedih, duka, gangguan sampaipun duri yang menusuknya kecuali Allah akan hapuskan dengannya kesalahan-kesalahannya.”
Keadaan orang yang beriman, apabila dia ditimpa musibah, dia bersabar. Ini merupakan kebaikan baginya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Imam Muslim meriwayatkan di dalam Kitab Shahih beliau, dari hadits Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang mukmin, seluruh perkaranya adalah baik; Jika ia diberikan kesenangan ia bersyukur, maka itu baik baginya; dan jika ia ditimpa kesusahan ia sabar, maka itu baik baginya. Dan hal demikian hanyalah bagi mukmin.” (HR Muslim)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Barangsiapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya. Dan tidaklah seseorang diberikan sebuah anugerah yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadist Abu Sa’id Al-Khudri)
Dan Al-Imam Bukhari telah meriwayatkan di dalam Kitab Shahih beliau, dari hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang Allah inginkan baginya kebaikan, dia akan diberikan musibah”
Maka, sakit serta bala yang menimpa seorang mukmin merupakan kebaikan baginya dari berbagai sisi. Dan sisi yang paling agung adalah dihapuskannya kejelekan-kejelekan. Sesungguhnya seorang hamba itu diuji sesuai dengan kadar agamanya, sebagaimana yang telah tsabit (autentik) dari hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Seseorang akan diuji menurut kadar agamanya. Apabila agamanya kuat maka cobaannya diberatkan. Dan apabila agamanya lemah, maka ujiannya diringankan.”
Seorang muslim tidaklah sama dengan seorang kafir dalam semua kondisi, sampai di dalam kehidupan dunia ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana di dalam dua kitab shahih dari hadits Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu,
“Permisalah seorang mukmin bagaikan tanaman khammah, dia selalu diterpa oleh hembusan angin (selalu diberi cobaab –lihat Syarh Nawawi –pent). Dan perumpamaan orang kafir adalah bagaikan tanaman arzah, dia akan tetap kokoh sampai tercabut jasadnya sekaligus itulah kerobohannya.”
Seorang mukmin banyak keadaan yang menimpanya, semuanya itu menghapuskan dosa-dosanya. Adapun orang yang kafir, maka dia seringkali diuji dengan kesehatan pada jasadnya, dan kelapangan dalam hartanya. Allah ta’ala berfirman,
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zhalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (Al-An’am: 44-45)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.” (Al-Qalam 44-45)
 “Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.” (Ath-Thariq: 17)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.” (Al-Muddatstsir: 11-15)
Apabila orang-orang kafir ditimpa sakita atau musibah lainnya, ini tidaklah menghapuskan dosa mereka selama mereka berbuat syirik kepada Allah. Allah ta’ala berfirman,
“Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk. Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (Ar-Ra’du: 33-34)
Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji lantas mengenyahkan mereka. Adapun orang-orang yang beriman, maka Allah membersihkan dosa serta mengokohkan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (Ali Imran: 141)
Orang-orang mukmin selalu diuji. Oleh karena itu, sudah sebaiknya dia memanfaatkan masa sehatnya sebelum masa sakitnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia terkecoh padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Dikeluarkan oleh Al Bukhari dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu)
Dan sungguh manusia telah lalai, namun kelalaian terhadap kesehatan ini lebih parah. Sebelum dia sakit, dia tidak melakukan amal shalih dan mengumpulkan bekal yang bermanfaat, dia bersantai-santai dalam kelalaiannya, yang pasti akan ditanya pada hari kiamat. Telah tsabit hadits Ibnu Mas’ud dan Abu Barzah, dan Mu’adz bin Jabal dari berbagai jalan periwayatan bahwasanya nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat hal: Umurnya, untuk apa dia habiskan. Tentang badannya, untuk apa dia kerahkan, tentang hartanya darimana dia dapatkan, dan untuk apa dia infakkan. Dan ilmunya, apa yang dia amalkan dari ilmunya tersebut.”
Dimana dia habiskan umurnya, dimana dia pergunakan, kemana dia pakai kesehatannya. Apakah dia pakai kesehatan ini untuk mencari bekal akhirat atau dia pakai untuk perkara yang sia-sia, main-main saja serta dia tempuh bahaya untuk mengejar dunia. Sesungguhnya perkara terbesar yang diambil oleh seorang insan di masa sehat sebelum masa sakitnya adalah amalan yang shalih. Imam Al-Bukhori telah mengeluarkan hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika seorang hamba sakit atau safar, maka dituliskan baginya pahala sebagaimana amalannya jika dia sehat atau sedang mukim.”
Apabila dia melakukan amalan shalih pada masa sehatnya, maka ketika dia sakit dia telah memanfaatkan masa sehat sebelum masa sakitnya. Sama saja apakah itu perbekalan dunia, dengan sebab ketaatannya kepada Allah, maka Allah pun tidaklah menyia-nyiakannya. Atau amalan shalih, maka ditulis baginya pahala amalan shalih tersebut yang dia lakukan di waktu dia sehat. Dan hadist yang memperkuat hal ini adalah hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika seorang hamba muslim sakit, maka Allah ‘Azza wa jalla berfirman kepada malaikat-Nya, ‘Tulislah pahala bagi hamba-Ku yang shalih seperti yang dia lakukan ketika dia sehat.’ Kalau Allah memberinya kesembuhan, Dia membasuhnya, dan kalau Allah mewafatkannya (atau mencabut nyawanya), Dia merahmati dan mengampuni dosa-dosanya.”
Ketahuilah! Bahwa wajib atasmu untuk husnuz-zhan (berbaik sangka) kepada Allah ‘azza wa jalla. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian mati, kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Rabbnya.” (Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu)
Dan dalam Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim) dari hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku berada pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku.”
Peluh keringat capeknya bekerja keras pun menjadi keutamaan bagi seorang muslim. Betapa tidak, jangankan letih yang dirasa, gundah yang kadang datang pun merupakan penghapus dosa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kabar gembira ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa capek, sakit, gundah, kesedihan. Gangguan, gelisah bahkan duri yang mengenainya kecuali Allah gugurkan dengan sebab itu kesalahan-kesalahannya.”
Apalagi ketika disertai sikap sabar, pahalanya akan semakin besar dan berlipat. Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya balasan yang didapat karena musibah yang dialami adalah dihapuskannya dosa-dosa saja, kecuali ketika musibah tersebut sebagai sebab amal shalih seperti sabar, ridha, taubat dan istighfar, maka ia akan mendapatkan pahala dari amalan shalih yang dilakukan dalam menyikapi musibah tersebut.” [Dinukilkan dari Fathul Majid]
~Smoga kita dimudahkan untuk bersabar, ridha, bertaubat dan beristighfar di saat mendapatkan musibah. Aamiin~
Sumber: Diringkas dengan sedikit perubahan dari Buku “Berbahagialah Muslim yang Sakit” oleh Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri dengan tambahan dari Majalah Tashfiyah edisi 02 vol. 01 1432 H-2011 M “Jangan Mengeluh”

Sumber artikel :  hanifatunnisaa.wordpress.com

0 komentar:

Post a Comment

About us